Latar Belakang Kesimpulan dan Saran

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman hias bunga dan tanaman hias daun. Tanaman hias daun merupakan tanaman dengan daun yang menarik. Jumlah tanaman hias daun tidak dapat dihitung secara pasti karena makin banyak tumbuhan liar yang kini digolongkan menjadi tanaman hias Prihmantoro, 1997. Tanaman hias daun dipilih karena penampilan aneka ragam daunnya yang berwarna-warni. Mulai dari yang berwarna tunggal merah, hijau, kuning, oranye, perak, warna kombinasi, warna strip-strip, warna zebra, warna bintik-bintik dan warna totol-totol merah-ungu. Tanaman hias daun berasal dari alam terbuka, di alam terbuka itu tanaman mendapatkan latihan terus menerus secara alami. Tanaman tersebut terlindung dari terpaan terik matahari, sebab tanaman tersebut tumbuh di bawah pepohonan besar. Tanaman hias ini sengaja dicoba dan dilatih untuk hidup di lingkungan baru dengan cara memberi penyinaran yang terbatas Sudarmono, 1997. Nepenthes dikenal sebagai tanaman hias unik, banyak di antara para hobis dan kolektor tanaman hias mencoba untuk memiliki dan mengembangkannya. Bentuk kantong dan corak warna Nepenthes memiliki nilai seni yang unik dan artistik, apabila dikembangkan Nepenthes mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi sebagai tanaman hias pot, pekarangan, pengisi rangkaian vas bunga, tanaman hias dalam botol hasil pengembangan kultur jaringan. Pecinta tanaman hias menggunakan batang Nepenthes sebagai tali pengikat, sangkar burung, dan pagar. Akar dan cairan kantong dipakai sebagai obat. Kantong digunakan untuk membungkus ketupat Mansur, 2006. Universitas Sumatera Utara Kemampuan menangkap serangga pada Nepenthes disebabkan oleh adanya organ berbentuk kantong yang menjulur dari ujung daunnya. Organ itu disebut pitcher atau kantong. Kemampuannya yang unik dan asalnya yang dari negara tropis itu menjadikan Nepenthes sebagai tanaman hias pilihan yang eksotis di Jepang, Eropa, Amerika dan Australia. Tetapi, di Indonesia tanaman ini belum banyak dikenal dan dimanfaatkan. Selain kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya sangat menarik Rischer, 2001. Sebagai upaya untuk peningkatan kualitas Nepenthes perlu diketahui terlebih dahulu kromosom dan karyotipenya. Karyotipe adalah pengaturan kromosom secara standar berdasarkan panjang, jumlah serta bentuk kromosom dari sel-sel somatis suatu individu Suryo, 2003. Menurut Russell 1992, karyotipe adalah satu set lengkap kromosom sel yang berada pada tahap metafase. Sebuah karyotipe merupakan kromosom pada fase metafase yang tersusun secara khusus, berpasangan, menurut skala tangan kromosom dan posisi sentromer Merten Hammersmith, 2001. Jumlah kromosom dalam setiap sel somatik adalah sama bagi semua anggota suatu spesies tertentu. Jumlah diploid dari suatu spesies tidak menyatakan hubungan langsung terhadap posisi spesies dalam klasifikasi filogenetis. Struktur kromosom dapat dilihat sangat jelas pada fase-fase tertentu pada waktu pembelahan nukleus pada saat mereka bergulung. Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut sentromer yang membagi kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda, kehadiran dan posisi bidang area yang membesar disebut kromomer, adanya perpanjangan halus pada terminal dari material kromatin yang disebut satelit dan sebagainya. Suatu kromosom dengan sentromer median metasentris akan mempunyai tangan-tangan dengan ukuran yang kira-kira sama. Kromosom yang submetasentris atau akrosentris mempunyai tangan-tangan yang jelas ukurannya tidak sama. Jika sentromer suatu kromosom berada di dekat atau dekat sekali dengan salah satu ujung kromosom, disebut telosentris. Setiap kromosom dari genom dengan pengecualian kromosom-kromosom seks diberi nomor secara berurutan menurut panjangnya, dimulai pertama kali dengan kromosom yang paling panjang Stansfield, 1991. Universitas Sumatera Utara Karyotipe memiliki peranan yang penting dalam pengamatan sifat keturunan, dengan melihat karyotipe dapat dicari hubungannya dengan anatomi, morfologi ataupun fisiologi suatu individu Yatim, 1983. Pada sebuah karyotipe, kromosom disusun dan dinomori dengan ukuran dari yang terbesar sampai terkecil. Berdasarkan susunan inilah dapat ditentukan perubahan kromosom yang mungkin terjadi akibat kesalahan genetis atau mutasi Lewin, 1995. Salah satu cara yang digunakan untuk analisis kromosom tumbuhan adalah dengan metode pencet. Metode pencet merupakan salah satu metode untuk mendapatkan sediaan dengan cara memencet suatu potongan jaringan atau suatu organisme secara keseluruhan, sehingga didapat suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati di bawah mikroskop Suntoro, 1983.

1.2 Permasalahan