Program Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Medan Dalam Pelayanan Sosial.

(1)

PROGRAM PALANG MERAH INDONESIA (PMI) CABANG

MEDAN DALAM PELAYANAN SOSIAL

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Pada Fakultas Ilmus Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIKO FRIDOLEND S

040902016

DEPARTEMEN ILMU KESAJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

RIKO FRIDOLEND S 040902016

PROGRAM PALANG MERAH INDONESIA (PMI) CABANG MEDAN DALAM PELAYANAN SOSIAL

Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak. Disamping itu manusia juga harus memenuhi kebutuhan hidupnya, karena adanya berbagai keterbatasan, maka tidak semua kebutuhan manusia itu dapat terpenuhi sendiri. Belum lagi permasalahan sosial yang semakin kompleks pada saat sekarang ini menyebabkan semakin bertambah banyaknya permasalahan yang diadapi manusia itu, baik itu dibidang sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik, budaya, hukum, dan masih banyak lagi permasalahan sosial lainnya. Pelayanan sosial adalah salahsatu faktor yang bisa menuntaskan permasalahan-permasalahan yang ada. Salah satunya yaitu Program Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Medan.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana program yang dilaksanakan PMI Cabang Medan dalam membantu masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan program yang telah dilaksanakan, baik dalam struktur organisasi maupun dalam melaksanakannya dilapangan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu untuk menggambarkan Program yang telah dilaksanakan oleh PMI Cabang Medan. Adapun instrumen yang digunakan dalam mengungkap fakta dan data yang ada di PMI Cabang Medan ini adalah melalui observasi dan wawancara terbuka. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu menggambarkan hasil penelitian atau fakta sebagaimana adanya.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa PMI Cabang Medan melaksanakan program sesuai dengan pokok-pokok kebijakan dan rencana strategi tahun 2004-2009. disini dijelaskan bahwa PMI Cabang Medan telah menjalankan program sesuai dengan tugas pokok PMI, dan dalam pelaksanaannya PMI Cabang telah bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain untuk mengurangi beban masyarakat.

Dari pokok-pokok kebijakan dan rencana strategi diatas untuk tahun 2005-2007 program yang telah dilaksanakan telah mencapai sekitar 50% itu dapat dilihat sesuai dengan fakta dilapangan, waktu terjadinya gempa di Aceh dan Di nias. PMI Cabang Medan telah menjalankan tugas dan fungsi membantu korban bencana dan mengurangi beban masyarakat akibat gempa.

PMI juga telah melaksanakan programnya bagi masyarakat medan, sesuai dengan pokok-pokok kebijakan PMI, Semua kru dan relawan telah disiapkan untuk menangani atau mengurangi beban serta memberikan pertolongan pertama bagi warga untuk itu PMI Cabang Medan telah siap membantu warga sesuai dengan visi,misi dan tugas serta fungsinya masing-masing.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah: ”Program Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Medan Dalam Pelayanan Sosial”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak teradapat kekurangan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari pembaca demi menyempurnakan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain kepada:

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univesitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Hairani Siregar S.Sos, M.SP selaku Dosen pembimbing yang membimbing penulis dalam menulis skripsi ini sehingga mencapai hasil yang maksimal.

4. Ibu Ridha Yuanita Sutomo selaku Kepala markas PMI Cabang Medan yang telah memberikan informasi tentang PMI Cabang Medan.

5. Seluruh staf/petugas dan relawan yang juga membantu penulis dalam memberikan informasi tentang Palang Merah Cabang Medan.

6. Teristimewa buat orang tua yang kukasihi dan kucintai serta yang kubanggakan yaitu Bapak B.Sianturi dan Mama Rotua, yang telah mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kesabaran dan ketabahan


(4)

dan juga doa kepada penulis sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan (perkuliahan) dan skripsi ini.

7. Secara khusus kepada kakak (K’Melly, K’ Hany, K’Heppy) dan buat Adek (Endang Sianturi) serta semua keluarga besar yang mendukung dan mendoakan saya dalam perkulihan dan penulisan skripsi ini sehingga dapat menyelesaikannya.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Stambuk’04 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan kepada saya.

9. Buat Juniorku yang ada di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu Stambuk’05 dan Stambuk’06 dan Stambuk’07 yang belum semua saya kenal.

10.Buat rekan-rekan Kampus yang senasib dan sepenanggungan yang dari awal sampai akhir kuliah( Diantono, Supeno, Roy, Triadi, Ivanna, Rini, Lusi, Deswita) dan buat teman saya yang sudah alumni Stambuk’04(Roby,Tere, Oktavia, Tanti, Irma) yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam penulisan skripsi ini.

11.Terimah kasih buat semua Pihak yang telah mendukung dan mendoakan saya dalam penulisan Skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 30 Mei 2008 Penulis,

Riko Fridolend S


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah... 1

I.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Pembatasan Masalah... 6

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian... 6

I.4.2. Manfaat Penelitian... 7

I.3 Sistematika Penulisan... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1 Kesejahteraan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial II.1.1 Kesejahteraan Sosial... 9

II.1.2 Usaha Kesejahteraan Sosial... 12

II.2 Lembaga Sosial... 13

II.3 Pelayanan Sosial II.3.1 Pengertian Pelayanan Sosial... 14

II.3.2 Klasifikasi dan Fungsi Pelayanan Sosial... 15

II.3.3 Program-program Pelayanan Sosial ... 16

II.4 Pengertian Pekerjaan Sosial... ... 17

II.5 Nilai-Nilai Pekerjaan Sosial ... 18

II.6 Masalah-masalah Kesejahteraan Sosial... 18

II.7 Prinsip Standar Pelayanan Sosial... ... 19

II.8 Perumusan Kebijaksanaan ... 20

II.9 Penyiapan Program ... 21

II.10 Kerangka Pemikiran... 23

II.11 Defenisi Konsep... 24


(6)

BAB III METODE PENELITIAN

III.1 Tipe Penelitian... 26

III.2 Lokasi Penelitian ... 26

III.3 Sumber Data... 26

III.4 Tehnik Pengumpulan Data... 27

III.5 Tehnik Analisa Data... 28

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1 Sejarah Umum Organisasi IV.1.1. Organisasi Palang Merah Internasional... 29

IV.1.2. Komponen Gerakan Palang Merah International... 30

IV.1.3. Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) ... 32

IV.1.4. Organisasi PMI Daerah Sumatera Utara... 35

IV.1.5. Organisasi PMI Cabang Medan... 36

IV.1.6 Prinsip Dasar Palang Merah... 36

IV.1.7 Kgiatan dan Pelayanan Palang Merah Indonesia…………... 37

IV. 2 Gambaran Lokasi Penelitian………... 39

IV.3 Struktur Organisasi ………... 39

IV.3.1 UraianTugas dan Tanggung Jawab……… 40

IV. 3.2 Tugas-tugas dan Tanggungjawab ………. 41

IV. 4 Sumber Dana…...……….. 43

IV. 5 Keanggotaan... 45

IV. 6 Prinsip Bantuan PM.……….. 49

IV. 7 Pokok-pokok kebijakan dan rencana strategis 2004-2009 di tingkat Cabang... 50

BAB V ANALISA DATA V.1 Program-program PMI Cabang Medan... 63

V.2 Prosedur Standart Operasional Petugas Palang Merah Indonesia Cabang Medan Di Provinsi Nanggoroe Darussalam... 99

V. 3 Kekuatan dan kelemahan, Peluang dan Ancaman Program Palang Merah Indonesia(PMI)....………...…… 106


(7)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan... 119 VI. 2 Saran-saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

RIKO FRIDOLEND S 040902016

PROGRAM PALANG MERAH INDONESIA (PMI) CABANG MEDAN DALAM PELAYANAN SOSIAL

Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak. Disamping itu manusia juga harus memenuhi kebutuhan hidupnya, karena adanya berbagai keterbatasan, maka tidak semua kebutuhan manusia itu dapat terpenuhi sendiri. Belum lagi permasalahan sosial yang semakin kompleks pada saat sekarang ini menyebabkan semakin bertambah banyaknya permasalahan yang diadapi manusia itu, baik itu dibidang sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik, budaya, hukum, dan masih banyak lagi permasalahan sosial lainnya. Pelayanan sosial adalah salahsatu faktor yang bisa menuntaskan permasalahan-permasalahan yang ada. Salah satunya yaitu Program Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Medan.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana program yang dilaksanakan PMI Cabang Medan dalam membantu masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan program yang telah dilaksanakan, baik dalam struktur organisasi maupun dalam melaksanakannya dilapangan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu untuk menggambarkan Program yang telah dilaksanakan oleh PMI Cabang Medan. Adapun instrumen yang digunakan dalam mengungkap fakta dan data yang ada di PMI Cabang Medan ini adalah melalui observasi dan wawancara terbuka. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu menggambarkan hasil penelitian atau fakta sebagaimana adanya.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa PMI Cabang Medan melaksanakan program sesuai dengan pokok-pokok kebijakan dan rencana strategi tahun 2004-2009. disini dijelaskan bahwa PMI Cabang Medan telah menjalankan program sesuai dengan tugas pokok PMI, dan dalam pelaksanaannya PMI Cabang telah bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain untuk mengurangi beban masyarakat.

Dari pokok-pokok kebijakan dan rencana strategi diatas untuk tahun 2005-2007 program yang telah dilaksanakan telah mencapai sekitar 50% itu dapat dilihat sesuai dengan fakta dilapangan, waktu terjadinya gempa di Aceh dan Di nias. PMI Cabang Medan telah menjalankan tugas dan fungsi membantu korban bencana dan mengurangi beban masyarakat akibat gempa.

PMI juga telah melaksanakan programnya bagi masyarakat medan, sesuai dengan pokok-pokok kebijakan PMI, Semua kru dan relawan telah disiapkan untuk menangani atau mengurangi beban serta memberikan pertolongan pertama bagi warga untuk itu PMI Cabang Medan telah siap membantu warga sesuai dengan visi,misi dan tugas serta fungsinya masing-masing.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang jasa sosial kemanusiaan, membantu korban bencana alam serta pelayanan kesehatan lainnya yang berpegang pada prinsip-prinsip dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dalam menjalankan dalam tugas dan fungsinya. Pembentukan Organisasi Palang Merah tidak terlepas dari kondisi peperangan.

Sejarah kehidupan manusia telah mencatat, bahwa sejak terjadinya peperangan di kota Solferino dibagian utara Italia pada tahun 1859 yang menimbulkan korban puluhan ribu prajurit gugur dan terluka telah menarik perhatian seorang sosiawan Swiss yang bernama Jean Henry Dunant untuk memberikan pertolongan bersama-sama dengan penduduk disekitar medan pertempuran tersebut.

Peristiwa yang menyedihkan itu mendorong Henry menuliskannya kedalam sebuah buku sederhana yang berjudul “Un Souvenier De Solferino” atau “ Sebuah kenangan dari Solferino”, buku kenangan inilah yang kemudian menjadi titik tolak pengembangan ide terbentuknya perhimpunan Palang Merah.

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.


(10)

Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).

Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.

Sejak saat itu organisasi Palang Merah semakin dirasakan kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Sudah banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang


(11)

dipetik PMI dalam penanggulangan korban baik kecelakaan, bencana alam maupun dalam suasana konflik bersenjata.

Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.

Tugas Pokok PMI adalah Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan, Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta Pelayanan transfusi darah (sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980).

Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan.

PMI pada saat ini berada di dalam gerak pembangunan nasional, oleh karena itu PMI harus dapat menentukan ciri khas peranan sosialnya secara tepat, tidak terlepas dari tugas-tugas kongkrit yang telah ditentukan seperti penyelenggaraan transfusi darah, bantuan sosial, pertolongan pertama, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, operasi bencana, pembinaan terhadap generasi mudah Palang Merah Remaja (PMR) lain sebagainya.

Dalam rangka menghadapi perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan yang semakin global dalam suasana yang semakin demokratis maka PMI harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebagai stakeholder untuk ikut mengambil peran aktif di dalamnya.


(12)

kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian.

Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah serta Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) dalam masyarakat Indonesia adalah melaksanakan pelayanan kepalangmerahan yang bermutu dan tepat waktu, mencakup: bantuan kemanusiaan dalam keadaan darurat, pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat.

Seperti kita ketahui bersama ini Negara Indonesia banyak dilanda bencana alam baik itu banjir, tanah longsor, hujan debu dari aktivitas gunung merapi, gempa bumi bahkan tsunami yang melanda Aceh-Nias bulan desember 2004 yang lalu. Dengan kondisi yang terjadi diatas tersebut semua elemen-elemen terkait yang berperan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana saling bekerja sama untuk menangani hal tersebut. Tidak luput juga peran serta Palang Merah Indonesia sebagai salah satu organisasi sosial kemanusiaan.

Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan hasil yang lebih baik diperlukan pembenahan organisasi dalam segala aspek salah satunya pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) terhadap karyawan/relawan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan yang bersifat dasar/lanjutan kepada para karyawan/relawan yang bertugas di PMI Cabang Medan dalam memberikan pelayanan sosial terhadap masyarakat yang membutuhkan dan yang terkena musibah bencana.

Dengan adanya program pelayanan sosial yang diberikan PMI Cabang Medan dapat mengurangi beban masyarakat terhadap masalah yang dihadapi. Belakangan ini nama PMI lebih dikenal oleh masyarakat tidak hanya karena transfusidarahnya tetapi juga respon PMI terhadap bencana di beberapa daerah. Selain menangani masalah


(13)

bencana, PMI juga aktif melaksanakan pelayanan kesehatan dengan beberapa program yang ada di PMI.

Sebagai organisasi yang sangat besar, Palang Merah Indonesia (PMI) bertanggung jawab memberikan pelayanan terbaik yang merata dan bermutu kepada masyarakat. Untuk menghasilkan pelayanan yang maksimal ini, maka menjadi sebuah keharusan bagi PMI untuk membuat pelatihan yang berorientasi pada kualiatas disetiap jajarannya. Pelatihan berdampak langsung pada peningkatan kapasitas organisasi .

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan membahas skripsi yang berjudul ” Program Palang Merah Indonesi (PMI) Cabang Medan dalam Pelayanan Sosial”.

I.2 Perumusan Masalah

Untuk lebih memperjelas dan mengarahkan permasalahan yang mendasari tulisan ini, maka Penulis mencoba untuk merumuskan permasalahan yang akan dibahas pada bab selanjutnya yaitu: “Bagaimana program yang dilaksanakan Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Medan dalam Pelayanan Sosial.


(14)

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan menghindari ruang lingkup permasalahan terlalu luas maka penulis membuat pembatasan masalah yang diteliti, yakni sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengamatan dilakukan pada bidang Program Pelayanan Sosial yang dilaksanakan oleh PMI Cabang Medan.

2. Penelitian dan pengambilan data, untuk pembahasan persoalan hanya berdasarkan kepada program yang telah dijalankan PMI Cabang Medan selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.

3. Untuk menggali permasalahaan serta melihat program yang berjalan maka dalam penelitian ini diharapkan mayarakat yang pernah menerima bantuan/ yang bekerja dengan PMI Cabang Medan serta petugas/relawan yang memberikan informasi yang jelas.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk menggambarkan dan menganalisa bagaimana program PMI Cabang Medan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk pelayananan sosial yang dilakukan PMI cabang Medan terhadap masyarakat.

3. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh PMI Cabang Medan.


(15)

I.4.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan akan memperkaya khasanah penelitian Ilmu Kesejahteraan Sosial di lembaga pendidikan di lingkungan FISIP USU.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak terkait dalam membantu masyarakat yang terkenah masalah atau musibah.

3. Dapat berguna sebagai bahan informasi untuk penelitian atau studi selanjutnya tentang bentuk-bentuk pelayanan sosial.

4. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan kita tentang pelayanan sosial yang diberikan oleh PMI Cabang Medan kepada masyarakat.


(16)

I.5 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan penelitian ini adalah:

Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

Bab III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, tehnik pengumpulan data serta tehnik analisis data.

Bab IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisi gambaran tentang lokasi penelitian secara umum dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISA DATA

Berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian berserta analisanya.

Bab VI : PENUTUP


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Kesejahteraan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial II.1.1 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1, adalah:

“Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”.

Salah satu ciri ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan metodologi untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik tingkat individu, kelompok, keluarga maupun masyarakat ( Adi, 1994: 3-5).

Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut beberapa Ahli : 1. Arthur Dunham

Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi


(18)

kebutuhan-kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.

2. Harold L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux

Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usaha-usaha pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individu-individu dan kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Walter A.Friendlander

Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai standar-standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan-hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka memperkembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat.

4. Perserikatan Bangsa-Bangsa

Kesejahteraan sosial adalah suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui


(19)

tehnik-tehnik dan metode-metode dengan maksud agar memungkinkan individu-individu, kelompok-kelompok maupun komunitas-komunitas memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuian diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial.

Kesejahteraan sosial sebagai fungsi terorganisir adalah kumpulan kegiatan yang bermaksud untuk memungkinkan individu-individu, keluarga-keluarga, kelompok-kelompok dan komunitas-komunitas menanggulangi masalah sosial yang diakibatkan oleh perubahan kondisi-kondisi. Tetapi disamping itu, secara luas, kecuali bertanggung jawab terhadap pelayanan-pelayanan khusus, kesejahteraan sosial berfungsi lebih lanjut ke bidang yang lebih luas di dalam pembangunan sosial suatu negara.

Pada pengertian yang lebih luas, kesejahteran sosial dapat memainkan peranan penting dalam memberikan sumbangan untuk secara efektif menggali dan menggerakkan sumber-sumber daya manusia serta sumber-sumber material yang ada disuatu negara agar dapat berhasil menanggulangi kebutuhan-kebutuhan sosial yang ditimbulkan oleh perubahan, dengan demikian berperan serta dalam pembinaan bangsa.

5. Alfred J.Khan

Kesejahteraan sosial terdiri dari program-program yang tersedia selain yang tercakup dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan kesejahteraan, dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan komunal dan berfungsinya individual, agar dapat mudah menggunakan


(20)

membantu mereka yang mengalami kesulitan dan dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Sumarnonugroho,1987:28-35).

II.1.2 Usaha Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974, Usaha-Usaha Kesejahteraan sosial adalah semua upaya, program, dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial (Sumarnonugroho, 1987:39).

Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan, dan berbagai kegiatan yang secara konkret berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah-masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Beberapa contoh dari Usaha kesehjateraan sosial yang searah dengan tujuan pembangunan ekonomi adalah:

a. Beberapa tipe unit usaha kesejahteraan sosial yang secara langsung memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktifitas individu, kelompok ataupun masyarakat contohnya adalah pelayanan konseling pada generasi muda dan lain-lain.

b. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang berupaya untuk mencegah atau meminimalisir hambatan (beban) yang dapat dihadapi oleh para pekerja ( yang masih produktif).

c. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang memfokuskan pada pencegahan dampak negatif urbanisasi dan industrialisasi pada kehidupan keluarga dan masyarakat atau membantu mereka agar dapat mengidentifikasi dan mengembangkan “pemimpin” dari suatu komunitas lokal.


(21)

Beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial 1. Menanggapi kebutuhan manusia.

2. Usaha kesejahteraan sosial diorganisir guna menanggapi kompleksitas masyarakat perkotaan yang modern.

3. Kesejahteraan sosial mengarah ke spesialisasi, sehingga lembaga kesejahteraan sosialnya juga menjadi tersepesialisasi.

4. Usaha kesejahteraan sosial menjadi sangat luas (Adi,1994:6-10).

II.2 Lembaga Sosial

Lembaga sosial merupakan wadah pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang memiliki tujuan, sasaran dan misi yang sesuai dengan bidang kegiatannya (Nurdin, 1990:41).

Oleh karena itu badan-badan atau lembaga sosial memiliki klasifikasi dan karakteristiknya masing-masing, sehingga bentuk-bentuk intervensi sosial berbeda satu sama lainnya. Demikian pula dengan organisasi-organisasi sosial, baik yang bersifat formal maupun nonformal, merupakan lembaga yang menjalankan fungsi sosial dalam bidang kesejahteraan sosial.

Lembaga sosial pada hakekatnya adalah kumpulan dari norma-norma sosial (struktur-struktur) yang diciptakan untuk dapat melaksanakan fungsi masyarakat lebih jauh. Lembaga sosial adalah pola-pola yang telah mempunyai kekuatan tetap atau pasti untuk mempertemukan beragam kebutuhan manusia, yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan yang telah mendapatkan persetujuan dari cara-cara yang sudah mapan untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan suatu instruktur.


(22)

II.3 Pelayanan Sosial

II.3.1 Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan adalah perihal atau cara melayani atau usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang). Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu para anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya.

Selanjutnya, Alfred J. Khan memberikan pengertian pelayanan sosial sebagai berikut:

“ Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat serta kemampuan perorangan untuk pelaksanaan fungsi-fungsinya, untuk memperlancar kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran” (Soetarso,1982:34).

Penggunaan kata mempertimbangkan kriteria pasar mengungkapkan bahwa masyarakat merasa wajib dan yakin akan pentingnya peningkatan kemampuan setiap warga negara untuk menjangkau dan menggunakan setiap bentuk pelayanan yang sudah menjadi haknya. Ketidakmampuan seseorang untuk membayar pelayanan karena penghasilannya tidak mencukupi ( karena berdasarkan kriteria pasar) jangan menjadi hambatan untuk memperoleh pelayanan. Berarti di sini, pemberi pelayanan harus melayani tanpa mempertimbangkan si penerima pelayanan mampu membayar atau tidak.


(23)

Pelayanan sosial pada hakekatnya dibuat untuk memberikan bantuan kepada individu dan masyarakat untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang semakin rumit itu. Y.B.Suparlan mengatakan bahwa, “ Pelayanan adalah usaha untuk memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik materi maupun non materi agar orang lain dapat mengatasi masalahnya sendiri”(Suparlan, 1983:91).

Pelaksanaan pelayanan sosial mencakup adanya perbuatan yang aktif antara pemberi dan penerima. Bahwa untuk mencapai sasaran sebaik mungkin maka pelaksanaan pelayanan sosial mempergunakan sumber-sumber tersedia sehingga benar-benar efisien dan tepat guna. Sehubungan dengan itu maka dalam konsepsi sosial service delivery, sasaran utama adalah si penerima bantuan (beneficiary group). Dilihat dari sasaran perubahan maka sasarannya adalah sumber daya manusia dan sumber-sumber natural.

Pelayanan sosial tidak hanya mengganti atau berusaha memperbaiki keluarga dan bentuk-bentuk organisasi sosial, tetapi juga merupakan penemuan sosial yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia modern dalam berbagai hubungan dan peran-perannya sama halnya seperti inovasi teknologis yang berfungsi sebagai tanggapan terhadap persyaratan fisik dari kehidupan modern.

II.3.2 Klasifikasi dan Fungsi Pelayanan Sosial

Jenis pelayanan yang dikembangkan pada setiap negara tergantung atau situasi yang ada, pada sumber yang tersedia serta kerangka budaya dan politik negara tersebut. Tetapi pada umumnya pelayanan sosial yang dikembangkan dan diklasifikasikan sebagai berikut:


(24)

3. Pelayanan penitipan bayi atau anak 4. Pelayanan kesejahteraan anak

5. Pelayanan-pelayanan kepada lanjut usia

6. Pelayanan rehabilitasi bagi penderita cacat dan pelanggar hukum 7. Pelayanan bagi para migrant dan pengungsi

8. Kegiatan kelompok bagi para remaja 9. Pekerjaan sosial medis

10.Pusat-pusat pelayanan kesejahteraan sosial masyarakat

11.Pelayanan sosial yang berhubungan dengan proyek-proyek perumahan.

Fungsi pelayanan sosial dapat dibagi menjadi berbagai cara, bergantung kepada tujuan pembagian itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi-fungsi pelayanan sosial sebagai berikut:

1. Perbaikan secara progresif daripada kondisi-kondisi kehidupan orang 2. Pengembangan terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri

3. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan

4. Penyediaan struktur–struktur institusional untuk pelayanan-pelayanan yang terorganisir lainnya (Soetarso, 1981:41).

II.3.3 Program-program Pelayanan Sosial

Program-program pelayanan sosial merupakan bagian dari intervensi kesejahteraan sosial. Pelayanan-pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi yang dilaksanakan secara diindividualisasikan, langsung dan terorganisir, yang bertujuan membantu individu, kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya


(25)

mencapai saling penyesuaian. Bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Askes: mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah, nasehat dan partisipasi. Tujuannya membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan pelayanan yang tersedia.

2. Pelayanan Terapi: mencakup pertolongan dan terapi atau rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan. Misalnya pelayanan yang diberikan oleh badan-badan yang menyediakan konseling, pelayanan kesejahteraan anak, pelayanan kesejahteraan sosial mendidik dan sekolah, perawatan bagi orang-orang jompo dan lanjut usia.

3. Pelayanan sosialisasi dan pengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan anak, keluarga bencana, pendidikan keluarga, pelayanan reaksi bagi pemudah dan masyarakat yang dipusatkan atau community centre (Nurdin, 1989:50).

II.4 Pengertian Pekerjaan Sosial

Menurut Thelma Lee Mendoza, pekerjaan sosial merupakan profesi yang memperhatikan penyesuaian antara individu dengan lingkungannya; dan individu (kelompok) dalam hubungan dengan situasi (kondisi) sosialnya. Dunham menyatakan ada beberapa karakteristik dari profesi pekerjaan sosial:

1. Pada intinya pekerjaan sosial merupakan kegiatan pemberian bantuan

2. Pekerjaan sosial bermakna bahwa kegiatan pekerjaan sosial adalah kegiatan yang nirlaba (non-profit), dalam artian bahwa profesi ini lebih mementingkan service dibandingkan sekedar mencari keuntungan.


(26)

II.5 Nilai-Nilai Pekerjaan Sosial

1. Setiap manusia berhak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

2. Setiap manusia, sebagai anggota masyarakat berkewajiban untuk mencari jalan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri yang menunjang kepentingan bersama/tujuan bersama.

3. Masyarakat berkewajiban untuk menunjang pemenuhan kebutuhan individu dan berhak untuk mengembangkannya melalui partisipasi ataupun kontribusi warga masyarakatnya.

4. Setiap orang memerlukan perkembangan yang harmonis dari kekuatan dan kesempatan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya. 5. Dengan semakin kompleksnya masyarakat, maka diperlukan organisasi sosial.

yang terspesialisasi guna mendukung usaha individu untuk merealisasikan diri.

6. Memungkinkan realisasi diri dan kontribusi pada masyarakat yang dilakukan oleh individu, organisasi sosial, harus memungkinkan pemenuhan kebutuhan yang dimungkinkan untuk memenuhi kesejahteraan.

II.6 Masalah-masalah Kesejahteraan Sosial

Menurut Robert K.Merton dan Kingsley Davis, mengemukakan masalah sosial adalah suatu cara bertingkah laku yang menentang satu atau beberapa norma yang telah diterima dan berlaku didalam masyarakat. Sedangkan menurut Nathan E.Cohen, masalah sosial adalah terbatas pada masalah-masalah yang timbul dalam keluarga, kelompok atau tingkah laku individual yang menuntut adanya campur tangan dari masyarakat yang teratur agar masyarakat dapat meneruskan fungsinya (Nurdin, 1989:53).


(27)

Masalah-masalah sosial dapat berupa : 1. Masalah kemiskinan

2. Kejahatan

3. Disorganisasi keluarga 4. Masalah generasi mudah

5. Masalah-masalah sebagai akibat peperangan

6. Pelanggaran norma-norma masyarakat seperti pelacuran, kenakalan anak, pencurian

7. Masalah kependudukan 8. Masalah lingkungan hidup

Dalam perkembangan sosiologi, Ernest Burges mengelompokkan masalah-masalah sosial menjadi 5 yaitu:

1. Masalah sosial sebagai patologi organik individual. 2. Masalah sosial sebagai patologi sosial.

3. Masalah sosial sebagai disorganisasi personal dan sosial. 4. Masalah sosial sebagai konflik-konflik nilai.

II.7 Prinsip Standar Pelayanan Sosial

Di samping itu dalam mewujudkan pelayanan sosial itu kita juga harus secara seksama mengetahui prinsip-prinsip standar pelayanan sosial. Adapun prinsip standar pelayanan sosial itu meliputi :

1. Perlindungan HAM

Semua standar harus disusun sesuai dengan prinsip dasar ini


(28)

Semua standar yang disusun diterapkan secara sama terhadap berbagai pihak yang menggunakan tanpa memandang perbedaan ras, suku, agama dan ideologi.

3. Pertimbangan Profesional

Semua standar harus memerlukan pencapaian profesional pekerjaan sosial

4. Pertimbangan Realistis

Setiap standar di bidang kesejahteraan sosial merupakan pencerminan norma dan realita sosial yaitu tingkat dan cara hidup warga masyarakat serta situasi ekonomi dan sosialisasi negara.

5. Fleksibilitas

Prinsip-prinsip yang telah dikemukakan sebenarnya sudah menjamin adanya fleksibilitas ini, setiap standar yang disusun dapat mengalami perubahan karena berubahnya kondisi masyarakat.

6. Popularitas

Standar yang telah disusun hendaknya diketahui oleh semua petugas yang terlibat di dalam pelayanannya.

II.8 Perumusan Kebijaksanaan

Proses perencanaan dan pembuatan kebijaksanaan adalah saling berkaitan. Mereka yang melibatkan diri dalam bidang perencanaan pelayanan sosial sebaiknya mengetahui segala macam isi kebijaksanaan yang ada relevansinya, harus mempunyai informasi mengenai dasar pembuatan tanggapan terhadap masalah-masalah kebijaksanaan serta mencari cara untuk mengimplementasikan keputusan kebijakan. Sebagai konsekuensinya banyak waktu yang akan tersita guna mencurahkan pada masalah-masalah yang ada kaitannya dengan kebijakan.


(29)

II.9 Penyiapan Program

Komponen yang ketiga dari proses perencanaan adalah menyiapkan usulan-usulan rinci bagi perkembangan dimasa yang akan datang dalam jenis pelayanan tertentu. Tidaklah mungkin untuk menarik batasan yang jelas antara formulasi kebijakan dan penyiapan program. Perencanaan dianggap sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang kontiniu, yang lebih diarahkan pada cakupan keterlibatan formulasi kebijaksanaan dan persiapan detail satu program, dari pada suatu usaha untuk mencoba menarik garis batas yang jelas diantara kedua komponen tersebut.

Proses perencanaan pelayanan sosial seringkali melibatkan persiapan pembuatan suatu dokumen perencanaan dan sama sekali tidak perlu membuat dokumen semacam itu. Namun dengan berbagai alasan banyak negara yang memutuskan untuk membuat dokumen perencanaan resmi untuk berbagai jenis pelayanan sosial, rencana semacam ini dapat dibagi dalam dua tipe:

Tipe pertama adalah untuk rencana yang hanya mencakup satu jenis pelayanan sosial khusus, misalnya rencana pendidikan, kesehatan, atau perumahan. Rencana semacam ini cenderung mempunyai sifat yang panjang meliputi suatu periode beberapa tahun (biasanya 5 tahun) dan persiapannya memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun guna mencoba melibatkan sebanyak mungkin organisasi dan individu yang ada kaitannya.

Data semacam ini biasanya memuat analisa statistik mengenai situasi saat ini. Saran-saran terhadap isu kebijaksanaan yang besar, serta usulan rinci mengenai perkembangan masa yang akan datang dari setiap aspek pelayanan yang dimaksudkan.


(30)

Rencana tipe kedua adalah bentuk rencana yang terintegrasi kedalam rencana pembangunan nasional, yang teramat luas. Karena itulah maka sebagian besar rencana dengan skala nasional mempunyai bagian-bagian tertentu seperti misalnya pendidikan, kesehatan, perumahan, kesejahteraan sosial. Rencana semacam ini tidak begitu banyak membutuhkan informasi, dan pada umumnya hanya membutuhkan sedikit waktu dalam mempersiapkannya.

Karena hal ini digabungkan dengan rencana dalam skala nasional, maka rencana pada tipe kedua ini pada umumnya telah dikoordinasikan dengan rencana bagi sektor-sektor lain yang ada kaitannya. Pada banyak kasus rencana semacam ini cenderung untuk realistis, dalam pengertian bahwa usulan yang dibuat tidaklah begitu ambisius dan sudah diperhitungkan agar lebih praktis dalam hal memperbaiki biaya atau tenaga yang terlibat serta faktor-faktor politis sosial lainya.

Setelah kita ketahui bersama mengenai komponen-komponen dalam perencanaan sosial, maka alangkah baiknya lagi kita juga harus mengetahui permasalahan-permasalahan dalam perencanaan pelayanan sosial.

Menurut Diana Conyers ada empat kategori utama yang dihadapi yaitu: perbedaan terhadap kebijaksanaan yang ada, kurangnya kordinasi antara berbagai sektor yang berbeda, kegagalan mencapai target dan masalah perencanaan pelayanan sosial yang ada hubungannya dengan politik (Diana Conyers, 1994:82).


(31)

II.10 Kerangka pemikiran

Telah kita ketahui bersama salah satu tugas Palang Merah Indonesia adalah pelayanan sosial bagi masyarakat. Kontribusi yang diberikan oleh Palang Merah Indonesia ini sudah lama telah dirasakan oleh masyarakat.

Dampak yang berkepanjangan krisis ekonomi dan politik pada akhir tahun 1990-an telah mengguncang setiap sendi kehidupan masyarakat. Persoalan utama yang menjadi perhatian PMI sampai saat ini adalah meningkatnya jumlah penduduk miskin di pedesaan maupun perkotaan, rusaknya struktur sosial karena disebabkan hilangnya pekerjaan akibat PHK, meningkatnya jumlah anak jalan, meningkatnya lansia sebatangkara serta masyarakat rentan dan miskin serta ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok yaitu pendidikan dan kesehatan dasar. Sejumlah masalah sosial lainya juga dihadapi bangsa Indonesia yang membutuhkan kepedulian dan uluran tangan dari semua pihak.

Krisis ekonomi dan politik telah membuat masyarakat, khususnya masyarakat miskin kurang siap menghadapi kondisi dan kerentanan tersebut. Kaum miskin adalah yang paling terpengaruh konflik dan bencana alam dan mereka memiliki sumber daya yang terbatas untuk mengatasinya. Hal ini terlihat rendahnya ketahanan masyarakat menghadapi dampak krisis, dimana cepat atau lambat akan meningkatkan kemiskinan, kesengsaraan dan kehidupan yang terancam.

Nampaknya Indonesia dalam beberapa tahun mendatang masih akan tetap menghadapi berbagai masalah tersebut. Upaya pemulihan krisis ekonomi masih menghadapi banyak kendala, sedangkan situasi politik dalam beberapa tahun terakhir kurang mendukung upaya pemulihan ekonomi. Akibatnya masalah sosial dan kemanusiaan diperkirakan tetap eksis.


(32)

Tingginya angka bencana alam yang berkesinambungan dengan situasi politik, ekonomi dan sosial-budaya, akan berlanjut sebagai suatu tantangan bagi selurh masyarakat Indonesia, tidak terkecuali PMI. Sebagai organisasi kemanusiaan yang peduli terhadap masalah sosial dan kemanusiaan, PMI memiliki peran meringankan penderitaan masyarakat miskin dan rentan melalui upaya-upaya peningkatan pelayanan sosial.

Bagan Kerangka Pemikiran

II.11 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian. Keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989:33). Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

PMI Cabang Medan

Program Pelayanan PMI

1. Pelayanan Penanganan Bencana 2. Pelayanan Sosial

3. Pelayanan Kesehatan 4.Komunikasi dan Informasi 5.Pengembangan Organisasi

Masyarakat (Masyarakat yang pernah menerima


(33)

1. Pelayanan, yaitu memberikan perhatian atau membantu orang yang memerlukan pertolongan.

2. Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu para anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya.

3. Program, adalah rencana yang telah diolah dengan memperhatikan faktor-faktor kemampuan ruang waktu dan urutan-urutan penyelenggaraannya secara tegas dan teratur sehingga menjawab pertanyaan tentang siapa, dimana, sejauhmana dan bagaimana.

II.12 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur variable (Singarimbun, 1989:46). Dengan defenisi operasional maka akan diketahui indikator-indikator apa saja yang melekat dan perlu untuk diukur. Adapun indikator pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Sosial, adapun yang diukur adalah a. Sistem Pelayanan

b. Sarana Pelayanan c. Tenaga Relawan

2. Program Palang Merah Indonesia (PMI), adapun yang diukur adalah a. Pelayanan Penanganan Bencana

b. Pelayanan Sosial c. Pelayanan Kesehatan d. Komunikasi dan Informasi


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah penelitian deskriptif, yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/ melukiskan berdasarkan objek penelitian pada saat sekarang, sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan sebenarnya (Nawawi, 1994:73).

III.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di PMI Cabang Medan yang berada dijalan Palang Merah no 17 Medan Sumatera Utara. Adapun alasan penulis memilih tempat penelitan karena PMI merupakan salah satu organisasi kemanusiaan yang memberikan pelayanan sosial, untuk itu program-program yang dilaksanakan PMI Cabang Medan sangat banyak membantu masyarakat .

III.3 Sumber Data

Pada penelitian ini yang perlu dijelaskan bukan”populasi dan sampel” melainkan “subjek penelitiannya”. Istilah subjek penelitian menunjuk pada orang/individu atau kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti. Yang menjadi informan adalah staf yang bertugas atau terlibat dalam pelayanan sosial di PMI Cabang Medan. Untuk itu staf yang menjadi informan atau sumber yang bisa membantu peneliti dalam mengetahui program PMI Cabang Medan adalah


(35)

1. Ketua PMI 2. Staf Pengembangan Organisasi

3. Relawan/petugas yang bekerja di PMI Cabang Medan

Penelitian ini memusatkan diri secara intensif terhadap satu objek tertentu, dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Sumber data tidak dipersoalkan dari sudut populasi atau sampel, yang berarti juga tidak mempersoalkan sifat representatif atau tidak, bahkan tidak perlu menghiraukan beberapa ukuran/jumlahnya yang diperlukan. Untuk itu semua pihak yang dinilai dapat memberikan informasi dapat dijadikan sumber data (Nawawi,1994:83).

Berdasarkan hal diatas, dalam penelitian ini, penulis berusaha menggambarkan pelayanan yang diberikan oleh PMI Cabang Medan kepada masyarakat dengan pendekatan kualitatif.

III.4 Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan tehnik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

1. Penelitian kepustakaan (library reseach)

yaitu dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan melalui buku-buku, media massa, artikel, bulletin, dll, yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti. 2. Penelitian Lapangan (field reseach)

Penelitian ini dilakukan dengan cara langsung terjun kelapangan untuk mengumpulkan data-data melalui : wawancara (interview) yaitu tehnik pengumpulan data dengan mengadakan dialog secara langsung dan juga langsung melihat Program-program PMI Cabang Medan dalam membantu masyarakat.


(36)

mengorek keterangan yang lengkap dan mendalam. Cara pelaksanaannya bebas terpimpin dimana pewancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.

III.5 Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tehnik kualitatif dengan memaparkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Sehingga nantinya penulis dapat mendeskripsikan data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian, yaitu data yang berkaitan dengan Program PMI Cabang Medan dalam membantu masyarakat.


(37)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1 Sejarah Umum Organisasi

IV.1.1 Organisasi Palang Merah Internasional

Sejarah lahirnya organisasi Palang Merah tidak dapat terlepas dari kondisi medan perang. Berawal dengan pecahnya perang antara pasukan kerajaan Prancis-Sardinia melawan Kerajaan Austria di desa Solferino Italia Utara. Pada saat itu seorang pemuda warga Negara Swiss yang bernama Jean Henry Dunant berada disana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis Napoleon III, Dia melihat puluhan ribu tentara terluka sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat orang-orang yang menjadi korban pertempuran tersebut.

Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka. Beberapa waktu kemudian setelah kembali ke Swiss Dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul “ Un Souvenier De Solferino” atau kenangan dari Solferino, buku tersebut berkisahkan tentang kondisi yang ditimbulkan akibat perang serta mengusulkan segera dibentuk satuan tenaga suka rela yang bernaung di bawah suatu lembaga yang memberikan pertolongan kepada orang-orang yang terluka di medan perang.

Buku kenangan Solferino tersebut sangat menarik perhatian empat orang penduduk Jenewa antara lain:

1. Gustave Moynier 2. Dr. Louis Appia


(38)

4. Jend. Guillame-Henry Dufour

Bersama dengan Jean Henry Dunant bergabung untuk mengembangkan gagasan tersebut. Mereka bersama-sama membentuk komite Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera, yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of The Red Cross (ICRC) pada tahun 1863.

Pada tanggal 22 agustus 1864, atas prakarsa ICRC diselenggarakan suatu konferensi yang diikuti oleh 12 Kepala Negara yang menandatangani konvensi Jenewa I yang membahas perbaikan nasib tentara yang terluka di medan perang. Pada kesempatan itu juga diresmikan lambang Palang Merah di atas dasar warna putih sebagai lambang perlindungan bagi para petugas penolong di medan perang.

IV.1.2 Komponen Gerakan Palang Merah International

Gerakan Palang Merah Internasional terdiri tiga komponen antara lain:

1. Komite Internasional Palang Merah / International Committee of the Red Cross (ICRC).

Dibentuk pada tahun 1863 dan bermarkas besar di Swiss. ICRC merupakan lembaga kemanusiaan yang bersifat mandiri, dan sebagai penengah yang netral. ICRC berdasarkan prakarsanya atau konvensi-konvensi Jenewa 1949 berkewajiban memberikan perlindungan dan bantuan kepada korban dalam pertikaian bersenjata internasional maupun kekacauan dalam negeri. Selain memberikan bantuan dan perlindungan untuk korban perang, ICRC juga bertugas untuk menjamin penghormatan terhadap Hukum Perikemanusiaan internasional.

2. Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah / International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC)


(39)

Pendirian Federasi diprakarsai oleh Henry Davidson warganegara Amerika yang disahkan pada suatu Konferensi Internasional Kesehatan pada tahun 1919 untuk mengkoordinir bantuan kemanusiaan, khususnya saat itu untuk menolong korban dampak paska perang dunia I dalam bidang kesehatan dan sosial. Federasi bermarkas besar di Swiss dan menjalankan tugas koordinasi anggota Perhimpunan Nasional dalam program bantuan kemanusiaan pada masa damai, dan memfasilitasi pendirian dan pengembangan organisasi palang merah nasional

3. Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah

Didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk Palang Merah Indonesia. Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana, pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah. Persyaratan pendirian suatu perhimpunan nasional diantaranya adalah : a. Mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa

b. Menjalankan Prinsip Dasar Gerakan

Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.


(40)

IV.1.3. Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI)

1. Sejarah

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).


(41)

Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.

2. Tugas Pokok PMI, Visi dan Misi PMI a. Tugas Pokok PMI

1. Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana 2. Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan 3. Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

4. Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980) .

5. Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan

b.Visi

PMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalangmerahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian.


(42)

c. Misi

1. Menyebarluaskan dan mengembangkan aplikasi prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah serta Hukum perikemanusiaan Internasional (HPI) dalam masyarakat Indonesia.

2. Melaksanakan pelayanan kepalangmerahan yang bermutu dan tepat waktu, mencakup: bantuan kemanusiaan dalam keadaan darurat, pelayanan sosial dan kesehatan masyarakatserta Usaha Kesehatan Transfusi Darah.

3. Pembinaan Generasi Muda dalam kepalangmerahan, kesehatan dan kesejahteraan.

4. Melakukan konsolidasi organisasi, pembinaan potensi dan peningkatan potensi sumber daya manusia dan sumber dana untuk menuju PMI yang efektif dan efiesien.

5. Berperan aktif dalam Penanganan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA

6. Meningkatkan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI secara berkesinambungan disertai dengan perlindungan terhadap relawan dan karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.

7. Pengembangan dan penguatan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI guna meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusia, sumber daya dan dana agar visi, misi dan Program PMI dapat diwujudkan secara berkesinambungan.


(43)

IV.1.4 Organisasi PMI Daerah Sumatera Utara

Palang Merah Indonesia di Sumatera Utara terbentuk pertama sekali bertempat di jalan Palang Merah no 17 Di gedung Jiwasraya Medan pada masa penjajahan Belanda tanggal 24 Maret 1964. Palang Merah Indonesia (PMI) Daerah Sumatera Utara terbentuk dan bersatu dengan Palang Merah Indonesia Cabang Medan dengan ketua pada saat itu Murahalim Harahaf (GUBSU). Beberapa tahun kemudian direncanakan untuk membuat gedung PMI Daerah Sumatera Utara sendiri yang Pendirian gedung tersebut berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) Sumatera Utara tahun 1971/1972.

Pada tahun 1973 gedung PMI Daerah Sumatera Utara mulai dibangun di jalan Perintis Kemerdekaan dan selesai tahun 1976. Gedung PMI Daerah Sumatera Utara tersebut diserahterimahkan kepada pengurus PMI akan tetapi belum diresmikan. Pada tahun 1976 juga dibangun gedung/kantor lembaga Transfusi Darah (LTD) yang juga berdasarkan APBD Sumatera Utara tahun 1975/1976. Sama halnya dengan gedung PMI Sumut, gedung LTD juga masih serahterima belum diresmikan. Pada tanggal 18 juli 1978 barulah gedung PMI Daerah Sumatera Utara dan LTD PMI Sumatera Utara diresmikan.

Ketua Umum Palang Merah Indonesia Daerah Sumatera Utara mulai dari pendirian sampai dengan sekarang diantaranya:

1. Marahalim Harahap 2. EWP. Tambunan 3. Alimuddin Simanjuntak 4. Piter Sibarani


(44)

IV.1.5 Organisasi PMI Cabang Medan

Organisasi PMI Cabang Medan gedungnya sebenarnya sudah ada sejak PMI didirikan di Sumatera Utara namun pada waktu itu gedungnya masih digunakan sebagai gedung PMI Sumatera Utara, setelah selesai dibangun Gedung PMI Sumatera utara yang berada di Jalan Perintis Kemerdekaan No 37. Medan, maka Gedung yang berada Di Jalan Palang Merah no 17 menjadi salah satu cabang PMI untuk Provinsi Sumatera Utara.

IV.1.6 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah International

Prinsip dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional terdiri dari 7 prinsip antara lain:

1. Kemanusiaan

Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia.

2. Kesamaan

Tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama atau pandangan politik ,tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.

3. Kenetralan

Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau ideology. 4. Kemandirian


(45)

Bersifat mandiri, membantu pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan.

5. Kesukarelaan

Memberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.

6. Kesatuan

Di dalam suatu Negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

7. Kesemestaan

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

IV.1.7 Kgiatan dan Pelayanan Palang Merah Indonesia Tabel IV.1 Kegiatan dan pelayanan PMI

No Bentuk Program dan Pelayanan Kegiatan

1 Program penanganan bencana - Pertolongan pertama bagi korban luka - Evakuasi korban

- Menyediakan penampungan darurat dan pelayanan kesehatan darurat

- Distribusi bantuan pangan dan non pangan

- Bantuan pelayanan dan penyatuan kembali keluarga yang terpisah disaat bencana

- Kebutuhan air bersih dan sanitasi


(46)

program kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat

- Mengadakan pendidikan dan pelatihan pelatih kesiapsiagaan bencana berbasis Palang merah Remaja(PMR)

3 Pelayanan Sosial -Tracing And Mailling Service (TMS) -Pelayanan pada lanjut usia (lansia) - Pelayanan bagi anak jalanan 4 Pelayanan Kesehatan - Upaya kesehatan transfusi darah

- Pendidikan dan pelatihan pertolongan Pertama berbasis masyarakat atau- Communty Based First Aid (CBFA) - Program pencegahan dan

penanggulangan HIV/AIDS - Program dukungan psikologi - Rumah sakit/klinik PMI - Perawatan Keluarga (PK)

-Pelayanan Ambulans (Ambulans (Ambulance Service)

5 Program Pembinaan Remaja dan Relawan

- Memberikan dukungan dan

penyempurnaan fasilitas terhadap PMR yang terbentuk di sekolah-sekolah - Diklat Pembina PMR

- Penerimaan dan pelatihan anggota Korps Suka Rela (KSR), Tenaga Suka Rela (TSR) sehingga lebih trampil dalam melaksanakan pelayanan kemanusiaan

6 Desiminasi KepalangMerahan dan HPI

- Mengadakan Diklat kepada organisasi pemuda, instansi swasta/pemerintah tentang kepalang merahan.

- Memberikan Sosialisasi tentang hukum perikemanusiaan (HPI) kepada anggota Polisi Republik Indonesia (POLRI), Tentara Nasional Indonesia (TNI) sehingga tidak menyalahi aturan tentang hukum perang dan hak. 7 Hubungan antar lembaga - Menjalin hubungan kerjasama dengan

lembaga kemanusiaan seperti ICRC, IFRC, Satuan Koordinasi Pelaksana (SATKORLAK), Search And Rescue (SAR), Satuan Petugas (Satgas) bencana dan lain-lain.

- Menjalin hubungan kerjasama dengan pemerintah pusat, daerah serta instansi swasta


(47)

IV. 2 Gambaran Lokasi Penelitian

Palang Merah Indonesia(PMI) Cabang Medan berada di jalan Palang Merah no 17 Medan Profinsi Sumatera Utara . Pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan beberapa hal yaitu lokasi yang cukup strategis, dekat dengan Jalan Kesawan (Pusat perbelanjaan) dan gedung PMI juga salah satu bangunan bersejarah di Sumatera Utara .

IV.3 Struktur Organisasi

Untuk memudahkan pembagian tugas dalam suatu organisasi/perusahaan, maka dibuatlah sebuah struktur organisasi. Dengan adanya struktur organisasi maka setiap karyawan/relawan serta pimpinan mengetahui batas-batas kewajibannya, wewenang maupun tanggungjawab yang diembannya. Struktur organisasi merupakan dasar dari setiap aktivitas yang akan dilakukan oleh organisasi tersebut sehingga akan mempermudah untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan.

Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Medan mempunyai struktur organisasi yang berbentuk garis dan staff, dimana wewenang dari pimpinan diserahkan langsung kepada bidang-bidang (yang secara langsung terlibat dalam pelaksanaan pencapaian tujuan organisasi) dan dibawah bidang tersebut ditempatkan staf untuk melaksanakan hal-hal tehknis dilapangan.


(48)

Bagan IV.3 Struktur Organisasi

Keterangan

1. : Instruksi

2. : Koordinasi

IV.3.1 UraianTugas dan Tanggung Jawab

Dalam menjalankan roda organisasi masing-masing bidang mempunyai batasan-batasan tugas dan tanggungjawab yang berbeda-bedah. Pada organisasi PMI Cabang Medan dipimpin oleh, Ketua dan dibantu oleh Waka Pelayanan Sosial dan kesehatan Masyarakat, serta staf-staf bidang pelaksanaan. Masing-masing wakil ketua bidang membawahi beberapa staf untuk membantu pelaksanaan tugas baik dikantor maupun lapangan. Adapun tugas dan tanggungjawab tersebut lebih jelasnya

KETUA PMI CABANG MEDAN

STAF OPERASIONAL STAF KEUANGAN

STAF PUBLIC RELATION

WAKA PELAYANAN SOSIAL, KESEHATAN MASYARAKAT

KRU AMBULANCE KRU

PENANGGULANGAN BENCANA

KRU PMR HEAD AMBULANCE


(49)

Susunan Kepengurusan

Susunan pengurus PMI Cabang Medan masa bakti 2006 -2011 terdiri dari:

Ketua : Drg.Hj. Sri Hartati Tani Maulana

Waka Pelayanan Sosial dan Kesehatan : Dr Hamsar Siregar. SKM Head Ambulance PMI Cabang Medan : M Fitri Rahmadana. SE.M.Si Staf Public Relation : Said Idkandar Al-Idrus, S.Si

Staf Operasional : Zulhamsyah

Staf Keuangan : Ferry Rahmadsyah.SE

Anggota Pengurus : Drs. Abdul Rahman Nasution

IV. 3.2 Tugas-tugas dan Tanggungjawab

1. Ketua

Tugas dan tanggungjawab Ketua antara lain:

- Memimpin Palang Merah Indonesia Cabang Medan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan anggaran Rumah tangga (AD dan ART) PMI, pokok-pokok kebijakan dan rencana strategis Palang Merah Indonesia

- Mengambil dan melaksanakan keputusan musyawarah, menjalankan program dan peraturan organisasi serta kebijakan yang digariskan.

- Mewakili Palang Merah Indonesia ke dalam dan keluar sesuai dengan ketentuan AD dan ART.

-Memelihara hubungan yang erat dengan semua komponen Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

- Mengarahkan, membimbing dan mengawasi pelaksanaan pokok-pokok kebijakan dan rencana strategis PMI Cabang Medan.


(50)

2. Wakil Ketua

- membantu pelaksanaan tugas-tugas Ketua terutama dalam hal pembinaan dan penguatan internal organisasi, serta membangun koordinasi dan komunikasi diseluruh jajaran Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Medan

- melaksanakan tugas khusus yang ditetapkan ketua 3. Staf Keuangan

- Membantu Ketua dalam manajemen keuangan

- Mengatur masalah keuangan, membangun system keuangan markas PMI Cabang Medan serta memonitor pelaksanaannya

- Mempersiapkan laporan pertanggungjawaban keuangan markas PMI Cabang Medan

- Melaksanakan tugas khusus yang ditetapkan Ketua

- Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada Ketua 4. Anggota Pengurus

- membantu ketua sesuai dengan kapasitasnya masing-masing

- memberikan masukan, saran dan pendapat kepada Ketua untuk lebih memantapkan pelaksanaan tugas-tugas pengurus Palang Merah Indonesia Cabang Medan baik secara langsung dalam rapat pengurus, maupun secara tertulis.

- Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada ketua. 5. Bidang Citra dan Hubungan Antar Lembaga

- melakukan penguatan eksternal organisasi dengan menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya.


(51)

- Membantu pelaksanaan tugas-tugas terutama menyangkut citra dan hubungan lembaga antar lemaga serta membangun system informasi dan komunikasi diseluruh jajaran PMI Cabang Medan.

- Melaksanakan tugas-tugas khusus yang ditetapkan ketua - Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada ketua. 6. Bidang Penanggulangan Bencana

- membantu pelaksanaan tugas-tugas Ketua terutama dalam hal penanggulangan bencana

- Melaksanakan tugas khusus yang ditetapkan ketua

- Menyiagakan dan memonitor keberadaan relawan di PMI Cabang Medan - Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Kepada Ketua

7. Bidang Ambulance

- Melaksanakan tugas khusus yang ditetapkan ketua

- Mempersiapkan seluruh kebutuhan untuk peralatan ambulance - Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Kepada Ketua

IV.4 SUMBER DANA

Mengacu pada ketentuan anggaran rumah tangga PMI tentang Perbendaharaan bahwa kekayaan, sumber dana PMI diperoleh dari :

1. Bulan Dana

Gerakan bulan dana merupakan kebijakan PMI yang dilaksanakan dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial yang dikeluarkan setiap


(52)

tahun. Pelaksanaan penggalangan dana dilaksanakan oleh Pengurus Cabang melalui mekanisme kepanitiaan pengelolaan dari wakil masyarakat.

Kegiatan Bulan Dana dilaksanakan selama dua bulan dalam setahun. Setiap Pengurus Cabang mempunyai kebijakan masing-masing untuk memulai Bulan Dana tersebut, ada yang bulan Mei atau September, bertepatan dengan momentum peringatan Hari Palang Merah.

Bentuk pencarian dana, pada umumnya berupa kupon dengan nilai rupiah tertentu yang diedarkan di tempat-tempat hiburan, Bandara dan kantor-kantor , sekolah atau PLN dan Telkom sesuai ijin Pemerintah setempat.

Setelah selesai, hasil bersih Bulan Dana oleh PMI dialokasikan sebagai berikut : - 5 % untuk Pengurus Pusat

- 10 % untuk Pengurus Daerah - 85 % untuk Pengurus Cabang

Sejumlah tersebut oleh Pengurus Cabang dimanfaatkan untuk program bantuan, pelatihan, pembinaan dan pelayanan transfusi darah.

Namun sejak tahun 2000 bagian 5% dari pengumpulan bulan dana untuk PMI Pusat ditiadakan. Penghapusan tersebut dilakukan atas pertimbagan agar pengurus cabang dapat secara leluasa mengelola dana dari hasil bulan dana tersebut. Koordinasi pelaksanaan bulan dana ada di tangan pengurus daerah dengan tembusan ke pengurus pusat.

2. Sumber Dana Diluar Bulan Dana


(53)

Beberapa Pengurus Daerah untuk melaksanakan operasional tugasnya selain setoran wajib bulan dana (SWBD) juga mendapatkan subsidi alokasi bantuan dari Anggaran Belanja Pemerintah Daerahnya masing-masing.

Dalam melaksanakan respon bantuan darurat, PMI juga menerima sumbangan berupa relief, kontan atau jasa untuk membantu para korban bencana. Disamping itu melalui usaha pencarian dana seperti membuka Wartel/Warnet, Klinik Kesehatan, Mini market atau Wisma/Gedung pertemuan yang dapat disewakan kepada publik, dapat merupakan tambahan pemasukan dana.

Dalam kesempatan tertentu PMI juga menyelenggarakan kegiatan pertunjukkan amal sekaligus penggalangan dana bekerjasama dengan pihak ketiga. Bila manajemennya baik maka kumpulan dana tersebut dikelola sedemikian rupa menjadi semacam simpanan "dana abadi" yang dapat dikembangkan untuk pendanaan program lain yang berkelanjutan.

3. PMI Pusat

Di tingkat pusat, Pengurus Pusat selain mengandalkan pengelolaan dana abadi juga mendapat subsidi dari pemerintah pusat , Sekretariat Negara untuk dana operasional pembayaran telpon dan listrik. Besar jumlah subsidi setiap tahun tidak sama , tahun 2001 ini sebesar Rp. 40.000.000.

Selain itu PMI Pusat juga memperoleh sedikit tambahan pemasukan dari Rumah Sakit PMI Bogor. Bantuan dari Masyarakat atau perusahaan, juga diterima untuk menambah beaya operasional, namun sejak masa krisis moneter, jumlah dana dari sumbangan masyarakat menurun.


(54)

Dengan adanya program pengembangan organisasi dua tahun belakangan ini, yang difasilitasi oleh Palang Merah Internasional, maka sejak tahun 2000 kapasitas SDM (karyawan) dan implementasi program kegiatan didanai dari sumber bantuan internasional.

IV. 5 KEANGGOTAAN

Menurut ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI yang disebut Anggota Palang Merah Indonesia (PMI) adalah setiap Warga Negara Indonesia yang bersedia menjadi anggota PMI. Mereka terdiri dari:

1. Anggota Remaja, usia 10 - 20 tahun yang dihimpun di dalam wadah Palang Merah Remaja (PMR).

2. Anggota Biasa, usia 20 tahun ke-atas dan dapat menjadi anggota Korps Sukarela (KSR) dan Tenaga Sukarela (TSR).

3. Anggota Luar Biasa, adalah warga negara bukan Indonesia (WNA) yang berjasa kepada PMI).

4. Anggota Kehormatan, adalah Warga Negara Indonesia yang diangkat dengan Surat Keputusan Pengurus Pusat berdasarkan jasa-jasanya kepada PMI.


(55)

Mengenai aturan mengenai keanggotaan secara rinci tersebut diatur pula di dalam Anggaran Rumah Tangga PMI Bab VI sebagai berikut:

Pasal 8

1. Yang dapat diterima sebagai Anggota Remaja ialah Warga Negara Indonesia berumur 10 sampai 20 tahun.

2. Anggota Remaja sebagai calon anggota dan kader pengurus PMI berkewajiban membantu pelaksanaan kegiatan kepalangmerahan.

3. Setiap anggota Remaja dapat menjadi Anggota Biasa setelah mencapai usia 20 tahun

4. Hak dan kewajiban Anggota Remaja dilaksanakan melalui wadah Palang Merah Remaja, disingkat PMR.

Pasal 9

1. Status, persyaratan tugas dan kegiatan Palang Merah Remaja ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

2. Status, persyaratan tugas dan kegiatan Korps Sukarela (KSR) ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

3. Status, persyaratan tugas dan kegiatan Tenaga Sukarela (TSR) ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

4. Atribut keanggotaan PMI ditetapkan oleh Pengurus Pusat

Pasal 10


(56)

2. Anggota Biasa serendah-rendah berumur 20 tahun atau yang telah kawin. 3. Anggota Biasa berkewajiban menyumbangkan darma baktinya menurut

kebijaksanaan Cabang sesuai dengan peraturan Pengurus Pusat.

a. anggota biasa mempunyai hak untuk menghadiri Musyawarah Cabang.

b. dalam hal Anggota Biasa di cabang yang sudah mempunyai Ranting, mewakilkan haknya kepada utusan Ranting yang bersangkutan.

Pasal 11

1. Untuk menjadi Anggota Biasa, wajib mendaftarkan diri kepada Pengurus Cabang.

2. a. Keabsahan sebagai Anggota Biasa PMI dinyatakan oleh tercantumnya nama anggota yang bersangkutan dalam buku daftar anggota dan kepadanya diberikan kartu anggota.

b. Setiap anggota yang pindah keluar Cabang diwajibkan memberitahukan kepada Cabang yang bersangkutan dan melaporkan kepada Cabang di tempat tinggal yang baru.

3. Anggota Biasa berhenti sebagai anggota apabila yang bersangkutan :

a.minta berhenti b.meninggal dunia

4. Anggota Biasa dapat diberhentikan oleh Pengurus Cabang apabila yang bersangkutan melakukan perbuatan yang mencemarkan nama Palang Merah


(57)

Pasal 12

1. Anggota Kehormatan ialah Warga Negara Indonesia yang diangkat dengan Surat Keputusan Pengurus Pusat berdasarkan jasa-jasanya kepada PMI

2. Anggota Luar Biasa ialah warga Negara bukan Indonesia yang diangkat dengan Surat Keputusan Pengurus Pusat berdasarkan jasa-jasanya kepada PMI 3. Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, dan Pengurus Cabnag dapat mengusulkan seseorang untuk diangkat menjadi Anggota Kehormatan, sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat.

IV.6. PRINSIP BANTUAN PMI

Dalam melaksanakan program bantuan, PMI mempunyai beberapa prinsip bantuan antara lain:

1. Darurat Seperti peranan Perhimpunan Nasional Palang Merah di negara-negara lain, bantuan penanggulangan bencana yang diberikan kepada korban bencana bersifat darurat dan bersifat komplimen/tambahan untuk membantu pemerintah dalam meringankan penderitaan korban bencana (auxiliary to the government)

2. Langsung Bantuan PMI harus diberikan secara langsung oleh tenaga PMI kepada korban bencana, tanpa perantara, sehingga dapat langsung dirasakan oleh para korban. 3. Beridentitas Palang Merah.


(58)

penanggulangan korban bencana harus memakai tanda Palang Merah (PMI). Hal ini juga dilakukan pada tempat, sarana dan fasilitas yang digunakan oleh PMI di lapangan.

V.7 Pokok-Pokok kebijakan dan Rencana Strategis 2004-2009 Di tingkat Cabang

Tingkat Cabang

1. Pokok-Pokok Kebijakan PMI Bidang Pelayanan Sosial

Tujuan Indikator

- Menerapkan kebijakan, pedoman Pelayanan Sosial di PMI Cabangnya Masing-masing

- 40 % PMI Cabang telah mengadakan perencanan program di bidang pelayanan sosial secara komprehensif, sesuai kebijakan PMI.

- PMI Cabang telah mengadakan komunikasi, koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/institusi tingkat kotamadya/kabupaten yang menangani program pelayanan sosial.

- 40% Cabang telah mengadakan komunikasi, koordinasi dan kerjasama intensif dengan Dinsos, LSM, Pemda dan institusi lain yang menangani pelayanan sosial.

- Merintis dan melaksanakan program pelayanan untuk lansia

- merintis dan melaksanakan program lansia sedikitnya pada satu kelompok binaan lansia di markas Cabang Masing-masing.

-Merintis program Pendampingan Anak jalanan di PMI Cabang Masing-masing

- 30 % PMI Cabang telah melaksanakan kegiatan pendampingan dan dukungan sosial pada sedikitnya 1 kelompok masyarakat sangat rentan dan sangat miskin di satu mitra.

- Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkala pada program-program Yansos dengan menghasilkan laporan yang akurat dan berbagi informasi dengan stakeholders lainnya

- 30 % Cabang yang telah melaksanakan program pelayanan sosial telah mengirimkan laporan monitoring dan evaluasi kepada PMI daerah dan PMI Pusat


(59)

- Membentuk unit/bidang Yansos di PMI Cabang Masing-masing

- Adanya unit Yansos dalam struktur organisasi khususnya di daerah rawan bencana maupun rawan sosial

- Menyediakan peralatan sesuai standart minimal pelayanan sosial PMI.

- Peralatan pelayanan sosial memadai tersedia dan mudah untuk digunakan pada saat darurat maupun non darurat pada sedikitnya 30% Cabang.

-Mengupayakan tersedianya dana untuk program pelayanan sosial di cabang

- 30 % PMI cabang telah menggunakan perangkat dan strategi pemasaran program pelayanan sosial yang mendorong meningkatnya dukungan pemerintah dan public.

- PMI Cabang terlibat aktif dalam jejaring yang berkaitan dengan yansos di tingkat Cabang.

a. Adanya media yang mempublikasi kegiatan Pelayanan Sosial di 30% PMI Cabang.

b. PMI Cabang terlibat aktif dalam kegiatan Yansos, Cabang serta secara proaktif melakukan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait.

2. Pokok-Pokok Kebijakan PMI Bidang Pelayanan Penanganan Bencana

Tujuan Indikator

- Menyusun program kongkrit berdasarkan pada kebijakan dan pedoman Penanganan Bencana berkoordinasi dengan PMI Daerah dan stakeholder di tingkat Cabang

- 50% PMI Cabang Rawan bencana telah mengimplementasikan program-program Penanganan Bencana di Cabangnya masing-masing berdasarkan kebijakan Penanganan Bencana dan Pedoman-pedoman baku melalui kerjasama dengan PMI daerah dan stakeholder lainnya di tingkat Cabang.

- Merekrut, dan mengembangkan kapasitas staff dan relawan, khususnya SATGANA PMI Cabang dan CBAT

a. Sebanyak 50 PMI Cabang rawan bencana memiliki SATGANA dan CBAT/SIBAT yang mampu berfungsi


(60)

SIBAT (Siaga Bantuan Berbasis Masyarakat), agar dapat melaksanakan operasional sebelum, saat dan sesudah bencana alam dan konflik.

dan mengembangkan program CBDP/KBBM pada sedikitnya 1 desa mitra yang rawan bencana di PMI Cabangnya masing-masing.

b. 50 PMI Cabang rawan bencana telah memberikan pelatihan dalam bidang penanganan bencana kepada staf dan relawanya.

- Mencari dukungan dan persetujuan formal dengan PMI daerah, Institusi, lembaga lain di tingkat Kab/Kota, untuk mendapat dukungan logistic yang layak untuk operasional bantuan Penanganan Bencana di Wilayah Cabangnya.

- Sebanyak 50% PMI rawan bencana mampu menjalankan kebijakan dan pedoman standart system logistic untuk mendukung operasional bantuan penanganan bencana di wilayahnya.

- Mengupayakan adanya dana darurat bencana serta memanfaatkan secara efisien untuk respon darurat bencana

a. Adanya Monitoring Utama Antara PMI Cabang dengan PMI daerah terhadap penyediaan dana pemanfaatan dana darurat bencana di PMI Cabang.

b. Sedikitnya 80% PMI Cabang telah mengalokasikan dana darurat bencana di wilayahnya masing-masing.

a. Implementasi kebutuhan logistic, dan pemetaan rawan bencana/resiko di wilahnya, dalam usaha untuk merespon bencana secara efektif.

b. Advokasi mekanisme tugas dan tanggungjawab Satgana PMI Cabang pada saat bencana skala besar terjadi, kepada stakeholder.

a. Dalam waktu 5 tahun seluruh cabang di bawah PMI Daerah yang rawan bencana sudah dapat menerapkan system logistic standar.

b. Penerimaan peran dan tanggungjawab Satgana PMI Cabang oleh stakeholder di tingkat Cabang.

- Menciptakan hubungan kerjasama dengan masyarakat rawan bencana, untuk mengembangkan program CBDP/KBBM atau ICBRR/PERTAMA.

- 80% dari wilayah pilot program terintegrasi sudah dapat dilakukan.


(61)

- Mengikuti standar arus komunikasi dan kerjasama sudah diadaptasi oleh PMI Daerah.

a. 50% PMI Cabang rawan bencana telah memiliki jaringan komputer dan internet yang standar untuk mendukung Sistem Informasi Penanganan Bencana.

b. Masing-masing markas Cabang dari 50% PMI Cabang rawan bencana memiliki sedikitnya 1 orang staff yang memiliki keahlian memfungsikan jaringan komputer/internet untuk mendukung program Sistem Informasi Penanganan Bencana.

c.Meningkatnya peran dan tanggungjawab yang jelas dalam menyebarluaskan informasi penanganan bencana secara internal di PMI Cabang serta secara eksternal dengan markas Pusat PMI, Daerah dan stakeholder lain. -Advokasi dan promosi prinsip, strategi,

mandata, dan kebijakan pelayanan Penanganan Bencana dalam rangka mengembangkan dan menjaga kerjasama dengan pemerintah daerah dan stakholeder lainnya di lingkup Kabupaten Kotamadya.

a. Peningkatan kerjasama sebesar 70% dengan PMI Cabang yang ditargetkan dan dengan stakeholder lainya.

b. Peningkatan jangkauan media local Kab/Kota besar 50%.

c. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan stakeholder sebesar 50%

- Menggali dukungan struktural di lingkup Kabupaten/Kotamadya untuk pengembangan program CBDP/KBBM atau ICBRR/PERTAMA

-50% Daerah dan Cabang Rawan bencana mendapatkan dukungan formal dari SATLAK dan Dinsos dan instansi terkait lainya untuk mendapatkan posisi di struktur Kabupaten/Kotamadya yang ada.

3. Pokok-Pokok Kebijakan PMI Bidang Pelayanan Kesehatan

Tujuan Indikator


(1)

ambulans akan membuka pintu seluas-luas bagi perusahaan-perusahaan yang mau menjalin kerjasama secara khusus dengan unit ambulans PMI Cabang Medan.

Unit Ambulans PMI Masih Membutuhkan Donasi Dari Masyarakat, sampai saat ini unit ambulans PMI Cabang Medan memiliki tiga buah ambulans, dua dalam kondisi rusak dan tidak berjalan sedangkan yang satunya lagi dalam kondisi yang juga sudah tidak layak lagi jalan namun masih juga tetap beroperasi karena harus tetap melayani panggilan masyarakat. Untuk itu sangat diharapkan bagi masyarakat untuk berperan sebagai donatur demi terus tetap berjalannya unit ambulans PMI Cabang Medan.

PMI Cabang telah melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai organisasi kemanusiaan, dengan menerapkan pokok-pokok kebijakan dan rencana strategis 2004-2009 yang telah dijalankan sampai saat ini. PMI juga telah memberikan sebisa mungkin dalam membantu masyarakat yang memberikan pertolongan. Untuk itu tugas pokok, visi dan misi PMI telah diterapkan di lapangan dengan semua kru relawan yang telah bertugas dengan sesuai ketrampilannya masing-masing.


(2)

BAB VI PENUTUP

VI. 1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari hasil analisis program Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang medan yang telah dilaksankan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Palang Merah Indonesia (PMI) adalah organisasi yang bergerak dalam bidang jasa

sosial kemanusiaan, membantu korban bencana alam serta pelayanan kesehatan lainnya yang berpegang pada prinsip-prinsip dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dalam menjalankan dalam tugas dan fungsinya.

2. PMI bukan hanya mencakup bidang donor darah tetapi juga bencana, perubahan iklim,

flu burung,, dan sebagainya. PMI berusaha mengubah pemikiran di kalangan masyarakat dengan mengadakan berbagai kegiatan untuk menarik perhatian masyarakat.

3. Palang Merah Indonesia (PMI) bertanggung jawab memberikan pelayanan terbaik yang merata dan bermutu kepada masyarakat.

4. PMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalangmerahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian.


(3)

5. PMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalangmerahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian.

6. PMI merupakan Salah satu organisasi yang pro aktif dan reaktif

7. PMI telah membina hubungan baik dengan publik internal dan eksternalnya.

8. PMI telah memiliki peralatan komunikasi sendiri untuk mempublikasikan kegiatannya.

9. Kegiatan yang dilakukan PMI adalah untuk mengajak masyarakat menjadi sadar akan keberadaan PMI dan ikut mendukung programnya.

10.Program-program yang dilaksanakan PMI merupakan bentuk organisasi kemanusiaan yang membantu masyarakat dalam mengurangi beban masyarakat.

11.Bantuan yang diberikan PMI Cabang telah sesuai dengan target-target yang telah ditetapkan dalam pokok-pokok kebijakan dan rencana strategi tahun 2004- 2009.

VI. 2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan di atas, maka terdapat beberapa saran yang perlu diperhatikan Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Medan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan program yang telah dijalankan untuk membantu masyarakat yaitu:

1. PMI harus tetap bekerja keras untuk meningkatkan self belonging dan loyalitas publik internal dan eksternalnya.


(4)

2. PMI harus menujukkan coorporate identity dalam dirinya ketika ia melaksanakan tugasnya.

3. PMI bisa membuat iklan layanan masyarakat tentang program kampanyenya dengan menggandeng perusahaan/lembaga/organisasi lain sebagai salah satu cara promosi dan publikasi di media massa.

4. Bantuan PMI harus diberikan secara langsung oleh tenaga PMI kepada korban bencana, tanpa perantara, sehingga dapat langsung dirasakan oleh para korban.

5. Segala kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan ole PMI Cabang Medan untuk membantu masyarakat dalam pertolongan pertama sehingga dapat memberikan inspirasi bagi segala institusi maupun lembaga untuk lebih aktif membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan.

6. Program yang dilaksanakan PMI dapat menjadi perlindungan bagi masyarakat untuk mengatasi atau mengurangi kendala-kendala yang terjadi terhadap masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,1991. Panduan Palang Merah Merah, Markas Besar PMI, Jakarta Anonim,1993. Memperkenalkan PMI, Markas Besar PMI, Jakarta

Anonim,2005 Pokok-Pokok Kebijakan dan Rencana Strategi 2004-2009, Markas Besar PMI, Jakarta

Arikunto. Suharsimi, 1985. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bina Aksara, Jakarta.

Azwar, Azrul, 1989. Administrasi Kesehatan, PT Bina Rupa Aksara, Jakarta Barat. Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan

Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Koentjoroningrat, A. A Loedin, 1985. Ilmu-ilmu Sosial Dalam Pembangunan Kesehatan, PT Gtamedia, Jakarta

Kusumaatmadja, Mochtar.2002. Konvensi-konvensi Palang Merah 1949 Mengenai Perlindungan Korban Perang. PT Alumni. Jakarta

Mantra, Ida Bagoes. 2004. Filsafat Penelitian dan Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Muhidin, Syarif.1981. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Penerbit STKS. Nawawi. Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Presss.

Nurdin, Muhamad Fadhil.1989. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Bandung: Penerbit Angkasa, Bandung

Soetarso, 1982. Kesejahteraan Sosial, Pelayanan Sosial Dan Kesejahteraan Sosial, Penerbit Angkasa, Bandung.


(6)

Suharsini, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Aneka Cipta. Widodo, Erna dan Muhktar. 2000. Kontribusi Kearah Penelitian Deskriftif.

Yaogyakarta: Avyrou Website:

www.palangmerah.or.id