Kewenangan dalam Pelaksanaan Tugas Pengawasan

2 Transaksi sewa-menyewa dengan prinsip ijarah. 3 Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip : a Mudharabah; dan atau b Musyarakah. 4 Pembiayaan berdasarkan prinsip qardh. Pada dasarnya, prinsip operasional yang dilakukan oleh BPRS adalah sama dengan bank umum syariah. Perbedaannya adalah bank umum syariah lebih banyak dan lebih luas dalam melakukan kegiatan usaha perbankannya. Pada BPRS, tidak semua kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank umum syariah dapat dilakukan oleh BPRS. Sebagai contoh, produk jasa seperti wakalah, hawalah, kafalah, dan rahn tidak diatur dalam BPRS.

C. Kewenangan dalam Pelaksanaan Tugas Pengawasan

Dalam pasal 50 Undang-Undang No. 21 tahun 2008 ditetapkan bahwa : “Pembinaan dan pengawasan Bank Syariah dan UUS dilakukan oleh Bank Indonesia.” Pengawasan yang dilakukan BI atau pihak lain yang ditunjuk atas namanya meliputi pengawasan langsung dan tidak langsung. BI berwenang mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan dan penjelasan sesuai tata cara yang ditetapkannya. Apabila diperlukan, kegiatan penyampaian laporan ini dapat dikenakan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait Universitas Sumatera Utara dan pihak terafiliasi dari bank. Bank dan pihak terkait wajib memberikan kepada pemeriksa : 172 a. Keterangan dan data yang diminta. b. Kesempatan untuk melihat semua pembukuan, dokumen dan sarana fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya c. Hal-hal lain yang diperlukan seperti salinan dokumen, dll Untuk pemeriksaan tersebut Bank Indonesia dapat menugasi kantor akuntan publik dan pihak lainnya untuk dan atas nama Bank indonesia. 173 Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Bank Indonesia : 174 a. memeriksa dan mengambil data dokumen dari setiap tempat yang terkait dengan bank; b. memeriksa dan mengambil data dokumen dan keterangan dari setiap pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia memiliki pengaruh terhadap bank; dan c. memerintahkan bank melakukan pemblokiran rekening tertentu, baik rekening simpanan maupun rekening pembiayaan. Keterangan dan laporan pemeriksaan tentang bank syariah dan UUS yang diperoleh berdasarkan ketentuan yang dimaksud di atas tidak dapat diumumkan dan bersifat rahasia. 175 Dalam hal bank syariah mengalami kesulitan yang membahayakan usahanya, bank Indonesia berwenang melakukan tindakan dalam rangka tindak 172 Suwidi Tono, Op. cit., hlm. 179-180. 173 Pasal 53 ayat 1 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 174 Pasal 52 ayat 3 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 175 Pasal 52 ayat 4 Undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Universitas Sumatera Utara lanjut pengawasan. Keadaan suatu bank dikatakan mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia, kondisi usaha bank semakin memburuk, antara lain, ditandai dengan menurunnya permodalan, kualitas aset, likuiditas, dan rentabilitas, serta pengelolaan bank yang tidak dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan asas perbankan yang sehat. 176 Adapun tindakan dalam rangka tindak lanjut pengawasan Bank Indonesia antara lain : 177 a. membatasi kewenangan Rapat Umum Pemegang Saham, komisaris, direksi, dan pemegang saham; b. meminta pemegang saham menambah modal; c. meminta pemegang saham mengganti anggota dewan komisarisdan atau direksi bank syariah; d. meminta bank syariah menghapusbukukan penyaluran dana yang mavet dan memperhitungkan kerugian bank syariah dengan modalnya; e. meminta bank syariah melakukan penggabungan atau peleburan dengan bank syariah lain; f. meminta bank syariah dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajibannya; g. meminta bank syariah menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank syariah kepada pihak lain; dan atau 176 Penjelasan Pasal 54 ayat 1 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 177 Pasal 54 ayat 1 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Universitas Sumatera Utara h. meminta bank syariah menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank syariah kepada pihak lain. Apabila tindakan dimaksud di atas belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang di alami bank syariah, maka Bank Indonesia menyatakan bank syariah tidak dapat disehatkan dan meyerahkan penangannya ke Lembaga Penjamin Simpanan untuk diselamatkan atau tidak diselamatkan. 178 Dalam hal, Lembaga Penjamin Simpanan menyatakan bank syariah tidak diselamatkan, maka Bank Indonesia atas permintaan Lembaga Penjamin Simpanan mencabut izin usaha bank syariah dan penanganan lebih lanjut dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 179 Bank syariah juga dapat meminta kepada Bank Indonesia dapat mencabut izin usahanya setelah bank syariah dimaksud menyelesaikan seluruh kewajibannya. 180 Masalah kesehatan bank mulai muncul sejak deregulasi peraturan perbankan pada bulan Oktober 1988 dimana bermunculan begitu banyak bank yang tentu saja kondisinya sangat berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan kondisi ini pada hakikatnya berkisar pada perbedaan kondisi kesehatan bank. Akan tetapi, bagaimana menentukan kesehatan bank atau bagaimana mengukurnya tentu diperlukan suatu batasan yuridis yang mengikat semua pihak.

D. Pengaturan Tingkat Kesehatan Bank Syariah