29 Pertama
, karena ketakutan akan konsekuensi negatif dari aktivitas politik. Dalam hal ini orang beranggapan bahwa aktivitas politik merupakan ancaman
terhadap kehidupannya. Kedua
, Menganggap
sia-sia karena
partisipasinya tidak
akan mempengaruhi proses dan hasil politik pemerintah.
Ketiga , karena tidak adanya perangsang untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik, atau tidak ada hasil yang didapat dari partisipasi politik, maka orang pun akan enggan untuk melakukan partisipasi dalam aktivitas politik.
D. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik
David F Roth dan Frank L. Wilson dalam bukunya The Comparative Study of Politics, yang dikutip oleh Miriam Budiarjo menunjukan bahwa aneka
ragam partisipasi politik itu membentuk suatu piramida partisipasi politik. Bentuk partisipasi politik itu beraneka ragam bentuknya tergantung pada
frekuensi dan intensitasnya. Orang-orang yang memberikan suara dalam pemilu besar sekali, karena tidak hanya menyita waktu, sedangkan orang-orang yang aktif
dan sepenuhnya waktu melibatkan diri dalam politik sangat kecil sekali, misalnya menjadi pimpinan partai atau berkecimpung dalam kelompok kepentingan.
Kedua kelompok orang tersebut bisa dimisalkan sebagai suatu pramida yang alasnya lebar, tetapi semakin ke atas semakin menyempit sebanding dengan
intensitas kegiatan politik dan bobot komitmen dari orang yang bersangkutan
18
18
Miriam Budiarjo, 1981. Hal, 6.
30 GAMBAR PIRAMIDA PARTISPASI POLITIK
Sumber : David.F, Roth dan Frank.L. Wilson, the comparative study of politics, Houghton Milffin Company, Boston, 1976, hal. 159. Dalam Miriam Budiardjo penyunting, Partisipasi
dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai, PT. Gramedia, Jakarta, 1981, hal.6
Adapun Gabriel Almond membagi bentuk partisipasi politik itu kedalam dua bagiaan yaitu:
1. Partisipasi politik konvensional yaitu, bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern. Bentuk partisipasi ini meliputi :
a. Pemberian suara b. Mengikuti diskusi politik
c. Mengikuti rangkaian kegiatan kampanye d. Menbentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan
e. Komunikasi individual dengan pejabat politik dan administrative 2. Partisipasi politik non-konvensional, meliput:
a. Pengajuan petisi b. Berdemonstrasi
Pejabat partai sepenuh waktu,
pemimpin partaikelompo
k kepentingan Petugas kampanya anggota aktif dari partaikelompok,
kepentingan aktif dalam proyek-proyek social . Menghadiri rapat umum anggota partaikelompok
kepentingan membicarakan masalah politik, mengikuti perkembangan masalah politik dari media masa dan
memberikan suara dalam pemilihan umum. Orang yang apolitis
31 c. Konfrontasi
d. Tindakan politik terhadap harta benda perusakan, pemboman, dan pembakaran
e. Tindakan kekerasan politik terhadap manusia Penculikan, dan pembunuhan
f. Perang gerilya dan Revolusi
Sedangkan menurut Samuel Huntington, peran serta atau paertisipasi masyarakat dapat dikategorikan ke dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
19
1. Electoral activity, adalah segala kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pemilu termasuk dalam kegiatan ini adalah ikut serta
memberilan dana untuk kampanye sebuah partai politik, memberikan suara, mengawasi perhitungan dan pemilihan suara, dan mengajak serta mempengaruhi
seseorang untuk mendukung partai tertentu. 2. Lobbying, yaitu tindakan seseorang maupun kelompok untuk menghubungi
pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan untuk mempengaruhi pejabat atau tokoh politik tersebut ikut serta dalam masalah yang menyangkut dan
mempengaruhi kehidupan mereka. 3. Organizational Activity, adalah keterlibatan warga masyarakat ke dalam
berbagai organisasi politik dan sosial baik sebagai pemimpin, aktivis, maupun anggota.
19
Samuel P.Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang,h. 8
.
32 4. Contacting, yaitu partisipasi politik yang dilakukan oleh warga negara dengan
langsung mendatangi maupun menghubungai lewat telepon pejabat pemerintah ataupun tokoh politik.
5. Violence, adalah cara-cara yang ditempuh melalui jalan kekerasan untuk mempengaruhi pemerintah.
Dari semua penjelasan tentang bentuk partisipasi politik, secara umum bentuk partisipasi politik rakyat ada yang bersifat mendiri otonom dan kelompok
dimobilisasi. Partisipasi otonom adalah dimana seseorang individu dapat melakukan kegiatan partisipasi politiknya atas inisiatf dan keingin sendiri, hal
tersebut dilakukan semata-mata karena rasa tangging jawabnya dalam kehidupan berpolitik. Sedangkan partisipasi politik yang tidak berdasarkan atas keinginan
sendiri tetapi berdasarkan pada permintaan kelompoknya atau digerakkan oleh orang lain, bentuk partisipasi politik inilah yang disebut dengan partisipasi yang
dimobilisasi
20
. Namun, sebagai negara demokrasi yang sedang berkembang, analisa
modern yang berkaitan dengan partisipasi politik merupakan suatu kelayakan studi yang sangat penting. Namun seiring berkembangnya demokrasi di negara
kita, maka banyak muncul kelompok masyarakat atau golongan masyarakat yang tergabung di dalam LSM atau tergabung di dalam kelompok kepentingan yang
berpartisipasi di dalam dunia politik untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dari pemerintah mengenai kebijakan umum.
20
Samuel P Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, h. 9
33
BAB III PROFIL BKMB BHAGASASI