mereka masih tergolong kuat dan mampu melaksanakan tugas dari kepalangmerahan.
Korban perang dan penjajahan yang dilakukan Jepang dan Belanda di Indonesia ternyata terjadi hampir diseluruh daerah-daerah Indonesia. Korban kerja
paksa, masyarakat yang diasingkan, tahanan politik, kelompok yang dituduh pemberontak, pengungsian secara paksa, dan korban-korban lainnya. Keadaan ini
mengharuskan kelompok sukarelawan harus membuka cabang dibanyak daerah yang ada di Indonesia. Dengan merekrut kelompok pemuda yang berasal dari
daerah tersebut.
3.5 Pembentukan Palang Merah Indonesia Cabang Medan
Keadaan kota Medan sebelum Indonesia Merdeka tidak jauh berbeda dengan besarnya kota Batavia Jakarta. Banyak kegiatan yang dilakukan masa
penjajahan Belanda maupun penjajahan Jepang di Medan. Untuk itulah ketika dr. R.C.L Senduk membuka Palang Merah Indonesia distrik Nederland di Indonesia,
salah satunya Medan merupakan cabang yang tergolong besar, tepatnya di markas Palang Merah Indonesia Cabang Medan yang sekarang.
34
34
Lihat Gambar I, Markas Palang Merah Indonesia Cabang Medan di Jalan Palang Merah No. 17 Medan
Het Nederlands-Indische Rode Kruis cabang Medan merupakan perpanjangan dari NIRK yang ada di Jakarta. Tugas dan fungsi yang
dijalankannya dominan sebagai tenaga sukarelawan berbentuk medis, tanpa mencampuri kegiatan yang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Kelompok pemuda yang ada di Medan tidak terlalu tertarik dengan kegiatan ini, sebab sangat jarang masyarakat khususnya pemuda yang bebas dari
perhatian Belanda dan Jepang. Kelompok muda menjadi tenaga yang dipekerjakan di lapangan. Anggota Palang Merah yang ada di Medan sebelum
merdeka adalah kelompok sukarelawan Belanda. Palang Merah Cabang Medan mulai mengalami perkembangan ketika
Indonesia Merdeka, sedangkan kepengurusan Palang Merah sejak September 1945 beralih ketangan Indonesia setelah proses serah terima dari kelompok NIRK
kepada pemuda sukarelawan Indonesia yang ada di kota Medan.
35
Untuk melengkapi serta memulai pekerjaan Palang Merah Indonesia di Medan dan menyerupai tugas Palang Merah yang ada di Pulau Jawa, maka
sejumlah anggota Palang Merah Indonesia dari Jawa di tugaskan melakukan perekrutan di Pulau Sumatera, tepatnya Medan. Kepanitiaan ini berlangsung
hingga tahun 1950, ketika korban-korban perang berhasil di evakuasi oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan yang bekerja sama dengan dokter-dokter
Kepengurusan organisasi Palang Merah di Medan telah dilaksanakan pemuda yang ada di
Medan. Fungsi sebagai tim medis lebih dominan dilaksanakan di Medan, dari pada
fungsi Palang Merah lainnya. Pemberian perawatan kepada korban luka, perawatan kepada penderita penyakit, terutama kelompok laskar yang ikut
memperjuangkan bangsa Indonesia. Pekerjaan yang dilakukan Palang Merah sama dengan kelompok medis lainnya.
35
Hasil wawancara dengan Edi Siswanto, Kepala Markas Palang Merah Indonesia Cabang Medan, 12 Desember 2007
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Untuk kepanitiaan selanjutnya dikembalikan ketangan pemuda atau masyarakat yang ada di Medan, tetapi tidak terlepas dengan Palang Merah yang
ada di Pulau Jawa. Kepengurusan yang baru dengan periode 1951-1956 adalah sebagai berikut:
Ketua I : Dr. R. Suroso
Ketua II : Dr. Gindo Siregar
Setia Usaha I : G. B Josua
Setia Usaha II : Dr. R. M. Dzulham
Bendahara I : Madja Purba
Bendahara II : T. Ismail
Anggota : M. Darsan Hardjowasito.
36
Setelah kepengurusan Palang Merah Indonesia Cabang Medan di pegang oleh masyarakat kota Medan, pekerjaan Palang Merah Indonesia Cabang Medan
semakin efektif dalam menjalankan tugas kepalangmerahannya. Tugas dan fungsi Palang Merah Indonesia Cabang Medan disesuaikan dengan keadaan dan
peristiwa yang terjadi di Medan.
36
Arsip Palang Merah Indonesia Cabang Medan dan hasil wawancara dengan Edi Siswanto Kepala Markas Palang Merah Indonesia Cabang Medan, tanggal 29 September 2007
Universitas Sumatera Utara
BAB IV AKTIVITAS PALANG MERAH INDONESIA CABANG
MEDAN
4.1 Organisasi Sukarelawan Kemanusiaan