Pengaturan Tingkat Kesehatan Bank Syariah

h. meminta bank syariah menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank syariah kepada pihak lain. Apabila tindakan dimaksud di atas belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang di alami bank syariah, maka Bank Indonesia menyatakan bank syariah tidak dapat disehatkan dan meyerahkan penangannya ke Lembaga Penjamin Simpanan untuk diselamatkan atau tidak diselamatkan. 178 Dalam hal, Lembaga Penjamin Simpanan menyatakan bank syariah tidak diselamatkan, maka Bank Indonesia atas permintaan Lembaga Penjamin Simpanan mencabut izin usaha bank syariah dan penanganan lebih lanjut dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 179 Bank syariah juga dapat meminta kepada Bank Indonesia dapat mencabut izin usahanya setelah bank syariah dimaksud menyelesaikan seluruh kewajibannya. 180 Masalah kesehatan bank mulai muncul sejak deregulasi peraturan perbankan pada bulan Oktober 1988 dimana bermunculan begitu banyak bank yang tentu saja kondisinya sangat berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan kondisi ini pada hakikatnya berkisar pada perbedaan kondisi kesehatan bank. Akan tetapi, bagaimana menentukan kesehatan bank atau bagaimana mengukurnya tentu diperlukan suatu batasan yuridis yang mengikat semua pihak.

D. Pengaturan Tingkat Kesehatan Bank Syariah

181 178 Pasal 54 ayat 2 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 179 Pasal 54 ayat 3 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 180 Pasal 54 ayat 4 Undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 181 Gunarto Suhardi, Op. cit., hlm. 153. Universitas Sumatera Utara Sistem keuangan yang sehat dan efisien tidak akan dapat dibangun tanpa dibarengi dengan terciptanya iklim saling percaya antara penyedia dan pengguna dana. Namun, untuk menciptakan iklim saling percaya tersebut tidaklah mudah. Karena di satu sisi, bank menerima dana dari para deposan sekaligus bertindak sebagai pengguna dan penyedia dana, sementara di sisi lain, return atas ekuitas semakin meningkat seiring dengan bertambahnya proporsi dana dari para deposan yang mereka pergunakan. Bank syariah dan UUS perlu menjaga tingkat kesehatannya dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat. 182 Deputi Gubernur Bank Indonesia, Siti Chalimah Fadjrijah mengatakan : Dalam Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang No. 21 tahun 2008 disebutkan bahwa : Bank Syariah dan UUS wajib memelihara tingkat kesehatan yang meliputi sekurang-kurangnya mengenai kecukupan modal, kualitas asset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas manajemen yang menggambarkan kapabilitas dalam aspek keuangan, kepatuhan terhadap Prinsip Syariah dan manajemen Islami, serta aspek lainnya yang berhubungan dengan usaha bank syariah dan UUS. Untuk sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 91PBI2007. Sedangkan sistem penilaian tingkat kesehatan bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 917PBI2007 yang sampai saat sekarang ini masih berlaku. 183 Berdasarkan PBI tersebut, bank umum syariah BUS diharuskan mengikuti penilaian setiap triwulan. Penilaian akan mencakup enam faktor, yaitu faktor permodalan capital, kualitas aset asset quality, 182 M. Umer Chapra.,Tariqullah Khan., Op. cit., hlm. 39. 183 Republika Online, Selasa, tanggal 30 Januari 2007, yang diakses pada tanggal 7 Februari 2010. Universitas Sumatera Utara rentabilitas earning, likuiditas liquiditysensitivitas tterhadap risiko pasar sensitivity to market risk, dan manajemen management. Penilaian peringkat komponen pembentuk faktor finansial akan dihitung secara kuantitatif dan kualitatif. Rasio keuangan akan meliputi permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Sedangkan, penilaian peringkat komponen pembentuk faktor manajemen dilakukan melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukun termasuk kepatuhan terhadap prinsip syariah syariah compliance. Kedua penilaian peringkat tersebut akan digabungkan sebagai penilaian final. Hasil penilaian akan menggunakan tabel konversi yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan bank berdasarkan prinsip syariah merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola manajemen bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank maupun pihak lainnya. 184 Siti Chalimah Fadrijah juga menyebutkan : 185 Salah satu pilar penting dalam pengembangan lembaga keuangan syariah adalah syariah compliance kepatuhan syariah. Pilar inilah yang menjadi pembeda utama antar lembaga keuangan syariah dengan lembaga keuangan Tingkat kesehatan bank akan digunakan Bank Indonesia sebagai aspek untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati- hatian, kepatuhan terhadap prinsip syariah. Selain itu, tingkat tersebut juga untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, dan manajemen risiko. Sedangkan, bagi bank, aspek tingkat kesehatan dapat digunakan segai indikator mementukan strategi usaha. Bagi Bank Indonesia, tingkat kesehatan tersebut digunakan pula untuk menentukan strategi pengawasan bank yang tepat.

E. Akibat Hukum Pelanggaran Prinsip Syariah