23 Saluran ini bentuknya seperti: huruhara, kerusuhan, konfrontasi dan lain-
lain.
B. Pengertian Partisipasi Politik
Yang dimaksud partisipasi politik adalah keikutsertaan anggota masyarakat dalam memilih pemimpin-pemimpinnya dan dalam mempengaruhi
perbuatan dan pelaksanaan keputusan kebijaksanaan umum. Partisipasi ini dapat berlangsung ditingkat nasional, daerah, maupun tingkat desa
8
. Partisipasi politik harus pula dibedakan dengan mobilisasi politik, karena partisipasi politik
terkandung didalamnya unsur paksaan, baik secara halus maupun secara terbuka. Samuel P. Huntington mendefenisikan, partisipasi politik sebagai aktivitas
yang dilakukakan oleh individu atau warga negara secara pribadi untuk mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah. Selanjutnya, oleh Huntington
dibedakan beberapa macam bentuk partisipasi politik. Salah satu diantaranya atau voting, dan tindakan-tindakan lainnya yang bisa mempengaruhi hasil pemilu
9
. Ramlan Surbakti secara umum berpendapat bahwa partisipasi politik dapat
diartikan sebagai keikutsertaan warga negara dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut dan memengaruhi hidupnya. Partisipasi politik masyarakat
yang dilakukan lewat kontrol terhadap proses perumusan, pelaksanaan dan penilaian suatu kebijakan pemerintah akan berpengaruh positif dalam
pembangunan. Sedangkan Miriam Budiardjo mendefenisiskan Partisipasi politik adalah
kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politk, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara
8
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 84.
9
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Di Negara Berkembang,Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1994, h. 6-7.
24 langsung atau tidak mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup
tindakan memberikan suara dalam pemilu, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan
contacting dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen
10
. Kegiatan-kegiatan partisipasi politik ini mencakup tindakan seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anngota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan
pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya, dan di dalam kelompok tersebut memiliki perspektif yang berbeda-beda terhadap kehidupan
sosial-politik, dan mengajukan bermacam-macam tuntutan kepada pemerintah
11
. Di negara-negara demokratis pemikiran yang mendasari konsep partisipasi
politik ialah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat
itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk kepemimpinan.
Jadi, partisipasi
politik merupakan
penjelmaan dari
penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat. Sedangkan Michael Rush dan Philip Althoff dalam bukunya Pengantar
Sosiologi Politik membagi menjadi beberapa jenis partisipasi politik yaitu
12
: 1. Berdasarkan bentuk partisipasi dalam politik. Menurutnya Michael Rush dan
Philip Althoff ada sedikit kesulitan dalam penyajian berbagai bentuk patisipasi politik, terlepas dari tipe sistem politik yang bersangkutan, yaitu : mereka adalah
para politisi professional, para pemberi suara, aktivis-aktivis partai dan
10
Mirriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik, h.1
11
William Liedle, Partisipasi dan Partai Politik, h. 173.
12
Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik Jakarta : Rajawali Pers 2003, hlm 121.
25 demonstran. Dan mereka itu dibedakan dari partisipasi-partisipasi politik lainnya,
dalam hal, bahwa pada berbagai taraf mereka berkepentingan dengan pelaksanaan kekuasaan politik yang formal. Hal ini tidak menghapus pelaksanaan kekuasaan
yang sesungguhnya, maupun pelaksanaan pengaruh oleh individu-individu atau kelompok-kelompok lain dalam sistem politik.
2. Bersarkan siapa yang berpartisipasi dan Mengapa?. Dalam menyelidiki sebab- sebab sesorang berpartisipasi kita harus bertanya mengapa beberapa orang
mengahindari apati pada bentuk partisipasi politik, atau hanya berpartisipasi pada tingkatan yang paling rendah saja. Semua ini menjadi penting, sehubungan
dengan fakta, bahwa mereka yang benar-benar berpartisipasi dalam bentuk yang paling banyak dalam aktifitas politik, merupakan minoritas seringkali berupa
minoritas yang sangat kecil dari anggota suatu masyarakat. Macam-macam istilah diterapkan pada mereka yang tidak turut berpartisipasi, dan mereka
dilukiskan secara berbeda-beda sebagai apatis, sinis alienasi terasing, dan anomi terpisah
13
. Sedangkan di negara-negara komunis pada masa lampau, partisipasi massa
pada umumnya diakui kewajarannya, karena secara formal kekuasaan ada di tangan rakyat. Akan tetapi, tujuan utama dari negara komunis adalah unutk
merombak, dalam masa yang pendek, masyarakat terbelakang menjadi masyarakat modern, produktif, kuat dan berideologi komunis, dan hal ini
memerlukan disiplin dan pengerahan ketat dari suatu partai politik yang berkedudukan monopoli.
14
13
Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik . hlm 143
14
Miriram Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik , hlm 12.
26 Akan tetapi disadari bahwa mengikutsertakan rakyat dalam kegiatan
pembangunan adalah sangant penting dalam rangka memperoleh dukungan bagi rezim dan unutk mengembangkan rasa bangga dan loyalitas pada negara.
Terutama partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum dianggap dapat mempertebal keterlibatannya dalam usaha pembangunan masyarakat ke arah
masyarakat komunis , jadi mempunyai aspek psikologis yang sangat kuat, sekaligus persentase partisipasi yang tinggi dapat memeprkuat keabsahan
rezimnya di mata dunia.
• Tujuan Partisipasi Politik
Melalui definisi yang dikemukakan oleh para sarjana dan beberapa para ahli politik, dapat diketahui bahwa pada dasarnya pertisipasi politik bertujuan
untuk mempengaruhi pembentukan kebijakan publik, menentukan serta memilih pemimpin yang sesuai dengan kepentingan bagi kelompoknya.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik