1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan deskriptif naratif terhadap sumber-sumber sejarah dari Palang Merah Indonesia Cabang Medan terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan saat peristiwa bencana ataupun fenomena sosial lainnya yang menelan korban jiwa. Metode penelitian menggunakan metode penelitian sejarah
yang prosesnya adalah: 1.
Heuristik yaitu: proses pengumpulan sumber sebanyak-banyaknya yang memberikan penjelasan tentang peranan Palang Merah, khususnya Palang
Merah Cabang Medan, dengan menggunakan metode: a.
Penelitian Lapangan menggunakan metode wawancara terhadap pelaku seperti Edi Siswanto, M. Fitri, Amir Husein untuk
mengetahui gerakan Palang Merah di Medan. Metode penelitian wawancara diharapkan menjadi keterangan yang paling pokok sebab
kepalangmerahan adalah seseorang yang sudah mengabdikan diri menjadi sukarelawan Palang Merah Indonesia Cabang Medan.
Metode yang lainnya adalah kuessioner untuk memperoleh keseragaman keterangan dari berbagai informan.
b. Penelitian Kepustakaan library Research, yaitu mengumpulkan
berbagai sumber tertulis seperti buku, majalah, surat kabar, notulen, buletin dan hasil penelitian terdahulu yang dapat mendukung
penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
2. Kritik Sumber, untuk memeriksa kevalidan data melalui:
a. Kritik Intern yang berguna untuk memperoleh dokumen atau
keterangan yang kredibel, dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis.
b. Kritik Ekstern, digunakan untuk memperoleh data yang outentik.
3. Interpretasi untuk menganalisis dan menafsir data dengan menggunakan
metode perbandingan komparatif dengan penelitian yang diadakan sebelumnya.
4. Historiografi yaitu menyusun fakta menjadi hasil penelitian, yang bentuknya
adalah karya tulis sejarah.
Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Latar Belakang Sejarah Perkembangan Kota Medan
Palang Merah Indonesia Cabang Medan, merupakan Palang Merah yang berkonsentrasi dalam masalah kesehatan di Kota Medan. Segala aktivitas dan
kegiatan yang akan dikerjakan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan berorientasi dengan kondisi yang terjadi di Medan. Demikian dengan penelitian,
membahas tentang kondisi Medan dari sudut pandang Palang Merah Indonesia Cabang Medan.
Dari hasil penelahaan yang dilakukan oleh tim sejarah rekonstruksi kota Medan, menghasilkan sejumlah kesimpulan tentang latar belakang historis kota
Medan yaitu, bahwa kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus yang berasal dari etnis Karo. Setelah melakukan beberapa pertimbangan tentang berdirinya kota
Medan, menyimpulkan bahwa kota berdiri tanggal 1 Juli 1590, maka tanggal 1 Juli dijadikan sebagai hari ulang tahun Kota Medan,
5
5
Pemerintah Kota Medan, Profil Kota Medan, Medan: Pemerintah Kota, 2004, hlm. 34
yang dirayakan setiap tahunnya.
Keadaan Kota Medan pertama kalinya adalah hanya sebuah tempat tinggal, yang berfungsi sebagai tempat pemukiman beberapa orang manusia saja,
dan semakin lama jumlah penduduk yang menempatinya di sekitar kota dan pantai semakin besar, sehingga Medan menjadi sebuah perkampungan yang dihuni oleh
beragam etnis.
Universitas Sumatera Utara
Semakin beragam dan banyaknya suku pendatang ke Medan ternyata menimbulkan perkembangan kota semakin pesat. Kota segera menjadi daerah
perdagangan setelah banyak masyarakat dari luar daerah yang memperdagangkan barang-barang dagangannya ke Medan. Seperti keterangan yang diperoleh dari De
Chineezen Ter Oostkust Van Sumatera menjelaskan bahwa tahun 1882, Cina telah mengirimkan sejumlah utusannya sebagai biro perdagangan yang bertugas di
Sumatera Timur, berpusat di Medan. Selain biro perdagangan, kelompok Tionghoa juga mengirimkan sejumlah
perwira yang bertugas memberikan keamanan perdagangan anatara kelompok Tionghoa dengan kelompok masyarakat yang ada di Medan. Akibat dari hal ini,
maka kelompok Tionghoa dan kelompok suku lainnya semakin bertambah di Medan. Medan sudah semakin penting bagai banyak orang.
Pada awal tahun 1866, pengusaha dari Belanda membuka sistem perkebunan di Deli dan mendirikan Deli Maatschappaij yang berpusat di Medan.
Penanaman tembakau di Medan juga memberikan perkembangan kota Medan, selain banyak masyarakat mencari pekerjaan ke kota Medan, kelompok
masyarakat juga menjadikan kota Medan sebagai pusat perkumpulan pengusaha yang ada di Sumatera Timur, baik yang datang dari Eropa, maupun kelompok
pedagang Asia lainnya. Perkembangan kota yang semakin pesat, maka pada tahun 1887 Medan
diresmikan menjadi pusat reseden untuk wilayah Sumatera Timur.
6
6
Mahadi, Hari Djadi dan Garis-garis Besar Perkembangan Sosiologi Kota Medan, Medan: Fakultas Hukum USU, 1967, hlm. 39
Persetujuan ini dilakukan antara Sultan Deli dengan masyarakat dan kelompok pengusaha
Universitas Sumatera Utara
yang datang ke Medan. Sejak saat itu, maka Medan menjadi pusat segala aktivitas yang ada di Sumatera Timur, baik pusat pemerintahan, perdagangan, maupun
pusat pemukiman penduduk. Perkembangan Medan sejak saat itu sangat jauh meninggalkan kota-kota lainnya yang ada di Sumatera Timur.
Pembukaan Deli Maatschappaij, menimbulkan terjadinya pengiriman buruh yang akan dipekerjakan di perkebunan. Kelompok buruh yang terbesar pada
dasarnya didatangkan dari pulau Jawa. Perkembangan kota Medan inilah yang mempengaruhi Sultan Deli melakukan pemindahan pusat pemerintahannya dari
Labuhan Deli ke Medan, seiring dengan perpindahan pemerintahan Kolonial, yaitu Asisten Residen dari tempat yang sama pada tahun 1887.
7
1.
Pusat kegiatan pemerintahan
Pokok peristiwa sebelumnya yang mendasari Kota Medan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Medan dihuni oleh beragama suku, etnis, agama
dan juga tradisi yang berbeda, berdasarkan masyarakat yang membawanya. Demikian halnya dengan perkembangan perekonomian yang dilatarbelakangi
kedatangan pengusaha dan pembukaan perkebunan di Sumatera Timur, khususnya daerah Deli.
Perkembangan Kota Medan sangat pesat yang akhirnya menjadi pusat propinsi Sumatera Utara yang berfungsi sebagai pusat administrasi untuk wilayah
Sumatera Utara. Ada beberapa hal yang ingin dicapai oleh pemerintah Kota Medan sebagai ibukota propinsi yaitu
2. Pusat kegiatan industri perdagangan dan perhubungan
7
Ibid, hlm. 55
Universitas Sumatera Utara
3. Pusat kegiatan pendidikan, pariwisata, sosial dan budaya.
Maka dengan demikian sesuai dengan kegunaannya diatas, Kota Medan akan terus mengalami perkembangan baik secara fisik maupun dari sudut
aktivitas-aktivitas yang akan dilaksanakan di Kota Medan akan terus meningkat, kecepatan urbanisasi akan meningkat, melihat perkembangan kota yang demikian
pesatnya. Sehingga banyak membutuhkan perlengkapan sosial dan perlengkapan kehidupan masyarakat, guna menjamin keselamatan dan proses kehidupan di kota
Medan, yang luasnya mencapai ± 25.580 Ha dan dihuni penduduk dengan jumlah ± 1,3 juta Jiwa pada tahun 1982.
Jumlah penduduk yang tergolong pesat ini menuntut banyak perlengkapan pelayanan publik. Pelayanan tersebut bentuknya swadaya dari kelompok atau
organisasi tertentu, terutama yang sifatnya organisasi sukarelawan kesehatan, sebab kehidupan kota sering ditimpa dengan bahaya penyakit menular dan
bencana lainnya yang dapat menimbulkan korban jiwa.
2.2 Kondisi Geografis Kota Medan