Komunikasi politik melalui media massa pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam pilkada walikota Bekasi periode 2008-2013

(1)

KOMUNIKASI POLITIK MELALUI MEDIA MASSA

PASANGAN MOCHTAR MUHAMMAD – RAHMAT EFFENDI (MuRah) DALAM PILKADA WALIKOTA BEKASI PERIODE 2008-2013

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S. Kom. I)

Oleh

MISLIYAH NIM: 204051002844

Dosen Pembimbing

Gun Gun Heryanto, M.Si NIP. 197608122005011005

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010/1430 H


(2)

KOMUNIKASI POLITIK MELALUI MEDIA MASSA

PASANGAN MOCHTAR MOHAMMAD - RAHMAT EFFENDI (MuRah) DALAM PILKADA WALIKOTA BEKASI PERIODE 2008-2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I)

Di Susun Oleh

MISLIYAH NIM: 204051002844

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010/1430


(3)

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.i) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

Jakarta, 15 Juni 2010

Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Drs. H. Mahmud Djalal, M.A Dra. Hj. Musfirah Nurlailly, M.A NIP. 19520422198103 1 002 NIP.19710412 200003 2 001

Anggota,

Penguji I Penguji II

Rubiyanah, MA Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 197308221998 2 001 NIP. 19610422 199003 2 001

Pembimbing,

Gun Gun Heryanto, M.Si NIP: 197608122005011005


(5)

PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Komunikasi Politik melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013” telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 15 Juni 2010

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota

Anggota

Penguji I Penguji II

Dosen Pembimbing

Gun Gun Heryanto, M.Si NIP : 197608122005011005


(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Assalamualaikum, Wr. Wb

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulis skripsi dengan judul “Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013” dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau

merupakan hasil orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Demikianlah lembar pernyataan ini dibuat, diharapkan dapat dipergunakan dengan semestinya. Terima kasih

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Jakarta, 1 Juni 2010 Penulis,

Misliyah NIM. 204051002844


(7)

ABSTRAK

Media massa saat ini menjadi salah satu pilihan yang digunakan untuk tujuan-tujuan komunikasi politik. Media massa berperan sebagai pemberi informasi, publik bisa mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan mengenai isu atau berita yang menjadi kepentingan umum dan dibutuhkan oleh public. Media massa merupakan komponen dari infrastruktur politik yang berfungsi mensosialisasikan nilai-nilai politik kepada publik dan memberikan edukasi untuk penyadaran hak-hak dan kewajiban politik publik.

Pada Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, media massa mempunyai peran dan pengaruh yang besar. Partai politik perlu alat promosiyang efektif dan efisien agar pesan-pesan politik yang ingin disampaikan oleh partai politik dapat diterima dan tertanam dibenak calon pemilih sehingga dapat merubah sikap dan pandangan politiknya. Berkampanye di media massa melalui iklan politik dapat membentuk image politik yang positif dan menaikkan popularitas calon pasangan Walikota dan Wakil Walikota. Dengan adanya media massa cetak maupun elektronik, lembaga pemerintah penyelenggaraan pemilu dalam hal ini tim sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dapat dengan mudah mensosialisasikan visi, misi dan program kerja mereka.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Tipe penelitian ini menggunakan tipe deskripsi analisis, yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Teknik pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Adapun responden yang diwawancarai adalah H. Mochtar Mohammad Walikota Bekasi 2008-2013, H. Rahmat Effendi, Wakil Walikota Bekasi 2008-2013, Ricky Tambunan, Koordinator Media Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi. Dan dokumen-dokumen yang berasal dari dokumen Tim Sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dan gambar iklan politik di media massa pasangan Mochtar-Rahmat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sosialisasi komunikasi politik melalui media massa Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, dan berusaha menjelaskan faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat yang didapati oleh pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi dalam Pilkada Walikota Bekasi.

Kegiatan sosialisasi politik pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi banyak menggunakan media massa, baik media massa cetak dan media Elektronik. Peranan media massa dalam mensosialisasikan figur pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, visi misi dan program kerja mereka sangat efektif. Dan Faktor pendukung pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi pada Pilkada Bekasi Periode 2008-2013 terdiri dari beberapa factor, keberhasilan publisitas melalui media massa, didukung oleh sejumlah partai-partai besar. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat oleh pasangan Mochtar-Rahmat adalah, Black Campaign (kampanye gelap), Munculnya sejumlah masalah dan berbagai kecurangan dilapangan, Masih tingginya fenomena Golput pada masyarakat.


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Adil dan Maha Pengasih tanpa Inayah-Nya tak mungkin penulis bisa mencapai pendidikan sampai strata satu (S1).

Shalawat serta salam semoga tetap teriring keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad SAW para keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Atas doa dan usaha, dan perjalanan panjang, akhirnya penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas penting yang mempertaruhkan segenap keilmuan yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, walaupun jauh dari kesempurnaan.

Penulis menyadari sepenuhnyan bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara moriil maupun materiil, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.DR. Komarudin Hidayat, sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak DR. H. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, sebagai Pembantu Dekan Bid. Akademik, Bapak Drs. Mahmud Jalal M.A. Selaku Pembantu Dekan Bid. Administrasi Umum dan Keuangan, dan Drs. Study Rizal, LK, MA, sebagai Pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan. Yang telah memberikan nasihat serta arahan kepada penulis.


(9)

3. Dra. Asriati Jamil, M. Hum, dan Dra. Musfirah Nurlaily, M.A, selaku Ketua dan Sekretaris Koordinator Teknis Fakultas Dakwah dan Komunikasi Program Non Reguler.

4. Bapak Gun Gun Heryanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. Dan sebagai Dosen Komunikasi Politik yang merupakan ruang lingkup dari skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan begitu banyak wawasan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

6. Bapak H. Mochtar Mohammad, selaku Walikota Bekasi dan Bapak H. Rahmat Effendi selaku Wakil Walikota Bekasi. Bapak Ricky Tambunan selaku Koordinator Media Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi pada Pilkada Bekasi 2008, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis untuk melakukan Wawancara dan penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data untuk penyusunan skripsi ini.

7. Abah (Alm) dan ummi yang telah membesarkan dengan kasih sayang, mendidik, dan yang selalu memberikan do’a. kalian adalah teladan bagi penulis. Semoga kalian selalu dalam lindungan dan keridhoan Allah SWT Amin.

8. Mamah dan Papah yang selalu tulus dan ikhlas mendoakan, dan selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan tugas akhir perkuliahan ini.


(10)

9. K.H. Syarief Nawawi dan Kakanda tercinta Juwariah Mawardi yang telah memberikan inspirasi pentingnya ilmu pengetahuan kepada penulis serta memberikan teladan bagi penulis. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT.

10.Teristimewa kepada Suami tercinta Edi Djunaedi ST. dan Malaikat Kecil Bunga Cahaya Kamilah. Yang selalu tulus menjadi penyemangat dan memberikan dukungan doa dan tenaga kepada penulis ketika menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, kalian adalah cahaya dan inspirasi bagi penulis. Semoga kalian selalu dalam keridhoan Allah SWT.

11.Seluruh keluarga Besar H. Mawardi (Alm), Ca’Aim dan Ca’Ipul, Neng lis, Neng ida, yang telah mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. 12.Rekan-Rekan Mahasiswa Non Reguler KPI (B) angkatan 2004, yang telah

sama-sama berbagi ilmu, berdiskusi, bercanda dan saling berbagi rasa, juga teman-teman seperjuangan KKS 2004 Banjarwaru. Dan teman-teman yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu, atas kebersamaan dan canda tawa mereka yang senantiasa mengobati rasa jenuh dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembalikan semoga semua yang telah diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah yang tak terhapus selamanya.


(11)

Dengan kerendahan hati, penulis memohon do’anya agar ilmu yang telah diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan memberi berkah. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca umumnya

Jakarta 1 Juni 2010 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1.

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Metodologi Penelitian ... 11

E. Pedoman Penulisan ... 13

F. Sistematika penulisan ... 14

BAB II Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik Dan Media Massa A. Teori Agenda Setting Media ... 15

B. Komunikasi Politik ... 17

1. Pengertian Komunikasi Politik ... 18

2. Unsur-unsur Komunikasi Politik ... 27

3. Fungsi Komunikasi Politik ... 29


(13)

C. Pengertian Media Massa ... 34 D. Media Massa sebagai saluran Komunikasi Politik ... 39

BAB III Gambaran Umum Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi(MuRah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013

A. Profil ... 48 1. Profil Mochtar Mohammad ... 49 2. Profil Rahmat Effendi ... 50 B. Latar Belakang sejarah koalisi Gotong Royong partai pendukung

Pasangan Mochtar Mohammad –Rahmat Effendi ... 54 C. Visi dan Misi ... 56 D. Program kerja Pasangan Mochtar Mohammad–Rahmat Effendi

(MuRah) ... 59

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Pencitraan Politik Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi ( MuRah) melalui Media Massa ... 60 B. Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, Program Partai, dan Isu

Publik sebagai Komoditas Pemasaran Politik di Media Massa... 79 C. Pemetaan Media Massa sebagai Saluran Komunikasi Politik... 82 D. Prosentase Perolehan Suara Sah Perkecamatan... 85 E. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Politik Pasangan

Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRah) dalam Kampanye Pilkada Kota Bekasi Melalui Media Massa... 87


(14)

F. Analisa Persfektif Teori Agenda Setting ……….. 91

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ... 96 B. Saran-saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

SURAT KETERANGAN

Dengan ini “TIM SUKSES MuRah” menerangkan :

Nama : Misliyah

Tempat/Tgl Lahir : Bekasi, 11 Agustus 1985

Fakultas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Nim : 204051002844

Jurusan : Komunikasi dan penyiarn Islam Program : Strata Satu (S-1)

Adalah benar telah mengadakan wawancara/riset untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul “ Komunikasi Politik Melalui Media Massa pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Dalam Pilkada Bekasi Periode 2008-2013”

Dengan tujuan untuk melengkapi data yang berkaitan dengan judul skripsi di atas, demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Iklan Politik Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (11 Januari 23 Januari 2008) ……….…… 64 Tabel 2 Berita Kampanye Mochtar-Rahmat Minggu Pertama Kampanye …….. 65 Tabel 3 Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal minggu pertama kampanye

………..… 67 Tabel 4 Minggu Kedua Kampanye Pasangan Mochtar-Rahmat (18 Januari-23

Januari 2008)... 68 Tabel 5 Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal minggu kedua kampany... 69 Tabel 6 Rekapitulasi Peringkat Media Cetak Nasional dan Lokal yang Memberitakan

Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi Selama Masa Kampanye Minggu Pertama dan Kedua Kampanye ... 70 Tabel 7 Kesepakatan kerjasama pasangan MuRah yang dilaksanakan melalui media elektronik ………..… 72 Tabel 10 Pemetaan Media Massa... 84 Tabel 11 Daftar penduduk Potensial Pemilih Pilkada 2008 ……….…….. 85


(17)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 8 Faktor-faktor yang mempengaruhi orang memilih Mochtar-Rahmat.. 77 Diagram 9 Hal Pertama yang Paling Diingat Dari Mochtar Mohammad-Rahmat


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 2. Surat Observasi/Riset.

3. Draft Wawancara dengan Walikota Mochtar Mohammad 4. Draft Wawancara dengan Wakil Walikota Rahmat Effendi

5. Draft Wawancara dengan Koordinator Media Pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi, Ricky Tambunan.

6. Draft Wawancara dengan Masyarakat kota Bekasi Safira Aulia (setelah sidang)

7. Data KPUD Bekasi 8. Kliping Berita di Media


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari keseharian manusia diberbagai bidang. Termasuk dalam aktivitas politik, komunikasi memainkan peranan yang penting. Komunikasi bukan sekedar penerusan informasi dari suatu sumber kepada publik, ia lebih mudah dipahami sebagai penciptaan kembali gagasan – gagasan informasi oleh publik jika diberikan petunjuk dengan simbol, slogan, atau tema pokok. Komunikasi adalah hubungan antar manusia dalam rangka mencapai saling pengertian (mutual understanding).1 Menjelang pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bekasi pada 27 Januari 2008. Media massa adalah salah satu wahana yang berperan penting di dalam menyampaikan orasi politik para calon. Khususnya, media massa adalah media yang paling banyak diminati masyarakat, sebagai sumber sebuah informasi. Media massa juga diharapkan mampu memberikan pengaruh yang sangat besar, di dalam menyampaikan kampanye setiap pasangan calon. Media massa dijadikan arena konflik kepentingan, mengingat peranan media massa yang begitu kuat dalam mempengaruhi sikap dan prilaku khalayak.

Besarnya pengaruh yang diberikan oleh media, ditanggapi baik oleh pasangan MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi), media massa memegang peranan penting dalam pilkada Bekasi periode 2008-2013. Calon kepala daerah ibarat sebuah merek yang perlu ditawarkan ke masyarakat. Oleh

1Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell Visitama, 2010), h..3


(20)

karena itu, karena ia sebuah produk baru ia perlu dikenalkan ke masyarakat, diungkapkan kelebihan yang ia miliki.

Dalam perjalanannya, antara media massa dan proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, senantiasa tidak dapat dipisahkan. Bagi siapa pun yang akan berlaga dalam pilkada tentu amat memperhitungkan keberadaan media massa. Realitas sosial menunjukkan saat ini adalah “era media”. Apa pun peristiwa yang ada di tengah masyarakat menjadi komoditas pers. Apalagi momen Pilkada sebagai bahan informasi yang menarik untuk diberitakan. Sementara bagi mereka yang terkait dengan pelaksanaan Pilkada, utamanya calon kepala daerah, akan memaksimalkan media sebagai instrumen untuk membangun komunikasi politik yang tidak saja mensosialisasikan keberadaannya namun sekaligus menjadi “mesin pembujuk” yang luar biasa sistematis dan berpengaruh. Media massa sebagai salah satu medium perpanjangan alat indra yang baik.

Informasi yang layak diberitakan tersebut selanjutnya disajikan dalam media massa, baik cetak maupun elektronik. Pemberitaan media cetak khususnya surat kabar masih tetap menjadi andalan untuk mengetahui berbagai peristiwa dan kejadian. Hal ini antara lain karena didukung oleh sifat-sifat khas yang dimiliki surat kabar dibanding media massa elektronik. Berita yang disajikan lewat surat kabar dapat disimpan dan dibaca kembali pada saat dibutuhkan. Selain itu isi dan bentuk pelaporan beritanya cukup bervariasi.

Berkaitan dengan berita-berita Pilkada maka akan lebih banyak disajikan dalam surat kabar daerah dibandingkan dalam surat kabar nasional. Hal ini erat kaitannya dengan prinsip proximity dalam jurnalistik yang mengandung arti bahwa masyarakat akan cenderung tertarik membaca berita-berita yang dekat


(21)

dengan dirinya, baik kedekatan geografis, kultural, sosiologis, maupun kedekatan psikologis. Dengan demikian, bagi masyarakat yang ingin mengetahui proses pelaksanaan Pilkada di Bekasi, maka perlu membaca berita-berita yang disajikan oleh surat kabar di daerah Bekasi.

Politik merupakan salah satu kegiatan penting bagi manusia, karena suatu negara yang memiliki masyarakat yang beragam atau bermacam – macam kebudayaan, suku, dan bahasa seperti Indonesia ini, dituntut untuk memiliki struktur organisasi kepemimpinan yang teratur.

Di dalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatu kunci bagi perilaku. Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik, individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan politik.2

Tujuan utama sosialisasi politik adalah pembentukan sikap serta watak insan politik. Melalui proses sosialisasi, individu-individu diharapkan berpartisipasi di dalam kehidupan politik secara bertanggung jawab.3

Dengan partisipasi politik dimaksud keterlibatan individu-individu sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Namun sosialisasi dan partisipasi politik tergantung dari komunikasi politik.4

2

Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,(Jakarta : Rineka Cipta, 2001) h. 135-136

3

Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan,(Jakarta : Rineka Cipta, 2001) h. 136

4


(22)

Di Indonesia penerapan komunikasi politik perlu terus dikembangkan dan disosialisasikan, hal ini penting untuk pertumbuhan demokrasi. Pemilihan kepala daerah secara langsung memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan hati nurani mereka. Karena melalui komunikasi politik, rakyat bisa menyalurkan aspirasinya.

Pemilihan Langsung Kepala Daerah selanjutnya disebut Pilkada, merupakan langkah maju proses demokratisasi lokal di Indonesia. Bergulirnya reformasi membuat masyarakat menjadi relatif demokratis. Mereka terlihat independen, egaliter, terbuka, dan lebih cerdas dalam menanggapi informasi.5

Pilkada merupakan momen historis bagi Bangsa Indonesia, di mana para kepala daerah dipilih secara langsung. Ini merupakan ‘hajatan’ baru yang akan menentukan nasib penanganan daerah-daerah di masa mendatang. Model birokrasi daerah yang selama ini elitis dan menutup akses dari partisipasi rakyat, mau tidak mau harus tunduk pada kedaulatan rakyat. Peran besar yang diberikan kepada rakyat untuk menentukan kepala daerah mereka masing-masing.6

Tentu saja, komunikasi politik bukanlah sebuah proses yang sederhana, karena cara kerja sistem politik amat ditentukan oleh adanya suatu masukan (input) dari lingkungan, dan setelah melalui proses tertentu membentuk sejumlah

output. Selanjutnya output ini diberikan kembali kepada lingkungan, sebagai umpan balik ( feed back ).7

5

Thubany, Syamsul Hady, Editor : Fahmi Wibawa, Pilkada Bima 2005 (Era Baru Demokratisasi Lokal Indonesia), Yogyakarta : Nuansa Aksara, Cetakan ke-1, Oktober, 2005, hlm

ix

6 Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell Visitama, 2010), h. 13


(23)

Penting untuk diperhatikan bahwa tanpa komunikasi politik yang efektif, maka aktifitas politik akan kehilangan bentuk. Untuk itu sumber pesan, misalnya seorang calon pemimpin dituntut untuk menyampaikan pesan yang jelas kepada para pendukungnya dan masyarakat luas. Di samping itu, calon yang bersangkutan pun harus tahu saluran atau sarana penyampaian informasi yang tepat.8

Perkembangan teknologi, menjadikan media massa sebagai sebuah pilihan alat kampanye menguntungkan terutama pada partai politik yang mengusung orang baru di dalamnya. Karena mereka perlu untuk menjangkau pemilih yang berada di pelosok daerah. Karena media massa mempunyai kekuatan sebagai pilar keempat demokrasi, sehingga mampu menyebarluaskan visi misi calon keberbagai wilayah.9

Media massa banyak digunakan sebagai medium penyampaian pesan komunikasi politik yang sangat diminati. Kampanye pilkada menyajikan peluang yang sangat baik untuk meneliti konsekuensi komunikasi. Berkaitan dengan pemberian suara dan tindakan memberikan suara ialah upaya untuk mempersuasi rakyat melalui media massa.

Media massa sangat penting dalam komunikasi politik, media massa merupakan jenis media yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Dengan daya jangkau yang relatif luas, dan dalam waktu yang bersamaan.

8 Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001) h.163

9 Venus, Antar, Manajemen Kampanye (Panduan Teoritis dan Praktiis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi), Bandung : Simbiosa Rekatama, hlm. xiv


(24)

Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut. masalah pokok yang kita hadapi ialah bagaimana dalam masyarakat yang beraneka ragam pola budayanya, mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. pada pokoknya masalah ini berkisar pada menyusun suatu sistim politik di mana kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi serta

nation building, dengan partisipasi rakyat seraya menghindarkan timbulnya diktator.10

Dalam konteks demokrasi, sejatinya partai politik dan media massa mempunyai peran yang saling melengkapi. Media massa bertindak sebagai kontrol atas realitas sosial politik yang disampaikan kepada masyarakat luas dalam bentuk informasi. Sedangkan partai politik menjadi institusi yang menyerap persoalan masyarakat akar rumput (grass root) untuk diselesaikan di tingkat pemerintah. Tujuan keduanya sinergis, yakni bagaimana demokrasi dijalankan dan bagaimana kesejahteraan rakyat menjadi prioritas.

Tentu saja dalam perkembangannya, banyak pihak yang terlibat Media massa dapat menciptakan image tertentu terhadap siapa atau apa saja, seraya memobilisir kesadaran menurut yang dikehendakinya. Proses hegemoni kesadaran media massa ini tidak bisa lepas dari berbagai kepentingan.dalam pemanfaatan media massa sebagai instrumen pemenuhan kepentingan.

Hal ini dimanfaatkan pada pilkada kota Bekasi untuk menyampaikan pesan politik dalam rangka mensukseskan pasangan Mochtar Mohammad (Calon Walikota dari PDIP) yang akan disandingkan dengan Rahmat Effendi (Calon

10


(25)

Wakil Walikota dari Partai Golkar), yang didukung oleh partai-partai besar, yakni : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB) dan didukung pula oleh Partai Damai Sejahtera (PDS) yang bergabung dalam Koalisi Gotong Royong.

Berpasangannya Mochtar Mohammad (M2) dan Rahmat Efendi (Pepen) dalam koalisi ‘MuRah’, yang diusung oleh koalisi partai besar menjadi fenomena menarik, mencoba mengadopsi konfigurasi pilkada Jakarta. Bertemunya Mochtar Mohammad (Babeh M2) dan Rahmat Effendi (Bang Pepen) adalah semacam reuni, mereka berdua pernah sama-sama menjadi anggota DPRD di komisi anggaran, Pasangan MuRaH mengusung isu Pendidikan dan Kesehatan Gratis.11

Gratis pendidikan usia wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, dan gratis kesehatan ditingkat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), bukan sekedar bebas dari biaya tetapi lebih dari itu, bagaimana mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan. Itulah salah satu program kerja yang menjadi prioritas bila Mochtar Mohammad (M2) dan Rahmat Effendi (Pepen) yang diusung koalisi Gotong Royong pada pilkada kota Bekasi yang dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2008.

Media massa memberitakan sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh pasangan calon koalisi Gotong Royong, dalam lingkungan publik. Dalam politik hal ini merupakan suatu yang strategis, karena tujuan dari persuasinya ini juga adalah manipulasi psikologis khalayak.

11


(26)

Pilkada merupakan momentum bagi masyarakat untuk menentukan pemerintahan Kota Bekasi. Karena Pilkada tahun 2008 merupakan Pilkada langsung yang pertama di Kota Bekasi. Masyarakat Kota Bekasi dalam melihat Pilkada masih tergolong bersifat wait and see atau boleh di bilang masa bodoh. Sosialisasi yang dilakukan oleh KPUD juga tergolong minim.

Melalui media massa sejumlah pertemuan dengan masyarakat kerap dimanfaatkan sebagai momentum untuk mensosialisasikan pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi (MuRaH). Pasangan calon walikota ini juga gencar menggalang sosialisasi hingga tingkat kecamatan, mereka juga menyebarkan sejumlah spanduk, pamflet hingga pemasangan baliho ‘raksasa’ di sudut – sudut Kota Bekasi.12

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Bekasi pada rapat pleno Minggu, 03 Februari 2008 menetapkan pasangan “MuRah” (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi) yang diusung oleh koalisi 9 parpol sebagai pemenang pilkada kota Bekasi dengan perolehan suara sebesar 368.940 suara dari 729.388 atau 50,6%, mengalahkan pasangan “SuKa” (Akhmad Syaikhu-Kamaludin Djaini) yang diusung oleh PKS dan koalisi pelangi yang hanya memperoleh 303.209 suara atau 41.6 suara. Sisa perolehan suara sebesar 7.8 % atau sekitar 57.239 suara diraih oleh pasangan “Wiro” (Awing Asmawi-Ronny Hermawan) yang diusung oleh Partai Demokrat.13

Hasil pleno KPUD Kota Bekasi ini dinyatakan dalam Surat Keputusan KPUD Kota Bekasi Nomor 14 Tahun 2008. Setelah rapat pleno, hasilnya

12

Iskandar, Deni, “ Aksi Parpol JelangPenetapan Kandidat Wali Kota Bekasi,” Indo Pos, 3 Desember 2007, h. 1

13

Masim "Vavai" Sugianto,”Pleno KPUD Kota Bekasi Menetapkan M2R sebagai Pemenang,” artikel diakses pada 20 juni 2008 dari http://www.vavai.com/blog/index/php


(27)

dikirimkan kepada Mendagri untuk kemudian dilantik pada bulan Maret 2008. Hasil pleno ini diterima oleh seluruh saksi masing-masing pasangan calon sehingga secara definitif kota Bekasi akan dipimpin oleh Mochtar Mohammad - Rahmat Effendi untuk periode tahun 2008-2013.

Media dengan kepentingan teknis, idealisme dan pragmatismenya memilih, mengemas dan akhirnya mendistribusiakan kepada khalayak kalau sesuatu itu penting. Media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian media. Dalam konteks komunikasi Politik media massa menjadikan dirinya sebagai medium pesan politik sehingga kenyataannya kekuasaan dan pengaruh secara terus menerus di produksi dan didistribusikan oleh media massa.

Karena dalam perkembangannya media massa banyak digunakan sebagai medium penyampaian pesan yang sangat diminati, maka penulis tertarik untuk mengamati Komunikasi Politik melalui media massa dan selanjutnya dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul : “Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad Dan Rahmat Effendi (MuRah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. 1. Pembatasan Masalah

Karena komunikasi politik merupakan studi yang luas, maka peneliti membatasinya pada kegiatan Sosialisasi politik melalui media massa yang dilakukan oleh pasangan ‘MuRah’ (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi) dalam Pilkada Kota Bekasi, yang selanjutnya akan dianalisa.


(28)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, Secara sederhana perumusan masalahnya adalah :

a. Bagaimanakah Sosialisasi Politik pasangan Mochtar Mohammad–Rahmat Effendi (MuRaH) melalui Media Massa dalam Pilkada Kota Bekasi? b. Apa saja Faktor pendukung dan penghambat yang didapat oleh pasangan

Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRaH) dalam Pilkada Kota Bekasi?

C. Tujuan penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas, maka ada beberapa tujuan yang dicapai dari penulis skripsi ini, yaitu :

a. Bertujuan untuk menjelaskan dan menampilkan hal-hal yang terkait dengan sosialisasi politik pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi (MuRaH) melalui media massa pada Pilkada Kota Bekasi.

b. Bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja yang didapat oleh pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRaH) dalam Pilkada Kota Bekasi.

2. Manfaat Penelitian

Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah :


(29)

a. Secara Akademis, tulisan ini diharapkan bisa memberi tambahan wacana dan referensi untuk keperluan studi lebih lanjut dan menjadi bahan bacaan kepustakaan.

b. Secara Praktis, dengan tulisan ini penulis berharap dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Komunikasi politik terutama bagaimana kiat komunikasi politik melalui media massa, dan tata cara komunikasi politik yang baik bagi penulis sendiri maupun bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu metode dimana pencarian data tidak dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian dilakukan. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi dan sampling bahkan populasi dan sampling terbatas. Jika data yang terkumpul sudah menjelaskan fenomena yang diteliti, maka peneliti tidak perlu mencari sampling lainnya.14

Metodologi kualitatif menurut Taylor dan Bogdan, adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller, yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

14

Kriyantono, Rachmat, S.Sos, M. Si, Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana Prenada Group, hal.58


(30)

maupun dalam peristilahannya. Dari beberapa macam penafsiran, maka pengertian secara umum dari penelitian kualitatif adalah, penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.15

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini adalah :

a. Metode observasi atau pengamatan langsung. Yakni penulis mengadakan penelitian secara langsung terhadap objek yang akan diteliti dan mengamati Komunikasi politik melalui media massa Pasangan Mochtar Mohammad dan Rahmat Effendi (MuRaH) dalam Pilkada Kota Bekasi dengan mengadakan pencatatan dari hasil observasi yang dilakukan secara sistematis dari fenomena yang ada.16 b. Metode interview atau wawancara, yaitu suatu alat pengumpulan data

dengan cara menggunakan teknik wawancara langsung secara mendalam (in –depth interview), dan diskusi kecil yang dilakukan oleh peneliti dengan tim sukses pasangan Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi (MuRah) yang terkait untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan judul penelitian penulis.

15

Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Remaja karya, Cetakan ke-23, Januari, 2007, hal. 4-6

16

Arikanto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996),


(31)

c. Metode dokumentasi yaitu diperoleh dari penelitian pustaka (Library Research) dengan mencari data berupa buku–buku, arsip–arsip, artikel, serta kutipan–kutipan pernyataan para tokohnya di media massa yang sesuai dengan judul penelitian. Sebagai bahan informasi / data sebagai bahan penunjang wawancara penulis.

3. Analisa Data

Analisa data yaitu menggunakan metode deskriptif analisis. Maksudnya adalah analisis penelitian ini didasarkan pada penggambaran secara objektif terhadap tema penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penulis menganalisa data dengan menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas.17 Keterangan-keterangan yang ada kemudian dihubungkan satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi satu fakta yang dapat terungkap mengenai topik yang dipertanyakan dan yang menjadi pokok masalah dalam penelitian penulis.

E. Pedoman Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku bimbingan skripsi UIN Jakarta “ PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH : (Skripsi, Tesis, Dan Disertasi)”, (CeQDA :Jakarta, 2007) serta terikat dengan peraturan pemakaian bahasa dengan ejaan (EYD). Dengan pengecualian bahasa asing.

17


(32)

F. Sistematika Penulisan

Adapun laporan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk karya tulis skripsi dengan sistematika penulisan seperti dibawah ini :

BAB I Pendahuluan, yang mencangkup latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, pedoman penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II Membahas Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik dan Media Massa.

BAB III Gambaran Umum Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRah) Dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, meliputi latar belakang sejarah koalisi partai pendukung, visi dan misi pasangan MuRah (Mochtar Mohammad-Rahmat Effendi), Program kerja pasangan MuRah dan profil pasangan MuRah.

BAB IV Membahas tentang Komunikasi Politik melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Kota Bekasi, meliputi, Pencitraan Politik melalui Media Massa, Mochtar Mohamad-Rahmat Effendi Program Partai, dan Isu Publik Sebagai Komoditas Pemasaran Politik di Media Massa, Pemetaan Media Massa Sebagai Saluran Komunikasi Politik, Prosentase Perolehan Suara Sah Per Kecamatan, Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Mohammad – Rahmat Effendi (MuRah) dalam Pilkada Kota Bekasi, Analisa Perspektif Teori Agenda Setting.


(33)

BAB II

Landasan Teoritis Hubungan Komunikasi Politik Dan Media Massa

A. Teori Agenda Setting Media

Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Teo ri ini mengatakan bahwa media (terutama media berita) tidak selalu berhasil untuk memberitahukan apa yang kita pikirkan melainkan mereka berhasil mengajak kita untuk memikirkan sesuatu.

Secara selektif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada suratkabar, frekuensi penayangan, posisi dalam suratkabar, posisi dalam jam tayang).

Terdapat konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting yakni agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijakan. Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan informasi melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda masyarakat (public agenda). Agenda masyarakat diketahui dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka


(34)

bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat (Community Salience).1

Masyarakat tentunya memiliki hak untuk tahu (right to know) yang akhirnya menjadikan suatu isu atau peristiwa menjadi public sought (permintaan publik) akan informasi tentang isu atau peristiwa tersebut. Media dengan kepentingan teknis, idealisme dan pragmatismenya memilih, mengemas dan akhirnya mendistribusikan kepada khalayak kalau sesuatu itu penting.2

Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman (1965) pada konsep “The World Outside and the Picture in our head”, penelitian empiris teori ini dilakukan McCombs dan L. Shaw ketika mereka meneliti pemilihan presiden tahun 1972.3 Mereka mengatakan antara lain walaupun para ilmuwan yang meneliti perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti yang disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka menemukan cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan yang penting dalam membentuk realitas social kita, ketika mereka melaksanakan tugas keseharian mereka dalam menonjolkan berita.

Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain melalui media, meraka juga belajar sejauhmana pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa. Misalnya, dalam merenungkan apa yang diucapkan kandidat selama kampanye, media massa tampaknya

1

Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell Visitama, 2010), h. 21

2

Ibid, h. 21

3


(35)

menentukan isu-isu yang penting. Dengan kata lain, media menetukan “acara” (agenda) kampanye.

Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di antara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia buat kita. Tapi yang jelas Agenda Setting telah membangkitkan kembali minat peneliti pada efek komunikasi massa.

Agenda setting sendiri baru menunjukan keampuhannya jika agenda media menjadi agenda publik. Lebih hebatnya lagi jika agenda publik menjadi agenda kebijakan. Bernard C. Cohen (1963) mengatakan bahwa pers mungkin tidak berhasil banyak pada saat menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa. Kita bisa memakai media apa saja untuk membangun opini, tapi jika tidak sejalan dengan selera publik, maka isu yang dibangun dengan instensitas sekuat apa pun belum tentu efektif.

B. Komunikasi Politik

1. Pengertian Komunikasi Politik

Kajian komunikasi politik pada awalnya berakar pada ilmu politik, meskipun penamaan lebih banyak dikenal dengan istilah propaganda. Ini dimulai pada tahun 1922 dengan penelitian dari Ferdinand Tonnies dan Walter Lippmann yang meneliti tentang opini publik pada masyarakat.

Membicarakan Komunikasi Politik tidak semudah dengan membicarakan gerakan politik. Kesulitan itu muncul karena ada dua konsep yang mengusung disiplin ilmu ini, yakni konsep “komunikasi” dan konsep “politik.” Komunikasi


(36)

politik adalah sebuah studi yang interdisiplinari yang dibangun atas berbagai macam disiplin ilmu, terutama dalam hubungannya antara proses komunikasi dan proses politik. Ia merupakan wilayah pertarungan dan dimeriahkan oleh persaingan teori, pendekatan, agenda dan konsep dalam membangun jati dirinya.4

Komunikasi yang membicarakan tentang politik kadang diklaim sebagai studi tentang aspek-aspek politik dari komunikasi publik, dan sering dikaitkan sebagai komunikasi kampanye pemilu karena mencangkup masalah persuasi terhadap Pemilih, debat antarkandidat, dan penggunaan media massa sebagai alat kampanye.5

Komunikasi dan politik memiliki hubungan yang erat dan istimewa karena berada dalam kawasan (domain) politik dengan menempatkan komunikasi pada posisi yang sangat fundamental. Komunikasi politik menyambungkan semua bagian dari sistem politik sehingga aspirasi dan kepentingan dikonversikan menjadi berbagai kebijaksanaan.

Komunikasi Politik (Political Communication) merupakan gabungan dua disiplin ilmu yang berbeda namun terkait sangat erat, yakni Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik. Oleh karena itu, sebelum memasuki pembahasan tentang pengertian dan proses komunikasi politik, dibahas lebih dulu tentang pengertian komunikasi dan politik.

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik langsung maupun tidak langsung. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris

1 Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009) h. 16

5


(37)

communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna.6 Dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, prilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator.

Komunikasi bukan sekadar penerusan informasi dari suatu sumber kepada publik, ia lebih mudah dipahami sebagai penciptaan kembali gagasan-gagasan informasi oleh publik jika diberikan petunjuk dengan simbol, slogan, atau tema pokok.7

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?8

Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas seorang manusia, tentu masing-masing orang mempunyai cara sendiri, tujuan apa yang akan didapatkan, melalui apa atau kepada siapa.9 Jika kita menyimak kandungan makna yang terdapat dalam setiap definisi komunikasi yang telah dikemukakan, kita dapat menemukan adanya sejumlah unsur yang mendukungnya. Paradigma Lasswell di atas menunjukkan

6

Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT.Lasswell Visitama, 2010), h. 4

7

Nimmo, Dan, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993) H.5

8

Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra ,( Jakarta : PT.Lasswell Visitama, 2010), h.5

9


(38)

bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu:

1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan komunikator sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia sumber bisa terdiri satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi, lembaga atau negara.

2. Pesan (mengatakan apa?)

Pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.

3. Media (melalui canel/media apa?)

Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media komunikasi ada yang berbentuk saluran antarpribadi, media kelompok, dan ada pula dalam bentuk media massa.

4. Komunikan (kepada siapa?)

Adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk organisasi, instansi, partai atau negara.

5. Efek (dengan dampak/efek apa?).

Adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.


(39)

pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang.

Dalam bentuknya yang paling sederhana, proses komunikasi terdiri dari pengirim, pesan, dan penerima. Suatu tindakan komunikasi bermula dari si pengirim. Karena itu, kualitas komunikasi sebagian besar tergantung dari keterampilan si pengirim. Ia harus tahu isi pesan yang ingin disampaikannya, siapa penerimanya, dan dengan sarana apa pesan itu ingin disampaikan. Selain itu ia juga harus tahu kapan pesan itu harus disampaikan. Kemudian tanggung jawab final dari si pengirim ialah mencari feedback atau umpan balik dan mengevaluasi secara hati-hati.10

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dan jelas masing-masing orang mempunyai perbedaan dalam mengaktualisasikan komunikasi tersebut.

Berbeda dengan Lasswell, Steven justru mengajukan sebuah definisi yang lebih luas bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu objek atau stimuli, apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya.11

Meski definisi yang dibuat para pakar memiliki perspektif yang berbeda satu sama lainnya menurut latar belakang disiplin ilmu yang membuat definisi itu, pada dasarnya definisi-definisi itu tersebut tidak terlepas dari substansi komunikasi itu sendiri.

10

Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), h. 159

11

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2009), h. 19


(40)

b. Pengertian Politik

Dalam kehidupan kita sehari-hari istilah politik sudah tidak begitu asing karena segala sesuatu yang dilakukan atas dasar kepentingan kelompok atau kekuasaan sering kali diatasnamakan dengan label politik. Jika dianggap bahwa ilmu politik mempelajari politik, maka perlu kiranya dibahas dulu istilah politik itu. Dalam kepustakaan ilmu politik ternyata ada bermacam-macam definisi mengenai politik. Karena pada perkembangannya, komunikasi juga melahirkan apa yang disebut komunikasi politik. Jika dilihat dari pengertian komunikasi, tak heran jika ia pun sanggup merangkul studi politik.12

Istilah ilmu politik (science politique) pertama kali digunakan oleh Jean Bodin di Eropa pada tahun 1576, kemudian Thomas Fithzerbert dan Jeremy Betham pada tahun 1606. akan tetapi istilah politik yang dimaksud ialah ilmu negara sebagaimana tertulis dalam karya-karya sarjana Eropa daratan yang bersifat institusional yuridis.13

Politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi (adjektive of person) atau sifat perbuatan (adjektive of action). Di sini politik berarti bertindak bijaksana (acting wisly), dan bijak (wise).14 Kata yang lain adalah politics (dengan ”s”) yang berarti seni atau ilmu tentang pemerintahan (the art government). Asal kata politik adalah dari bahasa latin politicos, embrionya adalah kata polis yang berarti kota.15 Sedangkan dalam bahasa dikenal dengan kata sifat yang salah satu artinya adalah politik, sedangkan maksudnya di sini,

12

Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hal. 8

13

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2009), h. 26

14

AP.Cowl, oxford Leaner’s Dictionary, (Ocford : Ocford University Press, 1990)

15


(41)

politik adalah muslihat, tindakan akal, kebijakan dengan tujuan mencapai suatu maksud.16

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistim politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistim itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistim politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.17

Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goal), dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Lagipula politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang seorang (individu).18

Ada berbagai definisi yang diberikan oleh para ilmuan diantaranya menurut Soelistyati Ghani dalam bukunya Pengantar Ilmu Politik menurutnya dua arti kata politik yang penting adalah :

Pertama, politik dalam arti dipergunakan untuk menunjukkan mengenai suatu segi dari kehidupan manusia bersama dalam masyarakat yang menyangkut kekuasaan, menyangkut Power Relation Ship, dalam artian ini terkandung isi politik sebagai usaha untuk memperoleh kekuasaan.

16

Depdikbud, Op.Cit., h. 836

17

Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hal. 8

18


(42)

Kedua, politik di dalam arti mempergunakan untuk menunjukan kepada satu rangkaian tujuan yang hendak dicapai atau dengan kata yang lebih singkat kebijaksanaan.19

Dalam Bahasa Indonesia kata politik mempunyai beberapa pengertian . yaitu : 1. Ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan.

2. Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.

3. kebijakan; cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).20

Dalam penggunaannya, istilah politik pertama kali dikenal dari buku Plato yang berjudul “Polities”. Dari karya-karya tersebut dapat diketahui bahwa politik merupakan istilah yang digunakan untuk konsep pengaturan kemasyarakatan sebab yang dibahas dalam kedua buku tersebut adalah soal-soal yang berkenaan dengan masalah bagaimana pemerintahan dijalankan agar terwujud suatu masyarakat politik atau Negara yang sempurna, atau yang menurut Plato sebagai “Negara ideal”. 21

Sedangkan menurut Deliar Noor, politik adalah “segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang dimaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah, atau mempertahankan suatu macam bentuk susunan masyarakat.22

19

Ghani, Soelistyati Ismail, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984), cet. Ke-1, h. 17

20

Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet.KE-8, hal. 694

21

Noor, Deliar, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), h. 93

22


(43)

Dalam kepustakaan ilmu politik, sebenarnya terdapat banyak ragam definisi tentang politik. Keragaman definisi tersebut menurut Miriam, karena setiap sarjana melihat hanya satu aspek atau unsur politik saja yang kemudian unsur tersebut diperlakukan sebagai konsep pokok yang dipakai untuk meneropong unsur-unsur lainnya.23

Pada umumnya apa yang disebut politik itu berkaitan dengan bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara, yang menyangkut proses penentuan dan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.24 Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi sumber-sumber dan berbagai sumber daya yang ada. Untuk itu diperlukan kekuatan (power) dan kewenangan (authority), yang dipakai baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses tersebut.25

Dari sekian banyak definisi tentang politik tersebut, menurut pandangan Jeje Abdul Rojak, paling tidak dapat ditemukan dua kecenderungan pendefinisian, yaitu pandangan yang mengkaitkan politik dengan Negara, dan pandangan yang mengkaitkan politik dengan masalah kekuasaan , otoritas, dan atau dengan konflik.26

Bagaimana seandainya dalam politik tidak terjadi komunikasi? Tentunya akan mempengaruhi kinerja politik (atau sistem politik) yang sedang dijalankan. Berbagai komponen infrastruktur dan suprastruktur mengalami keterputusan

23

Budiarjo, Miriam, Loc. Cit.

24

Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta : Gramedia, 1992), h. 8

25

Ibid.

26

Rojak, Jeje Abdul, Politik Kenegaraan : Pemikiran-Pemikiran AlGhazali dan Ibnu Taimiyah, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1999), hal. 40


(44)

hubungan sehingga mekanisme yang seharusnya dijalankan tidak bisa berkembang secara dinamis.

Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik? Bertolak dari konsep komunikasi dan konsep politik yang telah diuraikan pada bagian awal, upaya untuk mendekati pengertian apa yang dimaksud komunikasi politik, pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik.27

Michael Rush dan Philip Althoff mendefinisikan komunikasi politik sebagai suatu proses di mana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik.28 Proses ini terjadi secara berkesinambungan dan mencakup pola pertukaran informasi di antara individu-individu dengan kelompok-kelompoknya pada semua tingkatan.29

Komunikasi Politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru.

27

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2009), h.35

28

Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 24

29

Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 24


(45)

Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.30

Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai

neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.31

Komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik. Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar soal kenaikan BBM, ini merupakan contoh kekentalan komunikasi politik.

Komunikator Politik pada dasarnya adalah semua orang yang berkomunikasi tentang politik, mulai dari obrolan warung kopi hingga sidang parlemen untuk membahas konstitusi negara. Namun, yang menjadi komunikator utama adalah para pemimpin politik atau pejabat pemerintah karena merekalah yang aktif menciptakan pesan politik untuk kepentingan politis mereka. Mereka adalah pols, yakni politisi yang hidupnya dari manipulasi komunikasi, dan vols, yakni warga negara yang aktif dalam politik secara part timer ataupun sukarela.32

Komunikasi politik merupakan suatu elemen yang dinamis dan yang menentukan sosialisasi politik dan partisipasi politik. Dalam hal ini komunikasi politik menentukan corak perilaku insan politik.33 Dari beberapa pengertian di

30

Ibid, h. 22

31

Iqbal, Tengku Dhani, Komunikasi Politik, Sebuah Neologisme,(Jakarta :2006)

32

ASM. Romli. Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” (Unfari), Bandung. Hal. 15

33


(46)

atas, jelas komunikasi politik adalah suatu proses komunikasi yang memiliki implikasi

2. Unsur-unsur Komunikasi Politik

Proses komunikasi politik sama dengan proses komunikasi pada umumnya (komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) komunikasi politik sebagai

body of knowledge juga terdiri atas berbagai unsur, yakni : 1. Komunikator Poltik

Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai poitik, melainkan juga lembaga pemerintahan legislative dan eksekutif. Dengan demikian, sumber atau komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik misalnya presiden, mentri, anggota DPR, MPR, KPU, gubernur, bupati/walikota, politisi, funsionaris partai politik, fungsionaris Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang bias mempengaruhi jalanya pemerintahan.

2. Pesan Politik

Ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non verbal. Tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato pilitik, undang-undang kepartaian, undang-undang pemilu, penyataan politik, artikel atau isi buku/brosur dan berita surat kabar, radio, televisi dan internet yang berisi


(47)

ulasan politik dan pemerintahan, spanduk atau baliho, iklan politik, propaganda, makna logo, warna baju atau bendera dan semacamnya.

3. Saluran atau Media Politik

Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya media cetak, yaitu surat kabar, tabloid, majalah. Media elektronik, misalnya film, radio, televisi, komputer, internet. Media format kecil, misalnya leaflet, brosur, selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (out door media), misalnya baliho, spanduk, reklame, bendera, jumbai, pin, logo, topi, rompi, kaos oblong, kalender, blok note dan segala sesuatunya yang biasa digunakan untuk membangun citra (image building).

4. Sasaran atau Target Politik

Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat dalam pemilihan umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri, buruh, perempuan, ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, mahasiswa, petani, yang berhak memilih maupun pelajar dan siswa yang akan memilih setelah cukup usia.

5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. Pemberian suara sangat menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi mulai tingkat presiden dan wakil presiden, angota DPR, MPR, gubernur,


(48)

dan wakil gubernur, bupati dan wail bupati, walikota dan wakil walikota sampai pada tingkat DPRD. 34

3. Fungsi Komunikasi Politik

Gabriel Almond berpendapat bahwa Komunikasi Politik merupakan salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik :

“All of the functions performed in the political system-political socialization and recruitment, intereset articulation, interest aggregations, rule making, rule application, and rule adjudication are performed by means of communication”.

Kutipan diatas menunjukkan bahwa komunikasi politik bukanlah fungsi yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada saat ketujuh fungsi lainnya di jalankan. Ketujuh fungsi tersebut adalah :

1. Sosialisasi politik (Socialization Political)

Adalah suatu proses yang dilalui seseorang dalam memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat tempat orang itu berada.

2. Rekrutmen politik (Recruitment)

Merupakan fungsi penyeleksian untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintah melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu. Ada tiga tahapan, mempengaruhi orang lain untuk menjadi kader, membina

34

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2009) h.37-39


(49)

loyalitas kader dan memproyeksikan kader untuk terlibat dan intensif mewakili organisasi di dalam jabatan-jabatan politik.

3. Artikulasi Kepentingan (Intereset Articulation)

Proses yang mengolah aspirasi masyarakat yang bercorak ragam yang disaring dan dirumuskan dalam bentuk rumusan yang teratur.

4. Agregasi Kepentingan (Interest Agregations)

Merupakan fungsi yang menggabungkan berbagai kepentingan yang sama atau hampir sama untuk dituangkan dalam rumusan kebijaksanaan lebih lanjut dengan demikian agregasi kepentingan ini bukan lagi kepentingan orang per orangan atau kelompok akan tetapi kepentingan masyarakat.

5. Pembuatan Aturan (Rule Making)

Merupakan fungsi yang dijalankan oleh lembaga legeslatif. Untuk menjalankan fungsi ini legeslatif dapat bekerjasama dengan lembaga eksekutif.

6. Penerapan Aturan. (Rule Application)

Fungsi ini dijalankan oleh lembaga eksekutif beserta jajaran birokrasinya. Tidak hanya berarti pelaksanaan peraturan sebagai pedoman berprilaku, tetapi juga berarti pembuatan rincian dan pedoman pelaksanaan peraturan.

7. Penghakiman Aturan (Rule Adjudication)

Merupakan fungsi untuk menyelesaikan pertikaian atau persengketaan yang menyangkut persoalan peraturan, pelanggaran peraturan dan penegasan fakta-fakta yang perlu untuk mendapatkan keadilan.


(50)

Sebagai disiplin ilmu, komunikasi politik menurut McNair memiliki lima fungsi dasar, yakni sebagai berikut.

1. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di sekitarnya. Di sini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan juga fungsi monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.

2. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikasi fakta yang ada. Di sini para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehingga berusaha objektif yang bisa mendidik masyarakat atas realitas fakta tersebut.

3. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini public, dan mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian, bisa memberi arti dan nilai pada usaha penegakkan demokrasi.

4. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembaga-lembaga politik. Disini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga (watchdog) sebagaimana pernah terjadi dalam kasus mundurnya Nixon sebagai Presiden Amerika karena terlibat dalam kasus Watergate.

5. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan program-program lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa.35

Jika fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh McNair dikombinasikan dengan fungsi komunikasi yang dibuat oleh Goran Hedebro, komunikasi politik berfungsi untuk :

35

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h.39-40


(51)

1. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan pemerintah dan masyarakat;

2. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga politik;

3. Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan pendukung partai; 4. Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat sehingga

menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik;

5. Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosialisasi tentang cara-cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka sebagai pemberi suara;

6. Menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dengan menampilkan para juru kampanye, artis, dan para komentator atau pengamat politik;

7. Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis yang mengancam persatuan nasional;

8. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap gerakan reformasi dan demokratis;

9. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita, agenda setting, maupun komentar-komentar politik;


(52)

10.Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam membantu terciptanya good governance yang transparansi dan akuntabilitas;36

4. Saluran-Saluran Komunikasi Politik.

Istilah struktur Komunikasi oleh Almond dan Powell (1966), juga diartikan sebagai saluran komunikasi, diantaranya adalah :

a. Struktur wawanmuka (face-to face) informal, yaitu : merupakan saluran yang efektif dalam penyampaian pesan-pesan politik. Di samping struktrur yang formal dalam sebuah organisasi, selalu terdapat struktur informal yang “membayangi”nya. Saluran ini bersifat bebas dalam arti tidak terikat oleh struktur formal, namun tidak semua orang dapat akses ke saluran ini dalam kadar yang sama.

b. Struktur sosial tradisional, yaitu sebuah saluran komunikasi yang ditentukan oleh posisi sosial pihak yang berkomunikasi (khalayak atau sumber). Artinya, pada lapis mana yang bersangkutan berkedudukan dan (tentunya akan menentukan pula) akses disusunan sosial masyarakat tersebut.37

c. Struktur masukan (input) politik, yaitu : struktur yang memungkinkan terbentuknya / dihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud. Yang termasuk struktur input adalah serikat pekerja, kelompok-kelompok kepentingan, dan partai politik.38

d. Struktur output, yaitu : struktur formal dari pemerintah. Struktur pemerintahan , khususnya birokrasi, memungkinkan pemimpin-pemimpin politik

36

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada 2009) H.40-41

37

Nasution, Zulkarimien, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990,hlm.57


(53)

megkomunikasikan petunjuk bagi pelaksanaan peraturan-peraturan untuk bermacam pemegang jabatan politik dengan cara yang efisien dan jelas.39 e. Saluran media massa adalah saluran yang penting dalam sebuah komunikasi

politik. Media massa selalu mempunyai peranan tertentu dalam menyalurkan pesan, informasi, dan political content di tengah masyarakat. Serta sangat terkait akan pembentukan opini publik.40

B. Media Massa

1. Pengertian Media Massa

Kata media berasal dari kata latin dan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harpiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Association for Education Technology (AECT), mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan.41

Secara terminologi media menurut Marshall Mcluhan, “The media is the message,” media adalah pesan.42 Artinya media menjadi pembawa pesan bagi organisasi media kepada khalayaknya. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan pesan berupa berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik.

39

Ibid, hlm.60

40

Ibid, hlm 61

41

Budiman, Muhsin, Media dan Dakwah, Makalah (Jakarta : Fak Dakwah UIN Syahid, 2004)

42


(54)

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang dimaksud dengan media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas.43

Media massa atau mass media adalah media yang khusus digunakan untuk komunikasi massa. Mengapa media massa disebut media massa? Karena mempunyai karakteristik massa itu sendiri. Media massa adalah sarana yang mentransmisikan pesan-pesan yang identik kepada sejumlah besar orang yang secara fisik berpencaran.

Media massa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Jenis media yang secara tradisional termasuk di dalam media massa adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Seiring dengan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media-media massa seperti internet dan tabloid. Media massa itu mempunyai tugas atau kegunaan untuk menghibur dan memberikan informasi secara fakta dan benar kepada publik.

Sedangkan menurut Jalaluddin Rahmat media massa adalah media yang digunakan untuk menyalurkan komunikasi seperti, televisi, radio, pers, film dan sebagainya.44

Komunikator politik, apakah dia politikus, profesional, atau aktivis, menggunakan pembicaraan persuasif, baik untuk saling mempengaruhi maupun untuk mempengaruhi anggota khalayak yang kurang terlibat di dalam politik. Alat

43

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002) edisi ke 3, h. 726

44


(55)

atau upaya yang digunakan untuk mengirim pesan itu ialah saluran dari “siapa mengatakan apa kepada siapa”.45

Media adalah sarana yang dipergunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya atau banyak, jumlahnya atau kedua-duanya.46

Pemilihan media komunikasi harus didasarkan atas sifat isi pesan yang ingin disampaikan, dan pemilikan media yang dimiliki oleh khalayak. Sifat isi pesan maksudnya ialah kemasan pesan yang ditujukan untuk masyarakat luas, dan kemasan pesan untuk komunitas tertentu. Untuk masyarakat luas, pesan sebaiknya disalurkan melalui media massa misalnya surat kabar atau televisi, dan untuk komunitas tertentu digunakan media selebaran atau saluran komunikasi kelompok. Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik.47Media cetak adalah saluran komunikasi dimana pesan-pesan verbalnya (tertulis) maupun dalam bentuk gambar-gambar seperti karikatur dan komik dilakukan dalam bentuk tercetak. Media ini sangat baik disebarluaskan untuk mereka yang bisa membaca dan memiliki waktu senggang yang cukup. Sebuah surat kabar atau media cetak lainnya punya kelebihan, yakni bisa dibaca oleh banyak orang. Sayangnya media ini tidak memiliki jangkauan jauh, kecuali hanya tempat-tempat yang bisa dimasuki transportasi mengantar surat kabar.48

45

Nimmo, Dan, Komunikasi Politik :Komunikator, Pesan, dan Media, h.166

46

Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, Kamus Komunikasi

47

Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2007) h. 103

48

Hafied Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 376-377


(56)

Berbeda dengan media cetak, pesan-pesan pada media elektronik disampaikan melalui getaran listrik yang diterima oleh pesawat penerima tertentu, misalnya televisi dan radio.

Media massa sendiri dalam kajian komunikasi massa sering dipahami sebagai perangkat-perangkat yang diorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan pada situasi yang berjarak kepada khalayak luas dalam waktu yang singkat.

Lebih lanjut menurut Antonio Gramsci seperti yang dikutip oleh Alex Sobur media merupakan arena pergulatan antar ideologi yang saling berkompetisi (The battle ground for competing ideologies)49 Gramsci melihat media sebagai ruang dimana berbagai ideologi dipresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran sebuah ideologi baik dari ideologi yang berkuasa maupun dari ideologi yang berseberangan dengan penguasa.

Media adalah jendela yang memungkinkan kita untuk melihat fenomena yang terjadi melebihi lingkungan dekat kita, penerjemah yang membantu kita membuat perasaan mengalami, platform atau pembawa yang menyalurkan informasi, komunikasi interaktif yang meliputi umpan balik kepada khalayak, penanda yang memberi kita dengan instruksi dan petunjuk, penyaring yang menyaring bagian-bagian pengalaman dan berfokus pada lainnya, cermin yang memantulkan realitas kita kepada kita kembali, dan pembatas yang menghalangi kebenaran. (Kemudian apakah sebenarnya pengertian dari media massa yang menjadi pusat dari kajian komunikasi massa ? Sampai saat ini tidak ada definisi yang tunggal ataupun definisi yang sederhana yang mampu memberi pengertian secara komprehensif mengenai media massa.

49


(57)

Dalam kegiatan komunikasi politik, fungsi media massa yang tampak adalah : Sumber informasi politik, Sebagai fungsi partisipasi, Fungsi sosialisasi dan pendidikan politik, Fungsi mengembangkan budaya politik, Fungsi integritas bangsa. Selain itu media juga sebagai fungsi sosial, hiburan dan kontrol.

Fungsi pertama, adalah media massa di dalam melakukan fungsi sebagai sumber informasi selalu menyajikan, menayangkan peristiwa peristiwa politik yang terjadi di berbagai belahan planet bumi termasuk kegiatan aktor-aktor politik dengan sikap dan perilaku politik yang melekat pada para aktor tersebut.

Sebagai fungsi sumber informasi lebih menitik beratkan kepada unsur-unsur berita (news) yang berefek politik. Erich Evert dalam judul buku Offentlichkeit in der Aussenpolitikâ mengemukakan unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam pemberitaan politik, yaitu : publisitas, aktualitas dan popularitas.50

Fungsi kedua, yaitu fungsi partisipasi. Hal ini mengandung makna bahwa sajian atau tayangan pesan-pesan komunikasi baik pada media elektronik maupun media cetak harus mampu menggugah masyarakat (komunikan) untuk berperan aktif dalam mendukung dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan pemerintah sebagai konsekwensi bahwa pemerintah adalah produk pilihan mereka.

Fungsi ketiga, sosialisasi dan pendidikan politik. Fungsi ini untuk meningkatkan kualitas rujukan masyarakat di dalam menerima dan mempertahankan sistem nilai atau sistem politik yang sedang berlangsung. Kedua bentuk kegiatan ini merupakan proses belajar yang berlangsung dalam waktu relative lama.

50


(58)

Fungsi keempat, yaitu mengembangkan budaya politik yang disebut juga fungsi politisasi. Fungsi ini merupakan fungsi penentu terhadap fungsi-fungsi lainnya, karena fungsi budaya politik, yaitu untuk membentuk pola perilaku yang memberi warna dominan terhadap karakter suatu bangsa.

Fungsi kelima, yaitu fungsi integritas bangsa. Fungsi ini merupakan syarat mutlak bagi kehidupan negara di dalam mencapai tujuannya. Karena itu media massa harus mampu mengembangkan pemikiran-pemikiran integralitik, artinya media massa harus mampu menggiring pemikiran-pemikran kelompok, etnis budaya, sukuisme, provinsialisme dan pemikiran-pemikiran lain, pemikiran nasionalistik.51

C. Media Massa sebagai Saluran Komunikasi Politik

Saluran komunikasi adalah alat serta sarana yang memudahkan penyampaian pesan. Pesan di sini bisa dalam bentuk lambang-lambang pembicaraan seperti kata, gambar, maupun tindakan. Atau bisa pula dengan melakukan kombinasi lambang. Alat yang dimaksud di sini tidak hanya berbicara sebatas pada media mekanis, teknik, dan sarana untuk saling bertukar lambang, namun manusia pun sesungguhnya bisa dijadikan sebagai saluran komunikasi.

Jadi, lebih tepatnya saluran komunikasi itu adalah pengertian bersama tentang siapa dapat berbicara kepada siapa, mengenai apa, dalam keadaan bagaimana, sejauh mana dapat dipercaya. Komunikator politik, siapapun ia dan apapun jabatannya, menjalani proses komunikasinya dengan mengalirkan pesan

51

ASM. Romli, Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” ( Bandung : 2007), h.1-2


(59)

dari struktur formal dan non-formal menuju sasaran (komunikan) yang berada dalam berbagai lapisan masyarakat. 52

Pembahasan saluran komunikasi politik tidak hanya sebatas pada bentuk proses penyampaian politik ketika komunikator sudah duduk di kursi pemerintahan. Namun, akan lebih menarik lagi jika pembahasan saluran komunikasi politik terhadap persuasi politik pada saat kampanye.

Hubungan antara media dan politik sudah berlangsung lama, jauh sebelum ilmu politik menemukan jati dirinya sebagai ilmu yang berdiri sendiri dari filsafat. Karena hubungan yang begitu erat antara media dengan politik, kini media massa memainkan peranan yang sangat penting dalam proses politik, media menjadi aktor utama dalam bidang politik. Ia memiliki kemampuan untuk membuat seseorang cemerlang dalam karier politiknya.53

Komunikator politik, apakah dia politikus, profesional, atau aktivis, menggunakan pembicaraan persuasif, baik untuk saling mempengaruhi maupun untuk mempengaruhi anggota khalayak yang kurang terlibat di dalam politik. Alat atau upaya yang digunakan untuk mengirim pesan itu ialah saluran dari “siapa mengatakan apa kepada siapa”.54

Dilihat secara luas, saluran komunikasi terdiri atas lambang-lambang, dan berbagai teknik serta media yang digunakan untuk berbicara dengan khalayak. Dengan demikian maka saluran komunikasi adalah alat serta sarana yang memudahkan penyampaian pesan.55

52

ASM. Romli, Ikhtisar perkuliahan “ Komunikasi Politik” ( Bandung : 2007), h.2

53

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h.117

54

Nimmo, Dan, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media (Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 1999) h.166

55


(1)

Wawancara dengan Tim Koordinator Media Bagian Public Ralation Ricky Tambunan , Tgl 23 Agustus 2008

MS :Apakah bapak mengurusi news dan Public relation di media cetak dan

elektronik?

RT : iya….

MS :Bagaimanakah pemetaan medianya?

RT :Pemetaan media dilakukan pada sektor elektronik dan media cetak lokal,

dan sebagian lagi harian nasional. Untuk media elektronik televisi tidak ada

kerjasama iklan, tim lebih fokus pada media cetak lokal. ’Pemanfaatan

media Televisi tidak digunakan oleh tim Media pasangan MuRah,

pemanfaatan internet tidaklah terlalu besar, karena sebagaimana diketahui

mayoritas khalayak pemilih di Kota Bekasi bukanlah internet

minded/penggila internet

MS : Kenapa Tim media banyak menggunakan media massa lokal dalam proses

kampanye?

RT : Kampanye menggunakan media lokal dapat menghemat biaya kampanye

hingga 90 % dari biaya kampanye menggunakan media massa nasional /

televisi atau dibanding biaya kampanye di lapangan terbuka. penggunaan

media lokal secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses

komunikasi politik karena memiliki komunitas tersendiri,

MS :Apakah bapak juga mengurusi komunikasi persuasifnya?

RT : Tidak terlalu… karna ada tim iklan yang bertanggung jawab dalam hal itu.

MS :Berkaitan dengan iklan apakah sebelumnya dilakukan perencanaan dahulu?


(2)

Bekasi. Sampai dengan apa saja daftar prioritasnya. Yaitu masalah

kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas yang paling

utama dalam penyusunan materi iklan. Maka program yang diterapkan tim

media berdasarkan riset tersebut, lalu setelah turun pada program kerja

Mochtar-Rahmat, agenda isu, lalu akhirnya masuk pada kebijakan

pemberitaan, termasuk Tagline.

MS :Apa yang ditonjolkan dalam iklan tersebut?

RT :Menekankan pada program, kalaupun mengeluarkan untuk event kita

mengaitkannya dengan program. Lalu ditekankan pada aspek emosional.

Karena pada dasarnya iklan dapat dinikmati kalangan manapun, beda

dengan berita.

MS :Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam kampanye

di media massa?

RT :Masalah dana, karena belanja iklan itu tidak sedikit biaya yang harus

dikeluarkan.

MS :Apa bapak optimis dengan hasil kerja tim media Public relation?

RT :Alhamdulillah… segala sesuatu itu tidak ada yang sempurna tapi kami

sudah mempersembahkan yang terbaik semuanya kembali kepada penilaian

masyarakat.

MS : Posisi bapak saat kampanye sebagai apa?


(3)

WAWANCARA

Hari : Minggu

Tanggal : 24 Agustus 2008 Waktu : 15.20 WIB Pewawancara : Misliyah

Responden : H. Rahmat Effendi

MS : Mohon bapak jelaskan jabatan bapak saat ini?

RE : Nama saya, Rahmat Effendi jabatan saya sekarang ini sebagai Wakil

Walikota Bekasi

MS : Apa yang menjadi pertimbangan bapak mau menerima pencalonan sebagai

Wakil Walikota Bekasi dari koalisi Gotong Royong dalam Pilkada Bekasi

2008?

RE : Pertimbangan saya saat itu bahwa saya ingin melakukan perubahan di Kota

Bekasi. Untuk itu saya menerima pencalonan sebagai Wakil Walikota Bekasi.

MS : Bapak rela melepaskan jabatan sebagai sebagai ketua DPRD Kota Bekasi,

dan Ketua DPP Partai Golkar Kota Bekasi, apa tidak takut kalau nantinya

bapak kalah dalam Pilkada tersebut?

RE : Kalah menang dalam politik itu sudah biasa. Prioritas saya adalah mengabdi

untuk masyarakat, jadi apapun hasilnya saya tidak akan merasa rugi.

MS : Apa yang menjadi bahan pertimbangan anda dalam merumuskan visi dan

misi kepemimpinan kota Bekasi 2008-2009 ?

RE : Pertimbangan kami adalah menjadikan kota Bekasi sebagai kota yang maju

baik dalam pembangunan maupun masyarakatnya.

MS : Selama masa kampanye, komunikasi politik apa saja yang dilakukan melalui


(4)

mengurusi masalah yang berhubungan dengan komunikasi melalui media

massa.

MS : Bagaimana dengan pandangan bahwa bersatunya Anda dan Mochtar karena

faktor untuk menggaet masa etnis yang berbeda?

RE : Saya selalu mengajak orang untuk tidak memilih secara jahiliah, melainkan

menggunakan rasio. Mengapa? Kalau kita bawa-bawa ke soal etnis maka kita

tidak bisa maju, selalu konfesional. Namun kita juga tidak bisa lepas bahwa

hal itu ada. Tapi saya yakin bahwa masyarakat bisa membedakan mana isu

dan kenyataannya.

MS : Bagaimana hubungan bapak secara pribadi dengan media?

RE : Alhamdulillah sejak dulu saya mempunyai hubungan yang baik dengan

media.

MS : Menurut pendapat bapak bagaimana manfaat media massa dalam kampanye

politik pasangan MuRah?

RE : Menurut saya peranan media massa sangat penting, media massa adalah alat

komunikasi politik yang efektif .

MS : Apakah bapak ikut melakukan pemetaan media massa?

RE : Sudah ada Tim khusus yang menangani mengenai masalah pemetaan media

massa. Saya hanya memberikan saran dan arahan bila diperlukan.

MS : Dalam Pilkada Kota Bekasi 2008 lalu, apakah bapak turut memberikan saran

dalam setiap strategi kampanye dan komunikasi persuasifnya?


(5)

WAWANCARA

Hari : Sabtu Tanggal : 16 Agustus Waktu : 10.05 WIB Pewawancara : Misliyah

Responden : H. Mochtar Mohammad

MS : Mohon bapak jelaskan jabatan bapak saat ini?

MM : Nama saya, Mochtar Mohammad jabatan saya sekarang ini sebagai Walikota

Bekasi

MS : Apa yang menjadi pertimbangan bapak mau menerima pencalonan sebagai

Walikota Bekasi dari koalisi Gotong Royong dalam Pilkada Bekasi Periode

2008-2013?

MM : Banyak yang jadi bahan Pertimbangan saya saat itu bahwa saya ingin

melakukan perubahan di Kota Bekasi itu yang paling utama, ketika ada

kesempatan untuk berjuang, Untuk itu saya menerima pencalonan sebagai

Walikota Bekasi.

MS : Bapak rela melepaskan jabatan sebagai sebagai Wakil WaliKota Bekasi, apa

tidak takut kalau nantinya bapak kalah dalam Pilkada tersebut?

MM : Tentu saja tidak… (sambil tertawa)

MS : Apa yang menjadi bahan pertimbangan anda dalam merumuskan visi dan

misi kepemimpinan kota Bekasi 2008-2009 ?

MM : Menjadikan kota Bekasi sebagai kota yang maju seperti kota-kota besar

lainnya, baik dalam pembangunan maupun masyarakatnya.

MS : Selama masa kampanye, komunikasi politik apa saja yang dilakukan melalui


(6)

berhubungan dengan komunikasi melalui media massa.

MS : Bagaimana dengan pandangan bahwa bersatunya Anda dan Rahmat karena

faktor untuk menggaet masa etnis yang berbeda?

MM : Itu tidak benar? Dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari isu tersebut,

masyarakat Bekasi sudah bisa membedakan mana yang pantas untuk menjadi

pemimpin Kota Bekasi.

MS : Bagaimana hubungan bapak secara pribadi dengan media?

MM : Alhamdulillah hubungan saya dengan Media cukup baik.

MS : Menurut pendapat bapak bagaimana manfaat media massa dalam kampanye

politik pasangan MuRah?

MM : Media massa sangat penting, dalam proses Komunikasi Politik.

MS : Apakah bapak ikut melakukan pemetaan media massa?

MM : Tidak… masalah pemetaan ditangani oleh Tim media massa. Saya hanya

memberikan saran.

MS : Dalam Pilkada Kota Bekasi Periode 2008-2013 lalu, apakah bapak turut

memberikan saran dalam setiap strategi kampanye dan komunikasi

persuasifnya?

MM : kita semua diskusi, bila ada masukan tidak ada salahnya kalau kita bertukar