tersebut setelah Komite Palang Merah Internasional menilai bahwa organisasi tersebut telah layak menjadi anggota Palang Merah Internasional.
30
Kelompok Palang Merah Belanda menilai bahwa Indonesia juga membutuhkan Gerakan Palang Merah untuk menginvestigasi penjajahan yang
dilakukan oleh Belanda di Indonesia. Rencana pendirian Palang Merah di Konvensi akan dilakukan oleh Komite Palang Merah Internasional setelah
melakukan analisa terhadap kejadian perang dan mendapat beberapa kemajuan baru atau tindakan yang membahayakan kepada umat manusia, seperti Hukum
Perlakuan Internasional HPI. Peraturan baru ini adalah tindakan untuk meminimalis tindakan kekerasan dari kelompok perang yang menahan lawan
perangnya. Ratifikasi terhadap hasil Konvensi Jenewa akan segera disebarluaskan
keberbagai negara atau kepada Palang Merah Nasional yang ada di berbagai negara. Tujuan penyebaran informasi ratifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan
rasa kemanusiaan keberbagai belahan dunia.
3.4 Pembentukan Palang Merah Nasional Indonesia
Untuk mengembangkan misi kemanusiaan, pihak Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah, berupaya mengembangkan jaringannya keberbagai negara.
Tujuan dilaksanakannya pengembangan ini adalah sebagai penyebarluasan tentang penghargaan terhadap nilai kemanusiaan.
30
Marion Harroff Tavel, Kegiatan Komite Internasional Palang Merah International Committee Of The Red Cross Pada Waktu Kekerasan Dalam Negeri, Jakarta: International
Review Of The Red Cross, 1990, hlm. 22
Universitas Sumatera Utara
Indonesia bermula dari pelaksanaan konvensi tahun 1907, dimana Belanda adalah panitia pelaksana konvensi.
Demikian terbentuknya Palang Merah di Indonesia yang disponsori oleh Palang Merah Belanda. Gerakan ini membuktikan bahwa gerakan Palang Merah
Belanda adalah gerakan Palang Merah yang tergolong netral. Proses pembentukan ini juga mendapat hambatan yang datang dari pemerintah Belanda di Indonesia,
tetapi karena Palang Merah Nasional Belanda mempunyai dukungan yang kuat dari Palang Merah Internasional dan Palang Merah Nasional lainnya maka
pembukaan Palang Merah di Indonesia berhasil dilakukan pada tahun 1932, dengan nama Het Nederlands- Indische Rode Kruis NIRK.
31
Pembentukan NIRK di Indonesia berlatarbelakang dari prinsip Belanda bahwa tanah jajahan merupakan negeri yang potensial baik dari segi budaya dan
ekonomi, dimana Belanda bertindak dengan sesuka hatinya untuk mengeruk kekayaan dan warisan budaya tersebut. Oleh karena itu Palang Merah Nederland
terbebani untuk hal ini.
32
Tahun 1940, kelompok pelajar menginginkan Palang Merah yang ada di Indonesia berdiri sendiri tanpa berhubungan dengan Palang Merah Nederland.
Sebagai ketua dan sekaligus pelopor Palang Merah Indonesia distrik Nederland, dr. R.C.L Senduk dari Belanda dan dr. Bahder Djohan dari Indonesia
berusaha keras menyebarluaskan prinsip-prinsip kepalangmerahan pada kelompok muda Indonesia. Hal ini mendapat tanggapan yang baik dari kelompok muda,
tetapi tidak berumur panjang.
31
Umar Mu’in., loc cit
32
Ibid., hlm. 122
Universitas Sumatera Utara
Permintaan ini hilang setelah mendapat kecaman dari kelompok pemerintah Belanda di Indonesia, sehingga peminat Palang Merah semakin berkurang, sebab
mereka menilai bahwa di dalam Palang Merah Nederland masih dipengaruhi pemerintah kolonial Belanda.
Palang Merah Indonesia distrik Nederland sempat berkembang diberbagai kota yang ada di Nusantara. Pada tahun 1942, tentara Jepang menilai bahwa
Palang Merah Indonesia distrik Nederland juga sebagai bagian dari kelompok Belanda, sehingga kelompok sukarelawan tersebut dibubarkan.
Akhir pemerintahan Belanda, beberapa pelajar tetap tertarik dengan gerakan Palang Merah dan menjalankannya, tanpa membentuk hubungan dengan
Palang Merah Jepang yang membuat gerakan Palang Merah Indonesia ini segera dibubarkan oleh Pemerintah Jepang. Sejak saat itu gerakan Palang Merah berhenti
total selama pemerintahan Jepang di Indonesia. Kelompok pelajar yang tergabung dalam kelompok Palang Merah tetap
menginginkan gerakan tersebut lepas dari pengaruh pemerintah yang berkuasa di Indonesia, agar bebas melakukan gerakannya sebagai tenaga sukarelawan yang
bersifat netral. Tetapi karena pengaruh asing masih kuat di Indonesia saat itu, permintaan ini tidak dikabulkan. Pemuda tetap menunggu waktu yang tepat untuk
pembentukan Palang Merah yang netral. Kemerdekaan Indonesia ternyata menjadi waktu yang tepat untuk rencana
kelompok pemuda Palang Merah tersebut yang didukung sepenuhnya oleh Presiden Soekarno dengan mengeluarkan perintah khusus untuk pendirian badan
sukarelawan kepada Menteri Kesehatan yang baru. Perintah Presiden segera
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Menteri Kesehatan saat itu yaitu dr. Buntaran dengan membentuk Komite Lima, yang anggotanya adalah:
1. dr. R Mochtar : Ketua
2. dr Bahder Djohan : Wakil ketua
3. dr Djohana : Sekretaris
4. dr Farzuki : Anggota
5. dr Sitanal : Anggota
Komite Lima segera melakukan perundingan untuk merencanakan langkah strategis yang akan dilaksanakan Komite Lima diawal kemerdekaan Indonesia.
Maka rancangan yang mengarah kepada situasi Indonesia yang baru merdeka, yaitu sebagai sukarelawan perang. Langkah srategis lainnya adalah:
1. Organisasi bantuan korban perang revolusi menjelang kemerdekaan
Indonesia 2.
Merencanakan pengembalian tentara yang ditawan oleh pejuang Indonesia baik dari kelompok Sekutu maupun dari kelompok Belanda
3. Mengembalikan penduduk Indonesia yang mengungsi dan
menyembunyikan diri karena ketakutan kepada kelompok penjajah.
33
Pekerjaan ini sebenarnya membutuhkan persiapan dan tenaga yang kuat, sebab tugas yang dilaksanakan ini adalah pekerjaan yang tergolong berat, maka
untuk mengantisipasi terhentinya kegiatan Komite Lima melakukan penjaringan anggota sukarelawan. Penjaringan dilakukan kepada kelompok muda sebab
33
Umar Mu’In., loc cit
Universitas Sumatera Utara
mereka masih tergolong kuat dan mampu melaksanakan tugas dari kepalangmerahan.
Korban perang dan penjajahan yang dilakukan Jepang dan Belanda di Indonesia ternyata terjadi hampir diseluruh daerah-daerah Indonesia. Korban kerja
paksa, masyarakat yang diasingkan, tahanan politik, kelompok yang dituduh pemberontak, pengungsian secara paksa, dan korban-korban lainnya. Keadaan ini
mengharuskan kelompok sukarelawan harus membuka cabang dibanyak daerah yang ada di Indonesia. Dengan merekrut kelompok pemuda yang berasal dari
daerah tersebut.
3.5 Pembentukan Palang Merah Indonesia Cabang Medan