Perkembangan Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah
81 syariah, Non Performing Financing
adalah “Pembiayaan yang terjadi ketika pihak debitur mudharib karena berbagai sebab, tidak dapat
memenuhi kewajiban
untuk mengembalikan
dana pembiayaan
pinjaman. Kredit bermasalah dalam jumlah besar yang dihadapi oleh sebuah
bank akan menurunkan tingkat kesehatan operasi bank.Apabila penurunan mutu kredit dan profitabilitas bank yang bersangkutan demikian parah
sehingga mempengaruhi likuiditas keuangan dan solvabilitas mereka, maka akan menurunkan trust kepercayaan para deposan.
Perkembangan Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010-2013 terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.1 Perkembangan Pembiayaan bermasalah Tahun 2010-2013
Sumber: Bank Indonesia Data diolah
82 Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa Pembiayaan
Bermasalah atau disebut Non Performing Financing NPF periode tahun 2010 hingga tahun 2013 terlihat fluktuatif.Jika dilihat pada bulan Juli
2010 sebesar 4,14 .Sepanjang tahun 2010 hingga 2011 nilai rasio NPF berada dikisaran 3 . Pada Juli 2011 rasio NPF sebesar 3,75 . Hal ini
disebabkan karena semakin ketatnya persaingan diantara perbankan syariah dikarenakan semakin banyak jumlah bank syariah di Indonesia
dan ketidakmampuan bank dalam mengelola keuangan bank dengan baik dalam menempatkan dana nya pada sektor rill, sehingga mengakibatkan
pengembalian yang tidak lancar atau kredit macet. Pada tahun 2012 rasio NPF menyentuh 2,68 di awal tahun dan
pada akhir tahun kembali menurun yaitu sebesar 2,22 .Angka ini merupakan rasio terendah NPF sepanjang tahun 2010 hingga tahun 2013
ini.Hal ini terjadi karena perbankan syariah mulai berhati-hati dalam memberikan pembiayaan sehingga rasio NPF terus dalam keadaan stabil
di kisaran 2 .Hingga akhir 2013,rasio NPF hanya mencapai 2,62 .Dapat dilihat bahwa sebenarnya tingkat kesehatan bank syariah itu
masih dibawah 5 sehingga masih dalam batas yang aman dan dapat dikendalikan oleh bank syariah.