BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah umat manusia pada awalnya adalah sejarah perang, sejarah penjajahan dan sejarah kekuasaan. Tindakan-tindakan kejam manusia pada
dasarnya dilatarbelakangi oleh naluri untuk mempertahankan diri atau mempertahankan kekuasaan kelompok baik dalam komunitas kecil maupun
komunitas yang besar. Karena perbedaan paham dan pemikiran, sehingga timbul saling mencurigai serta menganggap orang lain ataupun kelompok yang lainnya
membahayakan sehingga terjadilah yang dinamakan dengan perang. Tindakan berperang adalah salah satu revolusi pada jaman-jaman
terdahulu bagi kehidupan manusia, akibat dari perang pada dasarnya adalah sebuah kerugian besar. Sebab perang tidak pernah memberikan keuntungan
kepada kedua pihak yang bertikai dan yang terjadi justru yang sebaliknya, yaitu luka-luka dan kematian. Kesepakatan mengenai perang dan bentuk perdamaian
sangat jarang dilakukan oleh kelompok yang berperang. Perang terjadi seperti gejala alam yang tidak dapat dikontrol, sehingga korban yang diakibatkan sangat
besar.
1
Sebelum hadirnya Palang Merah Internasional oleh Henry Dunant, hanya ada dua kelompok yang terlibat dalam perang yaitu pihak yang bertikai,
sedangkan kelompok penengah tidak dijumpai ataupun kelompok sukarelawan
1
Mochtar Kusumaatmadja, Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949, Bandung: PT. Alumni, 1949, hlm. 11
Universitas Sumatera Utara
sebagai regu penyelamat bagi korban perang. Latar belakang ini juga adalah sebagai faktor yang mengakibatkan kematian dalam peperangan sangat besar.
Pengalaman Henry Dunant yang menjadikan dirinya sebagai salah satu pihak ketiga dalam perang yaitu sebagai sukarelawan terhadap korban-korban
perang antara dua kubu yang berkonflik yaitu Austria melawan Perancis dan Italia di Solferino. Kegiatan Henry Dunant dicatat berupa sebuah laporan. Catatan yang
dirangkum oleh Henry Dunant ternyata mengandung ketertarikan kepada rakyat banyak khususnya rakyat Swiss setelah mendengar publikasi dari kegiatannya.
Henry Dunant menjelaskan akibat-akibat perang hanya merugikan, dan sama-sekali tidak memberikan keuntungan, seperti perang Solferino yang menelan
korban sebanyak 40.000 jiwa, diantaranya korban meninggal dunia dan luka-luka. Tindakan dari Henry Dunant bersama grupnya mendapat dukungan dari
masyarakat, terlihat ketika Henry Dunant bersama Jenderal Guillame-Heri Dufour, dr. Luis Appia, dr. Theodore Maunoir dan Gustave Moynier membentuk
Komite Lima sebagai organisasi bantuan perang. Tugas pokok dari Komite Lima berupa: membentuk organisasi kemanusiaan internasional yang dapat
dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cidera di medan perang dan mengadakan perjanjian Internasional guna melindungi
prajurit yang cidera di medan perang.
2
Gagasan Komite Lima akhirnya menjadi dasar pembentukan International
Commitee Of the Red Cross ICRC setelah konvensi Jenewa I yang menghasilkan dua keputusan pokok yaitu: pertama, tentara yang terluka harus diobati dan kedua
2
Ibnu Sutowo, Memperkenalkan Palang Merah Indonesia, Jakarta: Markas Besar PMI, 1993, hlm. 25
Universitas Sumatera Utara
sebagai penghargaan terhadap negara Swiss maka lambang perlindungan menggunakan tanda palang merah diatas dasar Putih. Lambang ini akan dipakai
seluruh Rumah Sakit, Ambulance dan para Petugas Medis di medan perang atau di tempat tertentu.
3
Bentuk organisasi kepalangmerahan di Indonesia sudah lama direncanakan. Gerakan kepalangmerahan dimulai sejak masa pendudukan
Belanda di Indonesia dinamakan dengan Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie NERKAI, yang berakhir ketika Jepang mengalahkan Belanda dari Indonesia.
Dalam Konvensi Jenewa membahas tentang tindak lanjut dari Konvensi Den Haag, yaitu tentang perang, baik perang dengan senjata modern maupun
perang tradisional, terutama perang yang dilaksanakan di darat. Konvensi- Konvensi Jenewa mengutuk keras pertentangan dan perang yang selalu berakibat
terhadap korban jiwa dan kerugian lainnya, seperti Perang Dunia II yang menelan korban paling besar dari segala perang yang pernah terjadi.
Hasil Konvensi Jenewa menjadi salah satu sumber tugas yang akan dilaksanakan oleh komite nasional Palang Merah di berbagai negara, seperti
Palang Merah Indonesia. Gerakan Palang Merah Indonesia dinilai sangat positif terbentuk di Indonesia mengingat situasi Indonesia adalah salah satu kawasan
yang rentan dengan bahaya bencana alam. Pertolongan berupa bantuan medis dan bentuk pertolongan fisik tanpa mengharapkan sebuah imbalan dan gaji sangat
orientik dengan tingkatan kesejahteraan yang masih layak mendapatkan pertolongan medis secara gratis terutama saat penjajahan Belanda di Indonesia.
3
Ibid., hlm. 13
Universitas Sumatera Utara
Jepang menilai bahwa bentukan barat pada dasarnya bertujuan untuk melakukan dominasi dalam semua bidang, sehingga organisasi kepalangmerahan pun ikut
dibubarkan dari Indonesia. Berakhirnya kekuasaan Jepang dari Indonesia setelah Amerika Serikat
menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki, menyusul penyerahan Jepang di Indonesia, segera disambung dengan perintah dari presiden Soekarno untuk
suatu badan Palang Merah Nasional. Akhirnya perintah dari Presiden Soekarno dilaksanakan oleh Menteri Kesehatan saat itu yaitu Dr. Buntaran. Dr Buntaran
membentuk Komite Lima yang dipimpin oleh dr. Djuhana, dan anggotanya adalah dr. Marzuki., dan dr. Sitanata. Dengan waktu yang sangat singkat, Palang Merah
segera terbentuk, yaitu tanggal 17 September 1945. Sebagai tugas pertama yang menjadi tanggungjawab dari Palang Merah Indonesia adalah merawat dan
memberikan bantuan terhadap korban perang Kemerdekaan Indonesia, pengembalian tawanan Belanda maupun tawanan Jepang.
Pihak Internasional menilai gerakan Komite Lima Gerakan Palang Merah sangat netral dan bekerja sesuai dengan prinsip yang dimiliki oleh Palang
Merah Internasional maka tahun 1950, Palang Merah Internasional memberikan pengakuan terhadap Palang Merah Indonesia sebagai salah satu anggota Palang
Merah Internasional. Pemerintah segera menyambut pengakuan Internasional dengan mengeluarkan Keputusan Presiden NO. 25 tahun 1950 mengenai
pengesahan keberadaan Palang Merah Indonesia dan Keppres 246 tahun 1963 mengenai pemberian pertolongan dan bantuan kepada korban bencana, apa pun
Universitas Sumatera Utara
sebabnya tanpa membedakan agama bangsa, golongan, warna kulit, jenis kelamin dan bahasa .
Banyaknya jumlah korban yang diakibatkan oleh perang kemerdekaan di berbagai daerah, sangat mendukung pembukaan cabang Palang Merah diberbagai
daerah. Sifat kerja Palang Merah yang sama sekali tidak mengharapkan imbalan ataupun gaji menjadikan organisasi ini sangat tepat dibuka di Medan. Palang
Merah hadir di Medan bersamaan waktunya dengan kehadiran Palang Merah Indonesia nasional, dan proses pengakuan terhadap Palang Merah Nasional,
berarti sekaligus pengakuan terhadap Palang Merah Indonesia Cabang Medan. Sejak resmi menjadi bagian dari Palang Merah Internasional, gerakan
Palang Merah Indonesia di Medan memberikan pengabdian yang serius terhadap sejumlah korban-korban bencana alam, maupun penyakit menular lainnya. Prinsip
kerja yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia secara umum, dan Palang Merah Indonesia Cabang Medan pada khususnya, antara lain :
1. Kemanusiaan: memberikan pertolongan tanpa membedakan korban yang
terluka saat pertempuran, mencegah dan mengobati penderitaan sesama manusia dan menanamkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama,
dan perdamaian sesama manusia. 2.
Kenetralan: gerakan Palang Merah tidak membuat perbedaan atas dasar
kebangsaan, kesukuan, agamakepercayaan, pandangan politik. Tujuan semata-mata adalah mengurangi penderitaan manusia dan mendahulukan
pekerjaan yang paling parah, kenetralan untuk mendapat pengakuan dari
Universitas Sumatera Utara
semua pihak. Gerakan ini dilarang memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi.
3. Kemandirian dalam membentuk perhimpunan nasional di samping
membantu pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, dan menaati peraturan negara, menjaga otonominya, sehingga berjalan dengan
prinsip-prinsip kepalangmerahan. 4.
Kesukarelaan dalam memberikan bantuan, suka rela tanpa mengharapkan keuntungan apapun. Kesatuan Palang Merah hanya satu
dalam satu negara yang terbuka pada semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.
5. Kesemestaan gerakan Palang Merah mempunyai tangung jawab yang
sama untuk menolong sesama. Palang Merah Indonesia Cabang Medan membangun kegiatannya dengan
menggabungkan prinsip kepalangmerahan dengan orientasi sosial. Kegiatan Palang Merah Indonesia Cabang Medan selalu aktif dalam mencari masalah-
masalah kesehatan yang menekankan kehidupan sosial. Gerakan
kepalangmerahan di Medan pada dasarnya mengarah kepada kegiatan medis, sedangkan kegiatan diplomatis seperti agen pembuat perjanjian perang atau
tindakan yang sejenis tergolong jarang dilakukan. Upaya peningkatan Palang Merah tergolong hal yang sulit dilakukan.
Kegiatan Palang Merah hanyalah wujud sifat sukarela seorang anggota, ataupun donatur tanpa mengharapkan imbalan ataupun gaji. Sebagai anggota Palang
Merah, mereka juga wajib siap dikirim ke daerah bencana ataupun konflik sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan kesepakatan. Anggota Palang Merah Indonesia Cabang Medan juga diharuskan membayar iuran anggota untuk dijadikan sebagai dana operasi
gerakan. Apabila ditarik sebuah kesimpulan, secara materi bahwa menjadi anggota
Palang Merah Indonesia Cabang Medan harus memberikan banyak sumbangan baik sumbangan materi maupun sumbangan tenaga, tetapi anggota Palang Merah
Cabang Medan tetap bertambah setiap tahunnya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji tentang ”Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang
Medan 1950-1980”.
1.2 Rumusan Masalah