Usaha Ratifikasi Konvensi Jenewa

adalah penyatuan kedua simbol yaitu salib dan bulan sabit merah, 24 Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah disepakati dapat dipakai oleh rumah sakit dan kelompok medis lainnya untuk menjamin kenetralan dari kelompok pelaksana kesehatan. Tugas-tugas pokok dari komite Palang Merah Internasional diatur dalam kesepakatan Undang-undang Palang Merah Internasional yang terdiri dari 10 pasal. tanpa merubah fungsi dan tujuannya dari badan tersebut. 25 Akibat perkembangan peralatan dan areal pelaksanaan perang semakin beragam, maka Komite Palang Merah Internasional semakin mempelajari hal ini untuk menyusun strategi membantu korban perang. Perang Solverino adalah perang yang menjadi dasar pertolongan bagi gerakan Badan Palang Merah. Tugas Komite Palang Merah Internasional yang tersusun dari perang ini hanya sekitar Setelah International Comitte Of The Red Cross ICRC terbentuk maka pekerjaan yang direncanakan dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian Palang Merah semakin mendapat sambutan dari berbagai negara. Sesuai dengan perkembangan teknologi dan pemikiran manusia, sistem perang juga semakin meningkat. Peperangan bukan saja dilakukan di darat tetapi perang banyak dilakukan di laut dan di udara. Latar belakang ini mempengaruhi peningkatan progam ICRC, sesuai dengan perang yang sedang terjadi, maka secara otomatis fungsi dari Palang Merah Internasional juga semakin luas.

3.3 Usaha Ratifikasi Konvensi Jenewa

24 Ibid., hlm. 4 25 Umar Mu’in., loc cit Universitas Sumatera Utara perang darat. Untuk menjaga Komite Palang Merah Internasional tetap berjalan, maka lembaga ini telah melakukan beberapa kali Konvensi, seperti konvensi tahun 1909, 1923, 1929 dan tahun 1949. Dasar dari perubahan ini adalah Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang telah menyebabkan korban luka-luka dan meninggal dunia sangat besar. ICRC menganggap hal ini dikarenakan kurangnya persiapan dari komite itu sendiri dalam mengenali jenis perang yang akan terjadi. Pada Perang Dunia I, jatuhnya korban tidak hanya dialami oleh tentara ataupun kelompok militer, tetapi keganasan perang telah banyak menewaskan masyarakat sipil yang tidak berdosa. Pada Konvensi I Jenewa pertolongan medis yang terencana hanya diberikan kepada prajurit yang terluka dan meninggal dunia, sedangkan perlindungan terhadap sipil belum direncanakan sama sekali. 26 26 Mochtar Kusumaatmadja., loc cit Perlombaan menggunakan teknologi dalam berperang seperti nuklir, rudal, bom dan pesawat sebagai alat perang menjadi salah satu taktik perang dalam menghabisi jiwa manusia. Perang juga dilakukan di laut bahkan di udara, tanpa memperhitungkan akibat. Sebagai proses penyesuaian antara perang dan cara kerja Komite Palang Merah Internasional, maka pelaksanaan Konvensi Jenewa I dilaksanakan kembali. Partisipasi dari Komite Palang Merah Nasional didasari berbagai negara yang turut hadir pada konvensi tersebut untuk mempublikasikan tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada setiap Badan Palang Merah Nasinal dan bahkan Komite Palang Merah Internasional sebagai wujud yang paling besar. Universitas Sumatera Utara Cara mengadopsi hasil Konvensi Jenewa ataupun konvensi lainnya menjadi bagian dari tugas Komite Palang Merah Nasional maupun Internasional telah diatur dalam Konvensi Jenewa I yang menyatakan “Konvensi ini akan berlaku untuk semua peristiwa perang yang diakibatkan oleh semua sengketa bersenjata Armed Conflik lainnya yang melibatkan dua atau lebih pihak”. 27 Perlindungan tawanan ternyata sangat diperlukan, untuk itu Konvensi III dilakukan sebagai perlindungan terhadap tawanan perang dan tawanan lainnya. Perlakuan yang dijadikan contoh perlakukan terlarang adalah perlakuan tentara Konvensi Jenewa II lebih mengarah kepada pengaturan pelaksanaan perang. Tujuan dari perjanjian ini adalah pembatasan dampak yang ditimbulkan oleh perang. Perang akan dijauhkan dari daerah masyarakat guna membatasi dampaknya pada masyarakat sipil. Sebelum konvensi ini dilaksanakan, perang terjadi tanpa memperhitungkan siapa seharusnya yang dapat dibunuh. Kelompok masyarakat terkadang menjadi sasaran dari tentara ketika perang dalam keadaan memanas. Akibatnya korban yang ditimbulkan oleh perang dimasa lalu sangat besar. Setelah pembatasan perang menjadi otoritas dari Palang Merah, organisasi ini tidak berhenti disitu saja, tetapi juga memperhatikan perlakuan yang diterima para tawanan yang ditawan. Para tawanan banyak yang terbunuh di penjara akibat penyiksaan yang dilakukan oleh pihak penawan. Sebelum konvensi III dilaksanakan, tawanan menjadi pelampiasan amarah dari kelompok penahan, mereka diperlakukan diluar hak asasinya sebagai manusia. 27 Ibid., hlm. 29 Universitas Sumatera Utara Jepang dan Jerman kepada lawan negaranya. 28 Hal-hal yang ikut dijaga dalam konvensi ini menyangkut masalah perlindungan dan perlakuan terhadap tawanan, pengembalian tawanan perang, tempat menawan, kesehatan materil tawanan mencakup keuangan, makanan kebersihan tawanan, dan pengamatan kesehatan. 29 Tambahan-tambahan tugas Komite Palang Merah akan diturunkan ke Komite Palang Merah Nasional, guna sosialisasi tugas dari badan Palang Merah. Kebutuhan akan sukarelawan dan pekerjaan Palang Merah semakin besar di barbagai belahan dunia, sehingga banyak negara meratifikasi bentuk organisasi yang sama dengan Palang Merah dan kemudian bergabung dengan organisasi Bidang lain yang harus diperhatikan pihak penawan sesuai dengan isi Konvensi III mencakup kesejahteraan moral agama, kegiatan-kegiatan intelektual, olah raga, hiburan, hubungan dengan dunia luar dan perihal kiriman dari luar, hak tawanan untuk mengajukan permohonan, pengaduan laporan, disiplin dalam kemah tawanan, pemulangan langsung, penempatan di negara yang dianggap netral, pemeriksaan terhadap tawanan yang meninggal dunia dan masalah lainnya. Palang Merah diberi tugas untuk melakukan pemeriksan persyaratan tersebut tanpa harus mendapat ijin dari pihak mana pun. Hal ini membuktikan bahwa Komite Palang Merah Internasional ICRC semakin besar dan diakui kenetralannya. 28 Ibnu Sutoyo., loc cit 29 Mochtar Kusumaatmadja., loc ci-t Universitas Sumatera Utara tersebut setelah Komite Palang Merah Internasional menilai bahwa organisasi tersebut telah layak menjadi anggota Palang Merah Internasional. 30 Kelompok Palang Merah Belanda menilai bahwa Indonesia juga membutuhkan Gerakan Palang Merah untuk menginvestigasi penjajahan yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia. Rencana pendirian Palang Merah di Konvensi akan dilakukan oleh Komite Palang Merah Internasional setelah melakukan analisa terhadap kejadian perang dan mendapat beberapa kemajuan baru atau tindakan yang membahayakan kepada umat manusia, seperti Hukum Perlakuan Internasional HPI. Peraturan baru ini adalah tindakan untuk meminimalis tindakan kekerasan dari kelompok perang yang menahan lawan perangnya. Ratifikasi terhadap hasil Konvensi Jenewa akan segera disebarluaskan keberbagai negara atau kepada Palang Merah Nasional yang ada di berbagai negara. Tujuan penyebaran informasi ratifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kemanusiaan keberbagai belahan dunia.

3.4 Pembentukan Palang Merah Nasional Indonesia