Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia periode 2010-2014
Lampiran 1 : Data Penelitian periode 2010 – 2014. A. Bank Syariah Mandiri
Tahun Pembiayaan
Murabahah
NPF JKBUS
(unit)
SBIS DPK
2010 12.681.133.009.729 3,52% 507 3.412.000.000.000 28.998.000.000.000 2011 19.773.813.000.000 2,42% 669 4.850.000.000.000 42.618.000.000.000 2012 27.549.264.000.000 2,82% 764 3.125.000.000.000 47.409.000.000.000 2013 33.207.376.000.000 4,32% 853 5.198.000.000.000 56.461.000.000.000 2014 33.715.000.000.000 6,84% 865 10.302.000.000.000 59.821.000.000.000
B. BRI Syariah
Tahun Pembiayaan
Murabahah
NPF JKBUS
(unit)
SBIS DPK
2010 3.415.609.000.000 3,19% 95 200.000.000.000 5.096.597.000.000 2011 5.369.344.000.000 2,77% 105 400.000.000.000 9.906.412.000.000 2012 7.128.905.000.000 3% 209 575.000.000.000 11.948.889.000.000 2013 9.004.029.000.000 4,06% 573 1.050.000.000.000 13.794.869.000.000 2014 10.020.738.000.000 4,60% 674 1.605.645.000.000 16.711.516.000.000
C. BNI Syariah
Tahun Pembiayaan
Murabahah
NPF JKBUS
(unit)
SBIS DPK
2010 2.553.092.000.000 3,59% 60 885.000.000.000 5.162.728.000.000 2011 3.142.593.000.000 3,62% 96 1.730.000.000.000 6.756.262.000.000 2012 4.734.352.000.000 2,02% 195 11.000.000.000 8.980.036.000.000 2013 7.696.128.000.000 1,86% 242 210.000.000.000 11.488.209.000.000 2014 11.292.122.000.000 1,86% 249 777.000.000.000 16.246.405.000.000
D. BCA Syariah
Tahun Pembiayaan
Murabahah
NPF JKBUS
(unit)
SBIS DPK
2010 106.465.558.325 1,20% 15 151.600.000.000 556.780.000.000 2011 336.727.157.206 0,2% 25 237.800.000.000 864.100.000.000 2012 435.053.719.392 0,1% 30 258.000.000.000 1.261.800.000.000 2013 597.422.266.365 0,1% 34 252.700.000.000 1.703.000.000.000 2014 948.034.172.205 0,1% 45 591.900.000.000 2.338.700.000.000
E. Bank Muamalat Indonesia
(2)
Murabahah (unit)
2010 6.441.601.218.000 4,32% 325 400.000.000.000 17.393.440.000.000 2011 10.042.862.193.000 2,60% 360 150.000.000.000 26.658.090.000.000 2012 16.140.183.597.000 2,09% 442 200.000.000.000 34.903.830.000.000 2013 19.566.857.115.000 4,69% 456 150.000.000.000 41.791.040.000.000 2014 20.172.146.338.000 6,55% 457 234.701.000.000 51.206.270.000.000
F. Bank Syariah Mega Indonesia
Tahun Pembiayaan
Murabahah
NPF JKBUS
(unit)
SBIS DPK
2010 2.875.314.833.000 3,52% 369 475.000.000.000 4.040.980.000.000 2011 3.337.997.140.000 3,03% 390 482.000.000.000 4.933.556.000.000 2012 5.233.839.144.000 2,67% 350 750.000.000.000 7.108.754.000.000 2013 6.714.437.813.000 2,98% 360 661.000.000.000 7.736.248.000.000 2014 5.183.515.388.000 3,89% 321 355.000.000.000 5.881.057.000.000
(3)
Lampiran 2 : Data penelitian setelah di Logaritma Natural (Ln).
A. Bank Syariah Mandiri
Tahun Ln_P.Mur NPF Ln_JKBUS Ln_SBIS Ln_DPK
2010 30,17 3,52 6,23 28,86 31,0
2011 30,62 2,42 6,51 29,21 31,38
2012 30,95 2,82 6,64 28,77 31,49
2013 31,1 4,32 6,75 29,28 31,66
2014 31,15 6,84 6,76 29,96 31,72
B. BRI Syariah
Tahun Ln_P.Mur NPF Ln_JKBUS Ln_SBIS Ln_DPK
2010 28,86 3,19 4,55 26,02 29,26
2011 29,31 2,77 4,65 26,71 29,92
2012 29,60 3,0 5,34 27,08 30,11
2013 29,83 4,06 6,35 27,68 30,26
2014 29,94 4,60 6,51 28,1 30,45
C. BNI Syariah
Tahun Ln_P.Mur NPF Ln_JKBUS Ln_SBIS Ln_DPK
2010 28,57 3,59 4,09 27,51 29,45
2011 28,78 3,62 4,56 28,18 29,54
2012 29,19 2,02 5,27 23,12 29,83
2013 29,67 1,86 5,49 26,07 30,07
2014 30,06 1,86 5,52 27,38 30,42
D. BCA Syariah
Tahun Ln_P.Mur NPF Ln_JKBUS Ln_SBIS Ln_DPK
2010 25,39 1,2 2,71 25,74 27,05
2011 26,54 0,2 3,22 26,19 27,48
2012 26,80 0,1 3,40 26,28 27,86
2013 27,12 0,1 3,53 26,26 28,16
2014 27,58 0,1 3,81 27,11 28,48
E. Bank Muamalat Indonesia
Tahun Ln_P.Mur NPF Ln_JKBUS Ln_SBIS Ln_DPK
2010 29,49 4,32 5,78 26,71 30,49
2011 29,94 2,6 5,89 25,73 30,91
2012 30,41 2,09 6,09 26,02 31,18
(4)
2014 30,64 6,55 6,12 26,18 31,57
F. Bank Syariah Mega Indonesia
Tahun Ln_P.Mur NPF Ln_JKBUS Ln_SBIS Ln_DPK
2010 28,69 3,52 5,91 26,89 29,03
2011 30,91 3,03 5,97 26,90 29,23
2012 29,29 2,67 5,86 27,34 29,59
2013 29,54 2,98 5,89 27,22 29,68
(5)
Lampiran 3 : Analisis Statistik deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPF 30 ,10 6,84 2,9510 1,66911
Ln_JKBUS 30 2,71 6,76 5,3763 1,14595
Ln_SBIS 30 23,12 29,96 27,0277 1,37042
Ln_DPK 30 27,05 31,72 29,9343 1,26678
Ln_P.MUR 30 25,39 31,15 29,3340 1,43125
(6)
Lampiran 4 : Uji Normalitas.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPF Ln_JKBUS Ln_SBIS Ln_DPK Ln_P.MUR
N 30 30 30 30 30
Normal Parametersa,b Mean 2,9510 5,3763 27,0277 29,9343 29,3340 Std. Deviation 1,66911 1,14595 1,37042 1,26678 1,43125 Most Extreme Differences Absolute ,090 ,201 ,139 ,089 ,160
Positive ,084 ,114 ,099 ,079 ,102
Negative -,090 -,201 -,139 -,089 -,160
Kolmogorov-Smirnov Z ,493 1,101 ,759 ,488 ,876
Asymp. Sig. (2-tailed) ,968 ,177 ,613 ,971 ,427
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(7)
(8)
(9)
Lampiran 5 : Uji Multikolinearitas.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 10,099 3,695 2,733 ,011
NPF -,004 ,069 -,005 -,062 ,951 ,481 2,080
Ln_JKBUS ,656 ,151 ,525 4,329 ,000 ,210 4,758
Ln_SBIS -,013 ,065 -,013 -,205 ,839 ,794 1,259
Ln_DPK ,537 ,136 ,476 3,965 ,001 ,215 4,654
(10)
Lampiran 6 : Uji Autokolerasi.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,961a ,923 ,910 ,42850 2,092
a. Predictors: (Constant), Ln_DPK, Ln_SBIS, NPF, Ln_JKBUS b. Dependent Variable: Ln_P.MUR
(11)
(12)
Lampiran 8 : Analisis Regresi Linear Berganda.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 10,099 3,695 2,733 ,011
NPF -,004 ,069 -,005 -,062 ,951 ,481 2,080
Ln_JKBUS ,656 ,151 ,525 4,329 ,000 ,210 4,758
Ln_SBIS -,013 ,065 -,013 -,205 ,839 ,794 1,259
Ln_DPK ,537 ,136 ,476 3,965 ,001 ,215 4,654
(13)
Lampiran 9 : Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 10,099 3,695 2,733 ,011
NPF -,004 ,069 -,005 -,062 ,951 ,481 2,080
Ln_JKBUS ,656 ,151 ,525 4,329 ,000 ,210 4,758
Ln_SBIS -,013 ,065 -,013 -,205 ,839 ,794 1,259
Ln_DPK ,537 ,136 ,476 3,965 ,001 ,215 4,654
(14)
Lampiran 10 : Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 54,816 4 13,704 74,634 ,000a
Residual 4,590 25 ,184
Total 59,406 29
a. Predictors: (Constant), Ln_DPK, Ln_SBIS, NPF, Ln_JKBUS b. Dependent Variable: Ln_P.MUR
(15)
Lampiran 11 :Uji Koefisien Determinasi )
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,961a ,923 ,910 ,42850 2,092
a. Predictors: (Constant), Ln_DPK, Ln_SBIS, NPF, Ln_JKBUS b. Dependent Variable: Ln_P.MUR
(16)
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya, 2007. “Akad dan produk bank syariah”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Asy’ari, Mohammad Hayim.2004. “Analisis faktor – faktor yang memperngaruhi pembiayaan perbankan syariah”, Thesis S2 Program pasca sarjana, program studi dan kajian timur tengah, Universitas Indonesia.
Ghozali, Imam, 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”,Cetakan IV, Badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hasan, Nurul Ichsan,2014.“Perbankan Syariah ( Sebuah Pengantar )”, Cetakan Pertama, Referensi ( GP Press Group ), Jakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999. “Metodologi penelitian bisnis”,Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Iskandar, 2008. “Metodologi penelitian pendidikan dan sosial (kuantitatif dan
kualitatif)”,Gaung Persada Press, Jakarta.
Kasmir, 2008.“Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”,PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kotler, Amstrong, 2008. “Prinsip – prinsip pemasaran”, Edisi 12, Erlangga, Jakarta.
Kurnaliyah, Nur. 2011. “Pemodelan pembiayaan mudharabah perbankan syariah dengan metode system dinamika”.Universitas Islam Negeri Jakarta, Jakarta.
Lufti, Muslich, dkk, 2014. “Analisis data untuk riset manajemen dan bisnis”,
Edisi Tiga, USU Press, Medan.
Maula, Khodijah Hidayatullah.2008. “Pengaruh DPK, Modal sendiri, Marjin keuntungan dan NPF terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri”. Skripsi Sarjana, Fakultas Syariah, Universitas Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
(17)
Mujahidin, Akhmad. 2007.”Ekonomi Islam”. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nurbaya, Ferial. 2013. “Analisis pengaruh CAR, ROA, FDR dan Dana Pihak
Ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahahperiode Maret 2001 sampai Desember 2009 studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.”. Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Semarang.
Nurjaya, Endang. 2011. “Analisis pengaruh inflasi sertifikat bank indonesia syariah, Non performing Financing, dan dana pihak ketiga terhadap pembiayaan murabahah pada bank syariah di Indonesia”, Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Rahmawati, Erna. 2004. “Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya simpanan mudharabah perbankan syariah di Indonesia 1993 – 2003”,
Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas padjajaran, Bandung.
Sudarsono, Heri, 2005. “Bank dan lembaga keuangan syariah deskripsi dan ilustrasi”, Cetakan III, Ekonisia, Yogyakarta.
Sugiyono, 2006. “Metode Penelitian Bisnis”, Cetakan IX, Alfabeta CV, Bandung.
Supranto, J, 2000. “Statistik : Teori dan Aplikasi”. Jilid Pertama, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.
Susilo, Sigit Triandaru dkk. 2000. “Bank Dan Lembaga Keuangan Linnya”.
Cetakan Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Sutedi, Adrian,2010. “Hukum perbankan : suatu tinjauan pencucian uang, merger, likuiditas, dan kepailitan”, Cetakan III, Sinar Grafika, Jakarta. Yunita, Patria. 2007. “Pengaruh suka bunga SBI, tingkat inflasi dan kurs US
Dollar terhadap kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga perbankan syariah”, Tesis Magister, Fakultas Ekonomi dan Keuangan Syariah,
Program Studi kajian Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia, Jakarta.
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2] : 275 Al-Qur’an Surat An-Nisa [4] : 29
(18)
Peraturan Bank Indonesia No. 6/24/PBI/2004 Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 Peraturan Bank Indonesia No. 12/11/2010
Statistik Perbankan Indonesia – Vol 13, No.1, Desember 2014 Undang – Undang No. 7 Tahun 1992
Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 www.bi.go.id
(19)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut
Sugiyono (2006:11) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan bank syariah pada
periode 2010 sampai 2014. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk
angka.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada perbankan syariah di Indonesia yang terdaftar pada
Bank Indonesia periode 2010 - 2014 yang diperoleh melalui internet dengan cara
mendownload laporan tahunan bank yang terdapat di website resmi Bank
Indonesia (www.bi.go.id) maupun dari website bank masing - masing serta dari
jurnal- jurnal penelitian sebelumnya. Website bank masing - masing dipilih
sebagai tempat penelitian karena pada website bank tersebut terdapat laporan
tahunan yang benar.
Jadwal penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal yang tertera pada tabel
(20)
Tabel 3.1 Waktu Penelitian Tahapan Penelitian Agustus 2015 September 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember2 015 Januari 2016 Pencarian Data Awal Pengajuan Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data Pelaporan Akhir Sidang
Sumber : Data Olahan Peneliti
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini memiliki batasan yaitu :
1. Penelitian ini hanya dilakukan dari 2010 sampai 2014.
2. Penelitian ini hanya menggunakan beberapa variabel saja, yaitu Non Performing Financing (NPF), Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Dan Dana Pihak Ketiga (DPK).
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Indriantoro, Bambang (1999 : 115) populasi adalah“sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakterisrik
tertentu”.Populasi dalam penelitian ini adalah semua bank syariah di Indonesia yang terdaftar di Bank Indonesia selama tahun 2010 - 2014. Menurut Sugiyono
(21)
(2006:73)sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2006:78) Purposive Sampling yaitu “teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Kriteria dalam penentuan sampel pada penelitian ini, yaitu:
1. Bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2010 - 2014.
2. Bank syariah yang menerbitkanlaporan keuangan tahunan periode 2010 -
2014 dan telah dipublikasikan di website Bank Indonesia ataupun di
website masing - masing bank.
3. Bank syariah memiliki data yang dibutuhkan terkait variabel - variabel
dalam penelitian ini.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 11 bank syariah. Berdasarkan kriteria
tersebut, diperoleh sampel sebanyak 6 bank syariah yang diperlihatkan dalam
tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No Populasi Penelitian Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Keterangan 1 PT Bank Muamalat
Indonesia
√ √ √ Sampel 1
2 PT Bank Victoria Syariah
√ - - -
3 Bank BRI Syariah √ √ √ Sampel 2
4 B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
√ - - -
5 Bank BNI Syariah √ √ √ Sampel 3
6 Bank Syariah Mandiri √ √ √ Sampel 4
7 Bank Syariah Mega Indonesia
√ √ √ Sampel 5
8 Bank Panin Syariah √ √ - -
9 PT Bank Syariah Bukopin
√ √ - -
(22)
11 PT Maybank Syariah Indonesia
√ √ - -
Sumber : Data Olahan Peneliti
3.5 Jenis dan Sumber data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu sumber data diperoleh tidak
langsung dari obyeknya, tetapi dari sumber lain melalui tulisan (jurnal - jurnal
penelitian terdahulu), mendownload laporan keuangan tahunan bank syariah.
Alasan peneliti menggunakan data sekunder karena : 1) Lebih mudah diperoleh,
2) Menghemat waktu dan biaya. Sumber data yang didapat berasal dari website
masing – masing bank syariah.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder. Data ini diperoleh tidak langsung
dari sumbernya melainkan melalui laporan keuangan tahunan bank syariah yang
diterdapat di website masing - masing bank syariah tersebut. Dari data tersebut
penulis membaca, meneliti dan mempelajarinya dan hasilnya dijadikan bahan
dalam penyelesaian skripsi ini.
3.7 Defenisi Operasional
Defenisi operasional variabel berisi tentang variabel - variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Defenisi operasional yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
3.7.1 Variabel Dependen (Y) Pembiayaan Murabahah
(23)
Pembiayaan Murabahah menurut Sudarsono (2005 : 62) adalah “jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati
antara pihak bank nasabah, dimana penjual menyebutkan harga pembelian
barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah
tertentu ”.
3.7.2 Variabel Independen (X) 1. Non Performing Financing (NPF)
Kredit bermasalah (NPF) adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah
tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank
seperti yang telah disepakati. NPF adalah rasio yang digunakan untuk
mengukurkemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah
terhadap total kredit yang diberikan oleh bank. Rumus untuk menghitung
NPF yaitu:
NPF = Pembiayaan bermasalah x 100% Total pembiayaan
2. Jumlah Kantor Bank Syariah
Untuk mengetahui Jumlah Kantor Bank Syariah dengan cara
menjumlahkan kantor cabang, kantor cabang pembantu serta kantor kas yang
terdapat diseluruh Indonesia.
3. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 12/11/2010, Sertifikat Bank
Indonesia adalah “surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan
(24)
Indonesia dalam melakukan operasi pasar terbuka untuk menyerap kelebihan
likuiditas di pasar”. Untuk mengetahui besarnya Sertifikat Bank Indonesia Syariah yaitu
SBIS
=
Keterangan:
P = Nilai Nominal Investasi
R = Tingkat realisasi imbalan simpanan investasi
t = Jangka waktu investasi (jumlah hari dalam bulanan/periode)
k = Nisbah (bagi hasil) bagi bank penitip dana
4. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Menurut Kurnaliyah (2011), Dana Pihak Ketiga merupakan “sumber dana yang berasal dari masyarakat yang terhimpun melalui produk giro, tabungan
dan deposito”. Dana Pihak Ketiga didapat dari menjumlahkan jumlah
tabungan, deposito dan giro.
Tabel 3.3
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel Defenisi Variabel Indikator Skala
1 Pembiayaan Murabahah
(Y)
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara pihak bank nasabah,
dimana penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli,
kemudian ia
mensyaratkan atas
(25)
laba dalam jumlah
tertentu ”.
2 Non
Performing Financing(N PF)
(X1)
Non Performing Financing (NPF) adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian
atau seluruh
kewajibannya
kepada bank seperti
yang telah
disepakati.
Pembiayaan Bermasalah x 100% Total Pembiayaan
Rasio
3 Jumlah Kantor Bank Syariah
(X2)
Jumlah Kantor Bank Syariah berkaitan dengan fasilitas dan
penawaran yang
diberikan oleh bank terhadap masyarakat dalam melakukan kegiatan perbankan. Jumlah kantor bank syariah ini dapat
dilihat dari
menjumlahkan
kantor cabang,
kantor cabang
pembantu dan kantor kas yang terdapat di seluruh Indonesia.
Jumlah dari Kantor Cabang, kantor cabang pembantu, dan kantor kas yang ada diseluruh Indonesia.
Nominal
4 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
(X3)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
P x R x t x k 360
Nominal
5 Dana Pihak ketiga (DPK)
(X4)
Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari masyarakat
yang terhimpun
(26)
melalui produk giro,
tabungan dan
deposito.
Sumber : Data Olahan Peneliti
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2006 : 19) tujuan statistik deskriptif adalah “untuk memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-
rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kutosis dan skewness (kemencengan distribusi)”.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam regresi
menunjukkan hubungan yang disignifikan dan representatif maka model yang
digunakan tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik regresi. Uji asumsi
klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, multikolinearitas, autokolerasi
dan heteroskedastisitas.
3.8.2.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2006 : 110) uji normalitas adalah “uji yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak”. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan uji statistikmenggunakan uji Kolmogrove Smirnov, dengan
kriteria pengujian :
(27)
2. Angka signifikan < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.
3.8.2.2Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2006 : 91) uji multikolinearitas adalah “uji bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antar
variabel bebas (Independen)”. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel - variabel ini tidak
orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai
korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam
model regresi adalah dengan cara melihat nilai Tolerence dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Tolerance lebih dari 0,10 berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih
dari 95%.Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas.
3.8.2.3 Uji Autokolerasi
Menurut Ghozali (2006 : 95) uji autokorelasi adalah “uji yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
penganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
(28)
dengan pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi sebagai
berikut :
Tabel 3.4
Pengambilan keputusan Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 0 < d < dL
Tidak ada autokorelasi positif
No Desicion dL < d < dU
Tidak ada korelasi negatif
Tolak 4 – dL < d < 4 Tidak ada korelasi
negatif
No Decision 4 – dU < d < 4-dL Tidak ada autokorelasi
positif ataupun negatif
Tidak ditolak dU < d < 4-dU
Sumber : Ghozali (2006 : 96)
3.8.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2006 : 105) uji heteroskedastisitas adalah “uji yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain”. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heterokedastisitas. Model yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat
grafik plot. Dasar analisis yang digunakan adalah :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik - titik yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
(29)
b. Jika ada pola yang jelas, serta titik - titik yang ada menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3.8.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk menguji hipotesis pengaruh Non Performing Financing (NPF), Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah digunakan model
analisis regresi linier berganda. Menurut Lufti, Muslich, dkk(2014 : 166)
regresi linier berganda “ditunjukkan untuk menentukan hubungan linier antar
beberapa variabel bebas dengan variabel terikat”. Persamaan regresi linier
berganda pada penelitian ini adalah :
Y= + + + + + e
Apabila ditransformasikan dalam bentuk Logaritma Natural maka menjadi:
Y= + + + + + e Dimana :
Y = Pembiayaan Murabahah
= Konstanta
β1…β4 = Koefisien regresi masing – masing variabel dependen
X1 = NPF
X2 = JKBUS
X3 = SBIS
X4 = DPK
(30)
Tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian ini adalah 0,95 atau α =
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas t lebih kecil dari 0,05 maka
dinyatakan signifikan pada taraf kesalahan 5%. Ini berarti bahwa variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat sebesar nilai koefisisen regresi masing-
masing variabel bebas, Supranto (2000).
3.8.4 Uji Hipotesis 3.8.4.1 Uji t
Uji t biasanya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel bebas secara individual dalam menerangkan variabel terikat.
Adapun pengukuran hipotesis
a. Ho : βi = 0 maka tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel
bebas terhadap variabel terikat Y.
b. Ho : βi ≠ 0 maka ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas
terhadap variabel terikat Y.
c. Level of significant (α) sebesar 5%
3.8.4.2Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan apakah pengaruh
dari variabel independen secara simultan memiliki pengaruh signifikan
atau tidak dengan variabel dependen.
1. Pengujian Hipotesis
a. H0 = b1=b2=b3=b4=0 variabel Non Performing Financing (NPF),
(31)
(SBIS) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara bersama - sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
b. Ha=b1 b2 b3 b4 0 variabel Non Performing Financing (NPF),
Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifkat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Dana Pihak Ketiga (DPK) secara bersama - sama ada
pengaruh signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
2. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis.
a. Jika nilai signifikansi >0,05 maka tidak terdapat pengaruh secara
simultan.
b. Jika nilai signifikansi <0,05 maka terdapat pengaruh secara
simultan.
3.8.4.3 Uji Kofisien Determinasi )
Menurut Ghozali (2006 : 83) uji kofisien determinasi ) digunakan “untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen”. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu.Nilai yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara
umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing - masing
(32)
pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.
(33)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Bank Muamalat Indonesia
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. didirikan pada 24 Rabius Tsani
1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Pemerintah Indonesia. Bank Muamalat Indonesia memulai
kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan
dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia
(ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga
menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham
Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian
Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut
diIstana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat
yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syari’ah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
(34)
Macet (Non Performing Financing) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu
Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang
saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan
2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan
bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil
membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap
Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syari’ah secara murni. 4.1.2 Bank BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk.terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnya Nomor: 10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17
November 2008 PT. Bank BRI Syari’ah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syari’ah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan
(35)
Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syari’ah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
bermakna. Melayani nasabah dengan Pelayanan Prima (Service Excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan
prinsip syari’ah.
Aktivitas PT. Bank BRI Syari’ah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syari’ah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI
Syari’ah (proses Spin Off) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009.
Saat ini PT. Bank BRI Syari’ah menjadi bank syari’ah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syari’ah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset dan jumlah pembiayaan serta perolehan dana pihak ketiga. Dengan
berfokus pada segmen menengah kebawah, PT. Bank BRI Syari’ah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam
produkdan layananperbankan.
Sesuai dengan visinya saat ini PT. Bank BRI Syari’ah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk. dengan memanfaatkan
jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.sebagai Kantor
Layanan Syari’ah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumen berdasarkan
(36)
4.1.3 Bank BNI Syariah
PT. BNI Syari’ah semula bernama UnitUsaha Syari’ah yang merupakan anak perusahaan PT. BNI Persero Tbk. Tempaan krisis moneter tahun 1997
membuktikan ketangguhan Sistem Perbankan Syari’ah. Prinsip Syari’ah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu
menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil.
Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, padatanggal
29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syari’ah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT. Bank BNI Syari’ah dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan Spin Off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syari’ah sebagai Bank Umum Syari’ah (BUS). Realisasi waktu Spin Off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif, yaitu dengan diterbitkannya UU No.19
tahun 2008 tentang Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syari’ah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syari’ah juga semakin meningkat.
(37)
4.1.4 Bank Syariah Mandiri
Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan
integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syari’ah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya.Kehadiran BSM sejak tahun 1999,
sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan
moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter
sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk
dipanggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif
yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak
terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional
yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang
Negara dan PT. Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha
keluar dari situasi tersebut dengan melakukan Merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan pemerintah menggabungan (Merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi
satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli
1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan
(38)
BSB.Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syari’ah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syari’ah(Dual Banking System).
Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT. Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi
bank syari’ah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha
BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syari’ah dengan nama PT. Bank Syari’ah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8
September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syari’ah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT. Bank Syari’ah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT. Bank Syari’ah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
(39)
4.1.5 Bank Syariah Mega Indonesia
Perjalanan Bank Mega Syari’ah diawalidari sebuah bank umum dengan nama PT. Bank Umum Tugu (Bank Tugu) berdasarkan Akta Pendirian
No.102 tanggal 14 Juli 1990 yang dibuat di hadapan Notaris Mudofir Hadi,
S.H, di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C2- 4405.HT.01.01.Th.90
tanggal 30 Juli 1990 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No.78 tanggal 28 September 1990, Tambahan No.3638/1990.
Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahandan
telah dilakukan perubahan dengan penyesuaian Anggaran Dasar Bank
berdasarkan Akta No. 124 tanggal 30 Juni 2008 dan terakhir diubah dengan
Akta No. 109 tanggal 30 Juni 2010 tentang perubahan nama Bank,
peningkatan modal dasar dan peningkatan modal ditempatkan dan modal
disetor, yang telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No.AHU-45317.AH.01.02
tanggal 23 September 2010 yang keseluruhannya dibuat dihadapanNotaris
F.X. Budi Santoso Isbandi, S.H., di Jakarta.
Bank Tugu memperoleh izin usaha untuk beroperasi sebagai bank
umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1046/KMK.013/1990
tanggal 5 September 1990. Berdasarkan Surat Keputusan Deputi Gubernur
Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 tanggal 27 Juli 2004, Bank
memperoleh izin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan
(40)
Surat Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No. 6/11/KEP.DpG/2004
tanggal 27 Juli 2004. Bank mulai beroperasi sebagai bank umum syari’ah pada tanggal 25 Agustus 2004 dan berdasarkan Surat Keputusan Deputi
Gubernur Bank Indonesia No. 10/12/KEP.DpG/2008 tanggal 16 Oktober
2008, Bank telah memperoleh izin beroperasi sebagai Bank Devisa sejak
tanggal 16 Oktober 2008.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor:
12/75/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 November 2010, Bank telah mendapat
persetujuan mengganti nama menjadi PT. Bank Mega Syari’ah Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Bank yang terakhir, maksud dan tujuan Bank adalah
menyelenggarakan usaha perbankan berdasarkan prinsipsyari’ah. Pada 2010, melalui Rapat UmumPemegang Saham (RUPS), Pemegang saham
meningkatkan modal dasar dari Rp 400 miliar menjadi Rp 1,2 triliun untuk
menambah dan meningkatkan kegiatan dan operasional bank.
4.1.6 Bank BCA Syariah
PT. Bank BCA syari’ah didirikan dengan nama PT. Utama International
Bank berdasarkan akta No. 91 tanggal 21 Mei 1991 dari Notaris Buniarti
Tjandra S.H akta tersebut telah di sahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No.C2-3446.HT.01.01.TH.91 tanggal 30
juli 1991. Melalui akta perubahan no. 98 tanggal 22 mei 1996 dan dibuat
dihadapan Notaris Buniarti Tjandra S.H, Telah dilakukan perubahan nama
PT. Utama International Bank menjadi PT. Bank UIB. Akta perubahan telah
(41)
Keputusan No.C2-1497.HT.01.04.97 berdasarkan berita Negara No.61
tanggal 1 agustus 1997. Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali
perubahan, antara lain dengan Akta Notaris Pudji Redjeki Irawati S.H, No. 40
tanggal 11 Juni 2006 mengenai perubahan Anggaran Dasar berdasarkan
Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan
tersebut telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia melalui surat keputusan No.AHU-42366.AH.01.02 tahun
2008 tanggal 17 juli 2008.
Berdasarkan Akta Akuisisi No. 72 Tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat
dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodo S.H, M.Si, telah dilakukan akuisisi
oleh PT. Bank BCA Tbk. atas 42.500 lembar saham Bank UIB atau setara
dengan kepemilikan 100%. Komposisi kepemilikan Bank setelah akuisisi
telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain melalui Akta Jual Beli
Saham No.74 Tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr.
Irawan Soerodo S.H, M.Si, Akta Pernyataan Keputusan diluar Rapat
Perseroan Terbatas PT. Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris
Pudji Redjeki Irawati S.H, Tanggal 16 Desember 2009 dan telah disahkan
oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya
No.AHU-01929.AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010. Perubahan komposisi
kepemilikan bank ini dilaporkan oleh bank kepada Bank Indonesia melalui
surat No.223/DIR/UIB/XII/2009 tanggal 31 Desember 2009. Perubahan nama
dan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah dari PT. Bank UIB menjadi
(42)
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT. Bank UIB, Sesuai dengan Akta
Notaris Pudji Redjeki Irawati S.H, No. 49 tanggal 16 Desember 2009.
Berdasarkan Salinan Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No.12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010, Bank memperoleh izin
perubahan kegiatan usaha Bank Umum Konvensional menjadi bank umum
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syari’ah. Selama 60 (enam puluh) hari setelah keputusan tersebut, Bank wajib melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah dan selambat-lambatnya 360
(tiga ratus enam puluh) hari setelah keputusan, Bank wajib menyelesaikan
seluruh kredit dan kewajiban debitur atau nasabah dari kegiatan
konvensional. Bank mulai beroperasi sebagai Bank Umum Syari’ah pada
tanggal 5 April 2010.
4.2 Hasil Penelitian
Data penelitian dibantu dengan software SPSS versi 19 dimana peneliti
melakukan transformasi data dalam bentuk Logaritma Natural (Ln). Uji yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, uji asumsi
klasik, analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis.
4.2.1 Analisis Statistik Deskripif
Statistik deskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian (Non Performing Financing (NPF), Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Hasil uji statistik deskriptif
(43)
Tabel 4.1
Hasil analisis statistik deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPF 30 ,10 6,84 2,9510 1,66911
Ln_JKBUS 30 2,71 6,76 5,3763 1,14595
Ln_SBIS 30 23,12 29,96 27,0277 1,37042
Ln_DPK 30 27,05 31,72 29,9343 1,26678
Ln_P.MUR 30 25,39 31,15 29,3340 1,43125
Valid N (listwise) 30
Sumber : Data Olahan Peneliti, Lampiran 3.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif tersebut, maka variabel Non Performing Financing (NPF) diperoleh nilai minimum 0,10terdapat pada Bank Central Asia Syariah, nilai maksimum 6,84 terdapat pada Bank Syariah
Mandiri, rata - rata 2,9510 dan standart deviasi 1,66911. Nilai rata - rata
variabel Non Performing Financing (NPF) lebih besar dari pada standart deviasi, hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Variabel Jumlah Kantor Bank Syariah diperoleh nilai minimum 2,71
terdapat pada Bank Central Asia Syariah, nilai maksimum 6,76 terdapat pada
Bank Syariah Mandiri, rata - rata 5,3763 dan standart deviasi 1,14595. Nilai
rata - rata variabel Jumlah Kantor Bank Syariah lebih besar dari pada standart
deviasi, hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diperoleh nilai
minimum 23,12 terdapat pada Bank Negara Indonesia Syariah, nilai
maksimum 29,96 terdapat pada Bank Syariah Mandiri, rata - rata 27,0277 dan
(44)
Syariah (SBIS) lebih besar dari pada standart deviasi, hal ini menunjukkan
bahwa data terdistribusi dengan baik.
Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) diperoleh nilai minimum 27,05
terdapat pada Bank Central Asia Syariah, nilai maksimum 31,72 terdapat
pada Bank Syariah Mandiri, rata - rata 29,9343 dan standart deviasi 1,26678.
Nilai rata - rata variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih besar dari pada
standart deviasi, hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Sedangkan variabel pembiayaan murabahah diperoleh nilai minimum
25,39 terdapat pada Bank Central Asia Syariah, nilai maksimum 31,15
terdapat pada Bank Syariah Mandiri , rata - rata 29,2660 dan standart deviasi
1,40362. Nilai rata - rata variabel pembiayaan murabahah lebih besar dari
pada standart deviasi, hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan
baik.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Pada penelitian ini digunakan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu memiliki distribusi normal atau tidak. Uji
Normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan Uji Kolmogrov
Smirnov. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai
Signifikansi lebih dari 0,05 maka variabel berdistribusi normal,
(45)
tidak berdistribusi normal. Hasil uji one - sampel kolmogrov - smirnov
disajikan pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogrov - Smirnov Test
Berdasarkan hasil ujiKolmogrov - SmirnovTest pada tabel 4.2 diatas diperoleh nilai Asymptotic Significanse lebih besar dari 0,05 untuk semua variabel yang diuji yaitu : Non Performing Financing
(NPF), Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Hal ini mengindikasikan bahwa
data variabel - variabel yang dilakukan dalam penelitian ini telah
berdistribusi normal.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas (Independen). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya Multikolinearitas didalam model regresi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPF Ln_JKBUS Ln_SBIS Ln_DPK Ln_P.MUR
N 30 30 30 30 30
Normal Parametersa,b
Mean 2,9510 5,3763 27,0277 29,9343 29,3340 Std. Deviation 1,66911 1,14595 1,37042 1,26678 1,43125 Most Extreme
Differences
Absolute ,090 ,201 ,139 ,089 ,160
Positive ,084 ,114 ,099 ,079 ,102
Negative -,090 -,201 -,139 -,089 -,160
Kolmogorov-Smirnov Z ,493 1,101 ,759 ,488 ,876
Asymp. Sig. (2-tailed) ,968 ,177 ,613 ,971 ,427
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(46)
adalah dengan cara melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Tolerance lebih dari 0,10 berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95% jika
nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas. Hasil Uji
Multikolinearitas disajikan pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 10,099 3,695
NPF -,004 ,069 -,005 ,481 2,080
Ln_JKBUS ,656 ,151 ,525 ,210 4,758
Ln_SBIS -,013 ,065 -,013 ,794 1,259
Ln_DPK ,537 ,136 ,476 ,215 4,654
a. Dependent Variable: Ln_P.MUR
Sumber : Data Olahan Peneliti, Lampiran 5
Berdasarkan hasil Uji Multikolinearitas pada tabel 4.3 diatas
diperoleh nilai Tolerance untuk semua variabel Independen yang diteliti lebih besar dari 0,10 dan juga diperoleh nilai Variance Inflation factor
(VIF) untuk semua variabel Independen yang diteliti lebih kecil 10
(VIF < 10), maka dapat disimpulkan tidak ada gejala Multikolinearitas
terhadap variabel Independen yang diteliti.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokerelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
(47)
dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi pada penelitian ini menggunakan Uji Durbin Watson
(DW). Hasil Uji Durbin Watson disajikan pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Mo
del R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,961a ,923 ,910 ,42850 2,092
a. Predictors: (Constant), Ln_DPK, Ln_SBIS, NPF, Ln_JKBUS b. Dependent Variable: Ln_P.MUR
Sumber : Data Olahan Peneliti, Lampiran 6
Berdasarkan hasil Uji Durbin Watson pada tabel 4.4 di atas
bahwa nilai Durbin Watson (DW) 2,092, N = 30, k = 4, dU = 1,739 dan
dL 1,143. Karena nilai DW 2,092 lebih besar dari batas atas (dU) 1,739
dan lebih kecil dari (4 - 1,739 = 2,261). Dapat dituliskan 1,739 < 2,092
< 2,261 maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada beberapa cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat
grafik plot. Jika ada pola tertentu maka terjadi Heteroskedastisitas.
(48)
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data olahan peneliti, lampiran 7
Berdasarkan hasil Uji Heteroskedastisitas tersebut tidak
ditemukan titik – titik yang membentuk suatu pola yang teratur sehingga dapat ditarik kesimpulan tidak terjadi Heteroskedastisitas pada
uji regresi yang dilakukan pada penelitian ini.
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Pada penelitian ini analisis regresi linier berganda ditunjukkan untuk
menentukan hubungan linier antar beberapa variabel dengan variabel terikat
dengan menggunakan Non Performing Financing (NPF), Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Dana Pihak
(49)
Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah. Adapun hasil dari analisis
regresi linier berganda ditampilkan pada tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10,099 3,695 2,733 ,011
NPF -,004 ,069 -,005 -,062 ,951
Ln_JKBUS ,656 ,151 ,525 4,329 ,000
Ln_SBIS -,013 ,065 -,013 -,205 ,839
Ln_DPK ,537 ,136 ,476 3,965 ,001
a. Dependent Variable: Ln_P.MUR
Sumber : Data Olahan Peneliti, Lampiran 8
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda tersebut dapat
diketahui persamaan regresi linier berganda yaitu:
Y = 10,099 – 0,004NPF + 0,656JKBUS - 0,013SBIS + 0,537DPK + e Dari persamaan regresi berganda dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta ( menunjukkan bahwa apabila semua variabel independen memiliki nilai 0 maka pembiayaan murabahah sebesar 10,099.
2. Nilai koefisien Non Performing Financing (NPF) sebesar -0,004. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan Non Performing Financing (NPF) satu-satuan maka pembiayaan murabahah akan turun sebesar 0,004 dengan
asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
3. Nilai koefisien Jumlah Kantor Bank Syariah sebesar 0,656. Hal ini
(50)
satu-satuan maka pembiayaan murabahah akan naik sebesar 0,656 dengan
asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
4. Nilai koefisien Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebesar -0,013. Hal ini
mengandung arti bahwa setiap kenaikan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
satu-satuan maka pembiayaan murabahahakan turun sebesar 0,013 dengan
asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
5. Nilai koefisien Dana Pihak Ketiga sebesar 0,537. Hal ini mengandung arti
bahwa setiap kenaikan Dana Pihak Ketiga satu-satuan maka pembiayaan
murabahah akan naik sebesar 0,537 dengan asumsi bahwa variabel bebas
yang lain dari model regresi adalah tetap.
4.2.4 Uji Hipotesis 4.2.4.1 Uji t
Uji t bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel – variabel bebas secara individu (parsial) terhadap variabel terikat.
Adapun hasil Uji t disajikan pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Hasil Uji t
Sumber : Data Olahan Peneliti, Lampiran 9
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10,099 3,695 2,733 ,011
NPF -,004 ,069 -,005 -,062 ,951
Ln_JKBUS ,656 ,151 ,525 4,329 ,000
Ln_SBIS -,013 ,065 -,013 -,205 ,839
(51)
Bedasarkan hasil Uji t pada tabel 4.6 diatas bahwa :
1. NPF mempunyai angka signifikansi sebesar 0,951, karena nilai
signifikansi nilai uji t lebih besar dari 0,05 dan nilai uji t negatif
maka H0 diterimasehingga tidak terdapat pengaruhantara NPF dan
pembiayaan murabahah.
2. JKBUS mempunyai angka signifikansi sebesar 0,000, karena nilai
signifikansi nilai uji t lebih kecil dari 0,05 dan nilai uji t positif maka
Ha diterima sehingga terdapat pengaruhantara JKBUS dan
pembiayaan murabahah.
3. SBIS mempunyai angka signifikansi sebesar 0,839, karena nilai
signifikansi nilai uji t lebih besar dari 0,05 dan nilai uji t negatif
maka H0 diterima sehingga tidak terdapat pengaruhantara SBIS dan
pembiayaan murabahah.
4. DPK mempunyai angka signifikansi sebesar 0,001, karena nilai
signifikansi uji t lebih kecil dari 0,05 dan nilai uji t positif maka
Haditerima terdapat pengaruh antara DPK dan pembiayaan
murabahah.
4.2.4.2 Uji F
Uji F bertujuan untuk membuktikan apakah pengaruh dari
variabel independen secara simultan memiliki pengaruh signifikan atau
tidak dengan variabel dependen. Adapun hasil uji F disajikan pada tabel
(52)
Tabel 4.7 Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 54,816 4 13,704 74,634 ,000a
Residual 4,590 25 ,184
Total 59,406 29
a. Predictors: (Constant), Ln_DPK, Ln_SBIS, NPF, Ln_JKBUS b. Dependent Variable: Ln_P.MUR
Sumber : Data Olahan Peneliti, Lampiran 10
Berdasarkan hasil uj F pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa
nilai Signifikansi uji F sebesar 0,000, karena nilai signifikansi uji F
lebih kecil dari 0,05 maka Ha dapat diterima sehingga terdapat pengaruh
secara simultan antara Non Performing Financing (NPF), Jumlah kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah.
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi )
Uji Koefisien Determinasi ) bertujuan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen.Adapun hasil uji Koefisien Determinasi ) disajikan pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Hasil uji Koefisien Determinasi )
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,961a ,923 ,910 ,42850 2,092
a. Predictors: (Constant), Ln_DPK, Ln_SBIS, NPF, Ln_JKBUS b. Dependent Variable: Ln_P.MUR
(53)
Berdasarkan hasil uji Koefisien Determinasi ) pada tabel 4.8 diatas bahwa nilai Koefisien Determinasi )pada penelitian ini adalah 0,923 yang berarti sebanyak 92,3% variasi pembiayaan murabahah
dapat dijelaskan oleh perubahan variasi Non Performing Financing
(NPF), Jumlah kantor Bank Syariah, Sertifikat Bnak Indonesia Syariah
(SBIS) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan sisanya 7,7% dipengaruhi
oleh variabel lain diluar variabel penelian ini seperti inflasi, FDR, DER
dan ROE.
4.3 Hasil Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan murabahah
Non Performing Financing(NPF) mempunyai angka signifikansi sebesar 0,951, karena nilai signifikansi nilai uji t lebih besar dari 0,05
maka tidak terdapat pengaruh antara NPF dan pembiayaan
murabahah. Menurut Kurnaliyah (2011) Risiko pembiayaan pada bank
syariah dapat dilihat dari rasio NPF nya, jika rasio Non Performing Financingnya meningkat maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapi bank karena akan mempengaruhi permodalan, karena Non Performing Financing (NPF) yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi Penyisihan Pengahapusan
Aktiva Produktif (PPAP) yang terbentuk. Bila hal ini terus terjadi
(54)
Walaupun NPF nya meningkat bank syariah tetap dapat memberikan
pembiayaan murabahah karena sumber dana bank syariah itu bukan
hanya berasal dari bank itu sendiri (modal) melainkan juga bersumber
dari lembaga - lembaga lainnya.
4.3.2 Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah terhadap pembiayaan murabahah
Jumlah Kantor Bank Syariah mempunyai angka signifikansi sebesar
0,000, karena nilai signifikansi nilai uji t lebih kecil dari 0,05 maka
terdapat pengaruh antara Jumlah Kantor Bank Syariah dan
pembiayaan murabahahkarena dengan semakin banyaknya jumlah
kantor bank syariah memudahkan akses nasabah untuk menyimpan
dana maupun nasabah yang membutuhkan pembiayaan di bank
syariah. Hal ini sesuai dengan teori pemasaran yang dinyatakan oleh
Kotler (2008 : 62) yang mengungkapkan bahwa “bauran pemasaran (marketing mix) yaitu alat yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya dibagi menjadi empat
kelompok variabel yaitu : product, place, price, dan promotion”. Dari teori pemasaran menurut Kotler tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa dengan meningkatnya jumlah kantor bank syariah (place) diharapkan dapat meningkatkan pembiayaan murabahah.
4.3.3 Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap pembiayaan murabahah
(55)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai angka
signifikansi sebesar 0,839, karena nilai signifikansi nilai uji t lebih
besar dari 0,05 maka tidak terdapat pengaruhantara SBIS dan
pembiayaan murabahah karena Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) itu dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi bila
terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas, akan tetapi peningkatan nilai
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai salah satu kebijakan
moneter cenderung menyebabkan pembiayaan murabahah menurun,
maka besar atau kecilnya nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) yang dimiliki bank syariah tidak mempengaruhi pembiayaan
murabahah.
4.3.4 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahah
Dana Pihak Ketiga (DPK) mempunyaiangka signifikansi sebesar
0,001, karena nilai signifikansi uji t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat
pengaruh antara Dana Pihak Ketiga dan pembiayaan murabahah
karena Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun pada bank syariah
disalurkan pada pembiayaan murabahah dan semakin banyaknya Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun maka memudahkan bank syariah
(56)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor - faktor (Non Performing Financing, Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan Dana Pihak Ketiga) secara signifikan mempengaruhi Pembiayaan Murabahah.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah di Indonesia
yang terdaftar di Bank Indonesia (BI) tahun 2010 sampai 2014. Adapun
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara parsial tidak terdapat pengaruh antara NPF dan pembiayaan
murabahah.
2. Secara parsial terdapat pengaruh antara Jumlah Kantor Bank Syariah dan
pembiayaan murabahah.
3. Secara parsial tidak terdapat pengaruh antara SBIS dan pembiayaan
murabahah.
4. Secara parsial terdapat pengaruh antara Dana Pihak Ketiga dan
pembiayaan murabahah.
5. Secara simultan variabel - variabel Non Performing Financing (NPF), Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap pembiayaan
(57)
6. Dari hasil penelitian, besarnya R Square ) diperoleh sebesar 0,923. Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel Non Performing Financing (NPF), Jumlah Kantor Bank Syariah (JKBUS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
terhadap pembiayaan murabahah adalah sebesar 92,3% sedangkan sisanya
7,7% dipengaruhi oleh faktor - faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini, seperti inflasi, FDR, DER dan ROE.
5.2 Saran
Berikut ini beberapa saran penulis untuk peneliti selanjutnya :
1. Peneliti selanjutnya hendaknya memperluas objek / sampel penelitian
sehingga dapat meningkatkan generalisasi hasil.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan rentang waktu yang lebih
panjang dari penelitian ini.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan faktor – faktor lainnya seperti inflasi, FDR, DER, dan ROE.
(58)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Ekonomi Islam
Dalam filsafat ilmu, ilmu atau sains dibagi dalam tiga bagian yaitu Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi. Menurut Mujahidin (2007 : 9) Ontologi adalah
“segala sesuatu yang bertalian dengan terbentuknya ilmu”. Ditinjau dari aspek
ontologi, ekonomi konvensional menggunakan landasan filsafat positivism yang
bedasarkan pada pengalaman dan kajian empiris (hanya mengandalkan ayat - ayat
kauniyah saja) dan tidak percaya pada tuhan (sekuler). Dalam ekonomi sekuler
kesenangan atau kebahagian yang dikejar adalah semata - mata kebahagiaan di
dunia saja. Sementara ekonomi islam yang menjadi pedoman utama adalah
petunjuk Allah berupa Wahyu (Al-Quran), Sunnah, Qiyas, Ijma dan Ijtihad.
Menurut Mujahidin (2007 : 9) Epistemologi adalah “makna ilmu yaitu
tentang seluk beluk ilmu itu sendiri, apa kemampuan dan apa keterbatasannya”. Secara epistemologi kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
“oikos” yang berarti “keluarga” dan “nomos” yang berarti “peraturan, hukum”
kemudian bila digabungkan bermakna “aturan rumah tangga”. Kata rumah tangga tidak semata-mata dalam keluarga yang berarti suami-istri dan anak-anaknya
tetapi rumah tangga digunakan secara luas yaitu rumah tangga masyarakat dan
rumah tangga negara. Ini berarti bahwa kegiatan itu melibatkan anggota keluarga
yang mampu menghasilkan barang dan jasa, pada gilirannya seluruh anggota
(59)
keseluruh populasi rumah tangga yang kemudian menjadi kelompok yang
diperintah oleh pemerintah suatu negara.
Pengaturan rumah tangga ini mencakup tiga subsistem yaitu memperbanyak
kekayaan dan memelihara keberadaannya yaitu disebut subsistem produksi, tata
cara mengkonsumsinya disebut subsistem konsumsi dan yang berhubungan
dengan tata cara pendistribusiannya yang tercakup dalam sub sistem distribusi.
Maka islam sebagai sebuah agama yang mengatur segala aspek kehidupan
terutama cara berekonomi. Sementara secara terminologi ilmu ekonomi
didefenisikan sebagai kajian tentang manusia dalam hubungan dengan
pemanfaatan sumber - sumber prosfektif yang langka untuk memproduksi barang-
barang dan jasa - jasa serta mendistribusikan untuk dikonsumsi.
Menurut Mujahidin (2007 : 9) aksiologi adalah “segi guna laksana dari ilmu
yakni hal - hal yang berkenaan dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup”. Ditinjau dari aspek ini tujuan ekonomi islam adalah bahwa setiap kegiatan
manusia didasarkan kepada pengabdian kepada Allah dan dalam rangka
melaksanakan tugas dari Allah untuk memakmurkan bumi, maka dalam
berekonomi umat islam harus mengutamakan keharmonisan dan pelestarian alam.
Kebahagiaan yang dikejar dalam islam bukan semata - mata kebahagiaan didunia
saja tetapi juga kebahagiaan di akhirat.
2.2 Perbankan
Terdapat berbagai defenisi mengenai perbankan atau bank, namun pada
dasarnya memiliki makna dan pengertian yang sama. Bank menurut Kasmir (2008
(60)
Bank menurut Sutedi (2010 : 1) adalah “suatu lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaan mutlak dari para nasabahnya
yang mempercayakan dana dan jasa - jasa lain yang dilakukan mereka melalui
bank pada khususnya dan dari masyarakat luas pada umumnya”.
Menurut Undang - Undang No. 10 Tahun 1998 bank adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk
-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat
banyak”.Berdasarkan defenisi - defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari
masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat dengan tujuan untuk
mensejahterakan kehidupan masyarakat baik dari pemberian kredit maupun dalam
kegiatan lainnya.
Fungsi bank menurut Susilo, Sigit dkk (2000 : 6) adalah :
1. Agent of trust.
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan ayau trust, baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga akan percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi simpanan dananya di bank. 2. Agent of development.
Agent of development ialah suatu lembaga yang memobilisasi dana guna pembangunan ekonomi suatu negara. Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangatlah diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil dan sektor moneter. Dalam hal ini bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan untuk investasi, distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak terlepas dari adanya penggunaan uang.
3. Agent of service.
Dalam hal ini bank memberikan jasa pelayanan perbankan kepada masyarakat agar masyarakat merasa aman dan nyaman dalam menyimpan
(61)
dananya tersebut. Jasa yang ditawarkan bank ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
Adapun jenis bank menurut Kamir (2008 : 34) yaitu :
1. Dilihat dari segi fungsinya, terdiri dari : bank umum, bank pembangunan, bank tabungan, bank pasar, bank desa, lumbung desa, dan bank pegawai. 2. Dilihat dari segi kepemilikannya, terdiri dari : bank milik pemerintah,
bank milik swasta nasional, bank miliki koperasi, bank milik asing dan bank milik campuran.
3. Dilihat dari segi status, terdiri dari : bank devisa dan bank non devisa. 4. Dilihat dari segi cara menentukan harga, terdiri dari :bank berdasarkan
prinsip konvensional dan bank berdasarkan prinsip syariah.
2.3 Bank Syariah
2.3.1 Pengertian Bank Syariah
Pengertian bank syariah sebenarnya telah diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 6/24/PBI/2004 Tentang Bank Umum yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, memberikan definisi bahwa
Bank umum syariah adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran”.
Bank syariah menurut Sudarsono (2005 : 27) adalah “lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa - jasa lain dalam
lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan
dengan prinsip - prinsip syariah”. 2.3.2 Prinsip hukum bank syariah
Adapun prinsip hukum yang dianut perbankan syariah menurut Hasan
(62)
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan. 2. Pemberian dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian
sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.
3. Islam tidak memperbolehkan “menghasilakan uang dari uang”.
Uang hanya media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai instrinsik.
4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha - usaha yang tidak diharamkan dalam Islam.
2.3.3 Karakteristik Bank Syariah
Menurut Hasan (2014 : 156) lembaga keuangan syariah memiliki
karakteristik yang membedakannya dengan bank konvensional, yaitu :
1. Lembaga keuangan syariah harus bersih dari semua bentuk riba dan
mu’amalah yang dilarang syariat.
2. Mengarahkan segala kemampuan pada pertambahan (at- Tanmiyah) dengan jalan its - titsmaar (pengembangan modal) tidak dengan jalan hutang (al - Qardh) yang memberikan keuntungan. 3. Mengikat pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan sosial. 4. Mengumpulkan harta yang menganggur dan menyerahkannya
kepada aktivitas its–titsmaar dan pengelolaan dengan target pembiayaan proyek - proyek perdagangan, industri dan pertanian karena kaum muslimin yang tidak ingin menyimpan hartanya di bank konvensional berharap adanya bank syariah untuk menyimpan harta mereka disana.
5. Memudahkan sarana pembayaran dan memperlancar gerakan pertukaran perdagangan langsung.
6. Menghidupkan tatanan zakat dengan membuat lembaga zakat dalam bank sendiri yang mengumpulkan hasil zakat bank tersebut. 7. Membangun baitul mal kaum muslimin dan mendirikan lembaga
untuk itu yang dikelola langsung manajemennya oleh lembaga keuangan tersebut.
8. Menanamkan kaedah adil dan kesamaan dalam keberuntungan dan kerugian dan menjauhkan unsur ihtikaar (penimbunan barang agar menaikkan harga) dan meratakan kemaslahatan pada sebanyak mungkin jumlah kaum muslimin setelah sebelumnya kemaslahatan tersebut hanya milik pemilik harta yang besar yang tidak peduli dari jalan mana mendapatkannya.
(63)
Tabel 2.1
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional
No Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
1 Fungsi dan
kegiatan bank.
Intermediasi,
Manager Investasi, Investor, Sosial, Jasa Keuangan.
Intermediasi, Jasa keuangan.
2 Mekanisme dan
objek usaha.
Antiriba dan
antimasyir.
Tidak antiriba dan tidak antimasyir.
3 Prinsip dasar
operasi.
1.Tidak bebas nilai (prinsip syariat islam).
2.Uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi.
3.Bagi hasil, jual beli, dan sewa.
1.Bebas nilai (prinsip
materialistis). 2.Uang sebagai komoditi.
3.Bunga.
4 Prioritas pelayanan. Kepentingan publik.
Kepentingan pribadi.
5 Orientasi. Tujuan sosial
ekonomi islam, keuntungan.
Keuntungan.
6 Bentuk. Bank komersial,
bank pembangunan, bank universal atau multi – porpose.
Bank komersial.
7 Evaluasi nasabah. Lebih hati – hati karena partisipasi dalam risiko.
Kepastian pengembalian pokok dan bunga (creditworthiness
dan collateral). 8 Hubungan nasabah. Erat sebagai mitra
usaha.
Terbatas debitor – kreditor.
9 Sumber likuiditas jangka pendek.
Pasar uang syariah, Bank Sentral.
Pasar uang, Bank Sentral.
10 Pinjaman yang
diberikan.
Komersial dan non komersial,
berorientasi laba dan nirlaba.
Komersial dan non komersial,
berorientasi laba.
11 Lembaga penyelesai sengketa.
Pengadilan, Badan arbitrase syariah nasional.
Pengadilan, arbitrase.
12 Risiko Usaha. 1.Dihadapi bersama antara bank dan
1.Risiko bank tidak terkait langsung
(64)
nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran.
2. Tidak mungkin terjadi negative spread.
dengan debitur. 2. Kemungkinan terjadi negative spread.
13 Struktur organisasi pengawas.
Dewan komisaris, dewan pengawas syariah, dewan syariah nasional.
Dewan komisaris.
14 Investasi. Halal. Halal atau haram.
Sumber : Ascarya (2007 : 33).
2.3.4 Jenis Produk Bank Syariah
Ada tiga jenis produk bank syariah menurut Hasan (2014 : 202),yaitu :
1. Produk penghimpun dana
Pada produk penghimpun dana bank syariah dapat berbentuk tabungan, giro dan dan deposito. Adapun prinsip yang digunakan adalah menggunakan akad wadiah dan akan mudharabah.
2. Produk penyaluran dana
Pada produk penyaluran dana bank syariah memiliki tiga kategori dalam pemberian dana yaitu : murabahah, ijarah dan musyarakah serta mudharabah.
3. Produk jasa perbankan
Dalam menggunakan akad - akad muamalah yang sesuai dengan fiqih Islam ada beberapa akad yang dapat digunakan dalam operasional perbankan syariah, antara lain akad wakalah, kafalah, hawalah, rahn, dan qard.
2.4 Pembiayaan Murabahah 2.4.1 Pengertian Murabahah
Pengertian Murabahah menurut Sudarsono (2005 : 62) adalah “jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara
pihak bank nasabah, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang
(65)
Menurut Ascarya (2007 : 81) murabahah adalah “istilah dalam fikih islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan
biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya – biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan
(margin) yang diinginkan”.
Pengertian Murabahah menurut Hasan (2014 : 230) adalah “jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan
nasabah”. Maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah adalah pemberian pinjaman kepada nasabah dimana harga beli ditambah dengan
margin keuntungan bank syariah yang telah disepakati bersama dan
selanjutnya nasabah secara rutin membayar angsuran kepada bank.
2.4.2 Landasan Syariah
Bukti transaksi jual beli Al - Murabahah dari Al - Qur’an :
1. QS. Al - Baqarah [2]: 275 yang artinya :“Orang - orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang - orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan
(1)
vii DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN... ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1LandasanEkonomi Islam ... 8
2.2Perbankan ... 9
2.3Bank Syariah ... 11
2.3.1 Pengertian Bank Syariah ... 11
2.3.2 Prinsip Hukum Bank Syariah ... 11
2.3.3 Karakteristik Bank Syariah ... 12
2.3.4 Jenis Produk Bank Syariah ... 14
2.4Pembiayaan Murabahah ... 14
2.4.1 Pengertian Murabahah ... 14
2.4.2 Landasan Syariah ... 15
2.4.3 Syarat dan Rukun ... 16
2.4.4 Ketentuan Umum ... 17
2.4.5 Skema Pembiayaan Murabahah ... 18
2.5Non Performing Financing (NPF) ... 19
2.6Jumlah Kantor Bank Syariah ... 20
2.7Sertifikat Bank Indonesia Syariah ... 20
2.7.1 Karakteristik SBIS ... 21
2.7.2 Pihak Yang Dapat Ikut Serta ... 22
2.8Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 22
2.9Penelitian Terdahulu... 23
2.10 Kerangka Konseptual ... 29
2.11 HipotesisPenelitian ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33
(2)
viii
3.3 Batasan Operasional ... 34
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian... 34
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 36
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 36
3.7 Defenisi Operasional ... 36
3.7.1 Variabel Dependen (Y) ... 36
3.7.2 Variabel Independen (X) ... 36
3.8 Teknik Analisis Data ... 40
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 40
3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 40
3.8.2.1 Uji Normalitas ... 40
3.8.2.2 Uji Multikolinearitas... .... 41
3.8.2.3 Uji Autokorelasi... .... 41
3.8.2.4 Uji Heteroskedastisitas... ... 42
3.8.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 43
3.8.4 Uji Hipotesis ... 44
3.8.4.1 Uji t ... 44
3.8.4.2 Uji F ... 44
3.8.4.3 Uji Koefisien Determinasi ) ... 45
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... .... 47
4.1.1 Bank Muamalat Indonesia ... 47
4.1.2 Bank BRI Syariah ... 48
4.1.3 Bank BNI Syariah ... 50
4.1.4 Bank Syariah Mandiri ... 51
4.1.5 Bank Syariah Mega Indonesia ... 53
4.1.6 Bank BCA Syariah ... 54
4.2 Hasil Penelitian... 56
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 56
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 58
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 58
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 59
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 60
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisita ... 61
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 62
4.2.4 Uji Hipotesis ... 64
4.2.4.1 Uji t ... 64
4.2.4.2 Uji F ... ` 65
4.2.4.3 UjiKofisienDeterminasi ... 66
4.3 Hasil Pembahasan... 67
4.3.1 Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Terhadap pembiayaan murabahah ... 67
4.3.2 Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah terhadap Pembiayaan murabahah ... 68 4.3.3 Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
(3)
ix
terhadap pembiayaan murabahah ... 68 4.3.4 Pengaruh Dana Pihak ketiga (DPK) Terhadap pembiayaan
murabahah ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan... .... 70 5.2 Saran... .... 71
(4)
x DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Komposisi pembiayaan murabahah, Jumlah kantor
Bank Syariah, Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) dan Non Performing Financing (NPF)
periode 2010-201 ... 43
2.1 Perbedaan Bank Syariah dan bank konvensional... 13
2.2 Tabel Penelitian Terdahulu... ... 27
3.1 Waktu Penelitian ... 34
3.2 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian... .... 35
3.3 Defenisi Operasional dan PengukuranVariabel... ... 38
3.4 Pengambilan keputusan autokorelasi... .... 42
4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif... .... 57
4.2 Hasil Uji Kolmogrov – Smirnov Test... ... 59
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas... ... 60
4.4 Hasil Uji Autokorelasi... ... 61
4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 63
4.6 Hasil Uji t... .... 64
4.7 Hasil Uji F ... 66
4.8 Hasil Uji Kofisien Determinasi ... ... 66
(5)
xi DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Bagan proses pembiayaan murabahah... 18 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 62
(6)
xii DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Penelitian periode 2010 – 2014... 75
2 Data Penelitian setelah di Logaritma Natural (Ln)... 77
3 Analisis Statistik Deskriptif... 79
4 Uji Normalitas... 80
5 Uji Multikolinearitas... 82
6 Uji Autokorelasi... 83
7 Uji Hteroskedastisitas... 84
8 Analisis Regresi Linier Berganda... 85
9 Uji t ... 86
10 Uji F ... 87
11 Uji Kofisien Determinasi ... 88