Dusun Pancur Nauli, Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatra Utara. Kemudian dibawa ke Laboratorium Genetika, Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Di laboratorium sampel ditumbuhkan pada media sekam bakar dan kompos,
disiram setiap dua kali sehari.
3.5 Pembuatan Preparat Dengan Metode Pencet Squash
Ujung akar kantong semar dipotong sepanjang ± 0,5 cm, kemudian dimasukkan dalam larutan asam asetat 45 dengan komposisi seperti pada lampiran 1 halaman 45, yang
berfungsi sebagai fiksatif dan disimpan dalam lemari pendingin selama 30 menit. Bahan akar dicuci dengan aquadest sebanyak 3 kali, dihidrolisis dengan menggunakan
HCl 1N yang terlebih dahulu dipanaskan pada suhu 50
o
C selama 1 menit, lalu dicuci dengan aquadest sebanyak 3 kali. Ujung akar tersebut direndam dalam pewarna
acetocarmin dengan komposisi seperti pada lampiran 1 halaman 45, selama 1 jam. Bahan diletakkan pada gelas objek dan diberi gliserin 1 tetes, lalu ditutup dengan
gelas penutup dan dipencet sampai akar hancur Merten Hammersmith, 1995.
3.6 Proses Pemotretan Kromosom
Preparat dilihat di bawah mikroskop cahaya, dari mulai perbesaran yang kecil sampai yang besar untuk melihat sel yang mempunyai kromosom yang jelas. Setelah
didapatkan sel yang mempunyai kromosom yang jelas difoto dengan perbesaran 1000X menggunakan kamera digital.
3.7 Penghitungan Jumlah Kromosom
Foto perbesaran 1000X ditransfer ke program Photoshop CS 2, dipilih satu sel yang mempunyai kromosom yang jelas dan di crop. Sel yang telah di crop diperbesar 50
dengan menggunakan program Photoshop CS 2. sel diberi intensitas warna untuk
Universitas Sumatera Utara
memperjelas kromosom. Rentangan kromosom metafase diberi warna ungu dengan latar warna hitam. Kemudian dihitung jumlah kromosomnya Zhu et al., 1996.
3.8 Pengukuran, Penghitungan dan Penyusunan Kromosom
Dari masing-masing kromosom diukur panjang keseluruhan kromosomnya, lengan panjang dan lengan pendek. Berdasarkan panjang kromosom tersebut, selanjutnya
dihitung persentase panjang relatif PR dan persentase indeks sentromer IS dengan menggunakan rumus Zhang 1996, yaitu:
100 x
haploid kromosom
set Panjang
Q P
PR
100 x
Q P
P IS
Keterangan: P = kromosom lengan pendek Q = kromosom lengan panjang
Kemudian kromosom disusun berdasarkan panjang dan posisi sentromer, sehingga diperoleh karyotipe.
3.9 Analisis Data
Karyotipe dari kantong semar Nepenthes reinwardtiana Miq. dan Nepenthes tobaica Danser. dianalisis secara deskriptif.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Foto Preparat Kantong Semar Nepenthes reinwardtiana Miq
. dengan Menggunakan Metode Pencet Squash
Hasil pengamatan radiks kantong semar Nepenthes reinwardtiana Miq. dengan menggunakan metode pencet squash dan pewarnaan acetocarmin, dengan perbesaran
1000x, diperoleh hasil seperti pada Gambar 4.1 berikut ini:
Gambar 4.1 Sel Radiks Nepenthes reinwardtiana Miq. dengan perbesaran 1000x; a.Dinding Sel, b. Kromosom,
c. Nukleus, = 13 µm. Dari Gambar 4.1 di atas terlihat kromosom berukuran sangat kecil seperti
bintik-bintik berwarna gelap. Keadaan tersebut sesuai dengan pendapat Stansfield 1991, yang menyatakan bahwa bila dilakukan pengamatan di bawah mikroskop
cahaya, maka kromosom-kromosom tampak hanya sebagai butiran-butiran kromosom yang halus. Kromosom menjadi terlihat terangkai karena menggulung, memendek dan
menebal karena adanya penambahan matriks-matriks protein pada proses metafase berlangsung kromosom kelihatan seperti badan gelap dalam sel.
a b
c
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap metafase kromosom-kromosom lebih berkondensasi, lebih tebal dan lebih pendek dibandingkan dengan keadaan pada tahapan-tahapan lainnya
Sutrian, 1991. Pada fase inilah paling mudah untuk menghitung banyaknya kromosom atau mempelajari morfologinya, karena kromosom-kromosom tersebar di
bidang tengah dari sel Suryo, 1995.
4.2 Penghitungan Jumlah Kromosom Kantong Semar Nepenthes reinwardtiana