Kewenangan Bank Indonesia dalam Pengawasan Bank

c. Mengatur sistem kliring antar bank, baik dalam mata uang rupiah maupun asing. d. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank. e. Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yanng sah. f. Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan penggantian dengan nilai yang sama.

3. Kewenangan Bank Indonesia dalam Pengawasan Bank

a Kewenangan dalam Menetapkan Regulasi Dalam membina bank, Bank Indonesia memberikan petunjuk-petunjuk secara umum ataupun secara individual dalam menyelenggarakan manajemen yang baik. 67 Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian, yang akan memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan kegiatan usaha perbankan, yang antara lain memuat : 68 1 perizinan bank; 2 kelembagaan bank, termasuk kepengurusan dan kepemilikan; 3 kegiatan usaha bank pada umumnya; 4 kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah; 5 merger, konsolidasi, dan akuisisi bank; 67 O. P. Simorangkir, Op. cit., hlm. 31. 68 Penjelasan Pasal 25 ayat 2 Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Universitas Sumatera Utara 6 sistem informasi antar bank; 7 tata cara pengawasan bank; 8 sistem pelaporan bank kepada Bank Indonesia; 9 penyehatan perbankan; 10 pencabutan izin usaha, likuidasi, dan pembubaran bentuk hukum bank; 11 lembaga-lembaga pendukung sistem perbankan. Kewenangan Bank Indonesia dalam menetapkan regulasi terhadap bank merupakan wujud pelaksanaan kewenangnan Bank Indonesia untuk dapat melakukan dalam hal mengatur dan pengawasan bank. Hal ini menjadi urgen karena bank sebagai lembaga kepercayaan dalam menghimpun dana masyarakat memiliki karakteristik khusus dibanding jenis usaha lainnya. Dan bank dalam kesatuannya dengan sistem perbankan memiliki peran sentral dan strategis dalam menggeraktumbuhkan perekonomian suatu negara. 69 Tujuan inti dari penetapan regulasi terhadap bank adalah melindungi kepentingan masyarakat penyimpan deposan dan kreditor yang mempercayakan dananya pada bank untuk memperoleh pembayaran kembali manfaatnya dari bank sesuai dengan sifat, jenis dan cara pembayaran yang telah dijanjikannya. 70 Sejalan dengan harapan-harapan tersebut, Bank Indonesia sebagai bank sentral yang mempunyai peran pula dalam menentukan dan memberikan arah perkembangan perbankan serta dapat melindungi masyarakat, maka Bank Indonesia mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk membina serta melakukan pengawasan terhadap seluruh kelembagaan dan kegiatan perbankan 69 Pernadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hlm. 1. 70 Ibid., hlm. 11. Universitas Sumatera Utara sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 29 ayat 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Adapun pembinaan dan pengawasan tersebut ditempuh melalui upaya- upaya tertentu baik yang bersifat preventif dalam bentuk ketentuan-ketentuan, petunjuk, nasehat, bimbingan, dan pengarahan maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan perbaikan. 71 Untuk mengakomodasi perkembangan di sektor perbankan termasuk derasnya pengaruh lingkungan perbankan internasioanal yang banyak dipengaruhi oleh Bank for Internasional Senttlement BIS, 72 Bank Indonesia dari waktu ke waktu senantiasa melakukan penyesuaian terhadap peraturan agar dapat menerapkan prinsip-prinsip perbankan yang sehat sesuai dengan praktik-praktik internasional yang lazim internasional best practises. 73 Dalam hal pemberian dan pencabutan izin atas suatu bank, Bank Indonesia berwenang memberikan dan mencabut izin usaha bank, memberikan izin pembukaan, penutupan, dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, dan memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu. b Kewenangan dalam Memberikan dan Mencabut Izin atas Kelembagaan dan Kegiatan Usaha Tertentu dari Bank 74 71 Muhammad Djumhana, Op. cit., hlm. 104. 72 Bank for International Senttlement adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun 1930 di Basel, Swiss, bertujuan menjalin hubungan kerja sama antara bank sentral di seluruh dunia dalam mengembangkan aktivitas keuangan pemerintah, melayani transaksi pembayaran, dan bertindak sebagai penjamin IMF yang memberikan pinjaman kepada negara berkembang. 73 Dahlan Siamat, Op. cit., hlm. 193. 74 Pasal 26 Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Universitas Sumatera Utara Pengaturan tersebut merupakan strategi pembuka entry strategy, dalam pengaturan bank guna melakukan seleksi terhadap integritas dari calon pemilik dan pengurus, kecukupan modal guna mendukung perkembangan risiko bank, profesinalisme manajemen untuk mengelola bank secara sehat dan bertanggung jawab, serta feasibilitas dan prospek usaha yang layak, sehingga dapat merealisasikan kontribusi positif bagi sistem perbankan yang sehat. 75 Pengaturan terhadap pemilik merupakan aspek pokok, karena motivasi dan arah perkembangan bank ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham sehingga penilaian terhadap integritas, reputasi, dan komitmen pemegang saham terutama pemegang saham mayoritas atau pemegang saham yang memiliki kontrol suara merupakan syarat yang sangat penting bagi terwujudnya usaha bank yang sehat. Oleh karena itu, aspek pengaturan perizinan ini cukup mencakup syarat perizinan bagi perubahan pemegang saham, terutama pemegang saham yang memegang kontrol terhadap bank, serta perubahan pemegang saham dalam rangka akuisisi, merger, dan konsolidasi. 76 Pada dasarnya pengaturan aspek ini mencakup pemberian arah dan pedoman bagi bank tentang : 77 1 Kegiatan yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh bank. 2 Manajemen bank berdasarkan prinsip-prinsip manajemen yang sehat. 3 Prinsip-prinsip manajemen risiko yang hati-hati dan dapat diandalkan. 4 Kewajiban untuk menyelenggarakan administrasi, dokumentasi dan akuntansi yang lengkap, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, baik untuk 75 Pernadi Gandapradja, Op. cit., hlm 9. 76 Ibid. 77 Ibid., hlm. 10. Universitas Sumatera Utara kepentingan manajemen bank maupun untuk informasi yang diperlukan untuk pengawasan bank. 5 Penetapan sanksi terhadap penyimpangan dan pelanggaran terhadap ketetapan-ketetapan. 6 Hal-hal lain yang dinilai penting dan mengandung risiko yang dapat merugikan masyarakat dan atau kepentingan sistem perbankan yang sehat. c Kewenangan dalam Pengawasan Bank Dalam Bank Indonesia terdapat beberapa satuan kerja di bidang pengawasan dan pengaturan bank Unit Kerja Pengaturan dan Pengembangan Perbankan UPPB. Di unit ini disusun peraturan mengenai permodalan, batas maksimum pemberian kredit BMPK, rasio kecukupan modal CAR, nisbah antara pinjaman dan simpanan LDR dan sebagainya. Pengawasan itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu pengawasan langsung yang ditangani oleh Urusan Pemeriksaan Bank UPmB, dan pengawasan tidak langsung dilakukan oleh Urusan Pengawasan Bank UPwB. 78 78 Didik J. Rachbani, Op. cit., hlm. 125. Bank Indonesia tidak gegabah dalam memberikan bantuan kepada bank- bank yang bermasalah. Hanya bank-bank yang dinilai viable saja mendapatkan pertolongan. Bank-bank yang tidak sehat atau rusak, apalagi jika biaya untuk ”memperbaiki” lebih besar ketimbang probabilitas untuk meraih keuntungan, tidak dapat dikategorikan ”patut” ditolong. Universitas Sumatera Utara Untuk melihat bahwa bank-bank itu dinyatakan sehat, maka Bank Indonesia menetapkan pengkualifikasian terhadap bank dalam melihat tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas beberapa aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. 79 Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor- faktor CAMEL yang terdiri dari : 80 1 Permodalan Capital Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a kecukupan pemenuhan kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM terhadap ketentuan yang berlaku; b komposisi permodalan; c trend ke depan proyeksi KPPM; d aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank; 79 Bab I bagian Umum Surat Edaran No. 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum. 80 Bab II bagian Faktor Penilaian Surat Edaran No. 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Universitas Sumatera Utara e kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuangan laba ditahan; f rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha; g akses kepada sumber permodalan; dan h kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank. 2 Kualitas Aset Asset Quality Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif; b debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit; c perkembangan aktiva produktif bermasalah non performing asset dibandingkan dengan aktiva produktif; d tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif PPAP; e kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif; f sistem kaji ulang review internal terhadap aktiva produktif; g dokumentasi aktiva produktif; dan h kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. 3 Managemen Management Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a manajemen umum; Universitas Sumatera Utara b penerapan sistem manajemen risiko; dan c kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. 4 Rentabilitas Earnings Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a return on asset ROA; b return on equity ROE; c net interest margin NIM; d Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional BOPO; e Perkembangan laba operasional; f komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan; g penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya; dan h prospek laba operasional. 5 Likuiditas Liquidity Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan; b I-month maturity mismatch ratio; c Loan to Deposit Ratio LDR; d Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang; e ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti; Universitas Sumatera Utara f kebijakan dan pengelolaan likuiditas assets and liabilities management; g kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya; dan h stabilitas dana pihak ketiga DPK. 6 Sensitivitas terhadap Risiko Pasar Sensitivity to Market Risk Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen- komponen sebagai berikut: a modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover flulktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi adverse movement suku bunga; b modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan den gan potential loss sebagai akibat fluktuasi adverse movement nilai tukar; dan c kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar. Tahap pertama tingkat kesehatan bank tersebut dilakukan dengan mengkuantifikasi komponen dari masing-masing faktor. Hasil kuantifikasi dari komponen-komponen tersebut dinilai lebih lanjut dengan memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain yang secara materil berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan masing-masing faktor. 81 Bank wajib memelihara kesehatan bank tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku dan wajib menyampaikan semua informasi yang dibutuhkan oleh 81 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 26. Universitas Sumatera Utara Bank Indonesia dan wajib pula menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. 82 Selain menggunakan CAMELS untuk menilai tingkat kesehatan bank, juga ditentukan oleh hal-hal yang dapat menurunkan tingkat kesehatan bank. Predikat tingkat kesehatan bank atau cukup sehat atau kurang sehat, akan diturunkan menjadi tidak sehat apabila terdapat : 83 1 perselisihan internal yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam bank yang bersangkutan; 2 campur tangan dari pihak-pihak luar bank dalam kepengurusan manajemen bank termasuk di dalamnya kerja sama yang tidak wajar yang mengakibatkan salah satu atau beberapa kantornya berdiri sendiri; 3 ”window dressing” dalam pembukuan dan atau laporan bank yang secara materiil dapat berpengaruh terhadap keadaan keuangan bank, sehingga mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap bank; 4 praktek ”bank dalam bank” atau melakukan usaha bank diluar pembukuan bank; 5 kesulitan keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara atau pengunduran diri dari keikutsertaan dalam kliring; atau 6 praktek perbankan lain yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank dan atau menurunkan kesehatan bank. 82 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 55. 83 Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 132. Universitas Sumatera Utara Apabila menurut penilaian, Bank Indonesia menilai suatu bank mengalami kesulitan dan membahayakan kelangsungan usahanya, maka Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar : 84 1 Pemegang saham menambah modal; 2 Pemegang saham mengganti Dewan Komisaris dan atau Direksi bank; 3 Bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya; 4 Bank melakukan merger atau konsolodasi dengan bank lain; 5 Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban; 6 Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain; 7 Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank atau pihak lain. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan. Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat. 85 Lembaga ini dapat mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan bank dengan koordinasi dengan Bank Indonesia dan meminta penjelasan dari Bank Indonesia atas keterangan dan data makro yang diperlukan. 84 Kasmir, Op. cit., hlm. 56. 85 Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbanakan di Indonesia, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1995, hlm. 126. Universitas Sumatera Utara 55

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN SYARIAH