7
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Transisi Indonesia ke arah demokrasi merupakan proses yang sangat panjang dan kompleks. Setelah tumbangnya era Orde Baru partai politik tumbuh
bagaikan jamur di musim hujan, kebebasan pers, serta berbagai macam denyut kegiatan politik yang sangat bebas mewarnai atmosfer politik di Indonesia.
Berada dalam era transisi seperti Indonesia, pendidikan demokrasi sangatlah penting sebagai salah satu cara untuk mengaktualisasi demokrasi di
Indonesia. Dengan pendidikan tentang demokrasi ini akan menghasilkan dan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berpolitik dan mendorong
terbentuknya Good Governance di pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerahlokal.
Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sebagai hasil revisi Undang-undang nomor 22 tahun 1999,
memberikan efek desentralisasi kekuasaan dan memberi kesempatan bagi masyarakat untuk membangun dan menentukan pemimpin daerahnya sesuai
dengan keinginannya. Indikasi ini menandakan diperlukannya partisipasi politik dari masayarakat untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan publik sekaligus sebagai wadah untuk menentukan pemimpin pemerintahan daerah.
Kedaulatan berada di tangan rakyat adalah yang mendasari konsep partisipasi politik di negara-negara demokratis, dan partisipasi politik merupakan
8 pengejahwantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh
rakyat
1
. Partisipasi politik juga tidak dibatasi melainkan suatu keharusan karena tanpa partisipasi politik, kehidupan politik akan mengalami stagnasi seperti Orde-
orde atau rezim yang sudah pernah kita alami. Dengan adanya Undang-undang No 32 tahun 2004, kebebasan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik tidak hanya ditingkat pusat. Ditingkat daerah pun masyarakat memiliki hak yang sama dalam berpartisipasi.
Partisipasi politik masyarakat ditingkat daerah merupakan partisipasi yang bertujuan mempengaruhi proses kebijakan publik pemerintah yang berlaku dalam
ruang lingkup daerah masing-masing baik daerah tingkat I yaitu propinsi atau daerah tingkat II yaitu kotakotamadya..
Pada bulan Januari 2008, kota Bekasi untuk pertama kalinya mengalami demokratisasi politik masyarakatnya melalui pemilihan kepala daerah pilkada
kota Bekasi secara langsung. Pilkada juga mempunyai fungsi yang sangat penting bagi pembelajaran demokrasi di Indonesia, dan dengan pilkada juga kita bisa
melihat sejauh mana tingkat partisipasi politik masyarakat dalam mengawali proses demokratisasi di kota Bekasi.
Dalam Pilkada kota Bekasi, masyarakat turut berpartisipasi untuk menentukan secara langsung siapa yang akan memimpin kota Bekasi di-5 tahun
yang akan datang. Masyarakat mengikuti berbagai macam kegiatan-kegiatan untuk berpartisipasi dari mengikuti kampanye-kampanye terbuka, mengukuti
debat terbuka tentang visi dan misi calon-calon kepala daerah, hingga
1
Miriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998,h.3.
9 mamberikan hak suaranya untuk menentukan siapa yang akan terpilih untuk
menjadi kepala daerah kota Bekasi. Sejarah pertumbuhan masyarakat telah memperlihatkan bahwa semakin
komplek masyarakat yang antara lain diperlihatkan oleh persaingan yang semakin ketat dan kebutuhan yang semakin banyak jumlah ragamnya, telah meningkatkan
keperluan dan kesadaran berorganisasi di kalangan masyarakat Indonesia
2
. Clifford Geertz dan para pendukungnya berpandangan bahwa agama,
suku, ras, kedaerahan dan “ikatan dasar” lainya merupakan faktor-faktor yang mengikat anggota masyarakat dalam suatu kesatuan sosial yang pada gilirannya
mewadahi dan memotifikasikan kegiatan-kegiatan politik warga tersebut
3
. Semakin modernnya suatu negara, maka kekuasaannya tidak terletak pada
pemerintah, melainkan kepada kelompok-kelompok yang berada diluar pemerintah. Salah satu diantaranya adalah kelompok kepentingan.
Masyarakat Bekasi yang di dominasi oleh suku betawi merupakan daerah yang sangat kultural. Dalam pilkada kota Bekasi, ormas organisasi Masyarakat
yang bersifat dan berdasarkan kesukuan mempunyai pengaruh dan mempunyai kepentingan yang sangat besar. Ormas juga berusaha sedapat mungkin untuk
menyampaikan tujuan-tujuan organisasinya kepada masyarakat secara umum. Dalam hal ini Ormas BKMB Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi-
Bhagasasi mempunyai misi dan visi untuk kepentingan anggota atau pendukungnya untuk membangun Bekasi dalam pilkada kota Bekasi.
2
Arbi, Sanit. Swadaya Poiltik Masyarakat, telaah tentang keterkaitan Organisasi masyarakat,
partisipasi politik,
pertumbuhan hukum
dan hak
asasi Jakarta:
CV.Rajawali,1985,h.40.
3
Arbi, Sanit. Swadaya Poiltik Masyarakat, h.90.
10 Menyambut pilkada kota Bekasi BKMB BHAGASASI mendukung
salah satu calon wali kota dan wakil wali kota Bekasi dan mengangkat isu kedaerahan, pengusungan ini merupakan salah satu bentuk partisipasi politik
BKMB BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi. Namun dalam pengusungan calon walikota dan wakil walikota Bekasi,
partisipasi politik BKMB BHAGASASI mengalami ketidakefektifan dalam partisipasi politiknya. Hal tersebut terindikasi dengan kekalahan H.A Syaikhu dan
H.Kamaluddin Djaini kandidat calon wali kota dan calon wakil wali kota Bekasi yang diusung oleh BKMB BHAGASASI.
Berdasarkan pemikiran dan keadaan di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui partisipasi politik yang dilakukakan oleh Ormas BKMB
BHAGASASI dalam pilkada kota Bekasi
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah