dan unsur religius masyarakat Medan menjadi salah satu ciri karakter masyarakat yang tinggal di sekitar Kota Medan.
2.4 Sistem Ekonomi Masyarakat Kota Medan
Sejak tahun 1863, wilayah Medan dan sekitarnya mulai dibuka untuk perkebunan. Sejak tahun inilah perkembangan kota tergolong pesat. Masyarakat
yang tinggal disekitarnya mulai memiliki pekerjaan yang menetap dan diatur oleh pemerintah yang berkuasa saat itu.
Masyarakat yang didatangkan dari luar Medan pada dasarnya dipekerjakan menjadi buruh dalam perkebunan, yang pada awalnya adalah buruh dalam
perkebunan penanaman dan pengeringan tembakau.
12
Perkebunan semakin diperluas, disebabkan permintaan dan kebutuhan wilayah Eropa akan tembakau semakin besar. Pada tahun 1881 hasil tembakau
sudah mencapai 82.365 pak dengan hasil penjualan di Nederland FI. 14.750.000,-. Hasil ini memancing para pengusaha semakin bersemangat membuka perkebunan
di wilayah Deli. Para buruh yang akan dipekerjakan pada perkebunan semakin ditingkatkan, khususnya buruh Cina, Tamil, dan Jawa. Sebanyak 22 perusahaan
besar dibuka di Daerah Deli, yang pada dasarnya menanam Tembakau, dibuka Proses penanaman hingga
pengeringan dan akhirnya dikirim keluar pulau Sumatera, dapat digolongkan sebagai industri tembakau, yaitu Industri Tembakau Deli. Jadi masyarakat
pendatang dan masyarakat yang ada di Medan banyak bekerja di sektor industri setelah pengusaha Belanda membuka perkebunan di Sumatera Timur.
12
Mahadi., loc cit
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 1887 dengan memakai kuli dari Cina sebanyak 4.476 jiwa, kuli dari Tamil sebanyak 459 jiwa dan kuli yang didatangkan dari Jawa sebanyak 316
orang.
13
Perusahaan-perusahaan milik pengusaha asing yang sudah besar sebelum Indonesia merdeka seperti, Perusahaan Air Bersih, Perusahaan Listrik Medan,
Rumah Sakit Medan yang dibangun di Jalan Puteri Hijau sekarang, Deli Proef Station sekarang Rispa, Medan Hotel hotel Grahana dan perusahaan lainnya
yang pada dasarnya adalah milik pengusaha. Semua perusahaan milik swasta ini dibangun di Medan dilatarbelakangi oleh rencana Kota Medan yang akan
dijadikan sebagai ibu kota Sumatera Timur pada tahun 1888. Perkebunan-perkebunan dan industri yang dibuka oleh perusahaan asing di
Indonesia menjadi dasar-dasar perekonomian di Medan setelah kemerdekaan diperoleh dari bangsa Belanda. Perkebunan tembakau menjadi milik bangsa
Indonesia dengan berbagai proses, baik proses nasionalisasi perusahaan asing, maupun dengan proses penarikan kembali.
14
13
Tengku Lukman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Satgas MAMBI, 1991, hlm. 55
14
Ibid., hlm. 58-60
Sejak direncanakan menjadi ibu kota Sumatera Timur, Wilayah Medan difokuskan menjadi daerah industri dan daerah perkebunan milik pengusaha
asing. Sedangkan daerah pertanian yang dimiliki masyarakat, sedikit demi sedikit dijadikan perumahan dan perusahaan. Demikan halnya setelah merdeka,
masyarakat dominan bekerja disektor industri dan perkebunan. Sedangkan masyarakat petani jumlahnya semakin sedikit.
Universitas Sumatera Utara
Petani yang ada di Kota Medan semakin sedikit, aktivitas yang dominan dilakukan adalah bekerja di sektor perindustrian, perdagangan, perkebunan dan
membuka usaha kecil. Bekerja sebagai buruh, petani dan pekerjaan lainnya dilakukan oleh masyarakat menengah kebawah sehingga situasi masyarakat yang
tingkat perekonomiannya menengah kebawah lebih banyak. Kelompok masyarakat yang berprofesi sebagai buruh dan kelompok
pekerja menengah ke bawah sangat rentan dengan kurangnya perawatan kesehatan. Masyarakat membutuhkan pertolongan medis yang sifatnya murah
ataupun yang bersifat pengobatan gratis, untuk membantu keadaan masyarakat yang tergolong dominan sebagai masyarakat miskin.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERANAN GERAKAN PALANG MERAH
3.1 Hendry Dunant Sebagai Penggagas Red Cross