Inflasi Analisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai tukar (kurs) dan inflasi terhadap pembiayaan bermasalah perbankan syariah di Indonesia periode Juli 2010-Desember 2013

39 jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit penghitung moneter terhadap barangkomoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi deflation . Menurut Case dan Fair 2004:58 inflasi adalah kenaikan tingkat harga keseluruhan. Itu terjadi ketika harga naik secara serempak. Inflasi dapat diukur dengan melihat sejumlah besar barang dan jasa dan menghitung kenaikan harga rata-rata selama beberapa periode tertentu. Menurut Boediono 1987:161 inflasi adalah kecendrungan dari harga-harga untuk menaikkan secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain Inflasi diukur dengan tingkat inflasi rate of inflation yaitu tingkat perubahan dan tingkat harga secara umum. Persamaannya adalah: Umumnya, otoritas yang bertanggung jawab dalam mencatat statistik perekonomian suatu Negara menggunakan consumer price index dan producer price index sebagai pengukur tingkat inflasi Karim,2010:136. Tingkat harga t – tingkat harga t-1 Tingkat harga t-1 x 100 = Rate of Inflation 40 Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai factor antara lain : konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihanya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang www.wikipedia.com

b. Macam-Macam Inflasi

1 Berdasarkan TingkatLaju Inflasi Menurut Paul A. Samuelson, seperti sebuah penyakit macam inflasi berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: a Moderate inflation , disebut juga “inflasi satu digit”, adalah inflasi dengan karakteristik terjadinya kenaikan harga secara lambat. Pada umumnya, pada tingkat inflasi ini, orang masih mau memegang uang tunai dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil. b Galloping inflation, yaitu inflasi yang terjadi pada tingkatan 20 sampai 200 per tahun. Pada tingkatan inflasi ini, orang hanya mau memegang uang seperlunya, dan cenderung menyimpan kekayaan dalam bentuk aset-aset riil. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan dana dialokasikan melalui cara-cara selain yang berorientasi pada tingkat bunga. Orang hanya bersedia memberikan pinjaman dengan tingkat bunga 41 yang sangat tinggi. Inflasi jenis ini mengakibatkan terjadinya gangguan serius pada perekonomian karena masyarakat cenderung menyalurkan dananya untuk berinvestasi di luar negeri daripada di dalam negeri capital outflow. c Hyper inflation, yaitu inflasi dengan tingkat sangat tinggi, berkisar antara jutaan persen per tahun. Jika banyak pemerintahan masih sanggup bertahan menghadapi galloping inflation , maka tidak ada yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis ini. Contohnya adalah Weimar Republic di Jerman pada tahun 1920-an. 2 Berdasarkan Sumber atau Penyebab Inflasi Inflasi berdasarkan sumber atau penyebab inflasi, inflasi dapat digolongkan sebagai berikut: a Natural Inflation dan Human Error Inflation. Sesuai dengan namanya natural Infaltion adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Human error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri. b Actual anticipated expected inflation dan unanticipated unexpected inflation. Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi. Sedangkan pada unexpected 42 inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi. c Demand pull inflation, inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian sedang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan tinggi, dan selanjutnya daya beli masyarakat bisa tinggi. Daya beli tinggi mendorong permintaan melebihi total produk yang tersedia. Permintaan aggregate meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, akibatnya timbul inflasi. Hal ini dapat ditunjukkan oleh grafik berikut: Gambar 2.1 Demand Pull Inflation P AS P 2 P 1 AD 2 AD 1 0 Q 1 Q 2 Q Kondisi ini mendatangkan uang yang lebih di dalam negeri, sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat naik    AD , atau pada grafik dilukiskan sebagai kurva AD yang bergeser ke kanan, mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan  P . d Cosh push inflation, inflasi ini terjadi bila biaya produksi mengalami kenaikan secara terus menerus. Kenaikan biaya 43 produksi dapat berawal dari kenaikan harga input seperti kenaikan upah minimum, kenaikan BBM, kenaikan bahan baku dan kenaikan input yang lainnya. Hal ini dapat digrafikkan sebagai berikut: Gambar 2.2 Cost Push Inflation P AS 2 P 2 AS 1 P 1 AD 0 Q 2 Q 1 Q Dengan adanya kenaikan biaya produksi    P , selanjutnya menurunkan tingkat produksi    AS . Sehingga dalam pasar jumlah quantitas atas produksi tersebut mengalami penurunan Q 2 ke Q 1 . e Spiralling Inflation. Inflasi jenis ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh inflasi akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya. f Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam 44 pasar perdagangan internasional. Domestic Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara lainnya Karim,2010:138.

c. Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator yang dapat menggambarkan terjadinya inflasi antara lain Indeks Biaya Hidup cost of living, Indeks Harga Konsumen consumen price index, Indeks Implisit Produk Nsional GNP Deflator atau Indeks Harga Perdagangan Besar whole sale prices index .Masing-masing pengukuran tersebut memiliki kelemahan dan kelebihannya.Jika pengukuran dimaksud untuk menetapkan upah buruh riil maka lebih tepat digunakan Indeks Biaya Hidup IBH atau Indeks Harga Konsumen IHK.Sementara GNP Deflator yang cakupannya lebih luas dibandingkan dengan indeks yang lainnya lebih mencerminkan perkembangan tingkat harga umum. a Indeks Harga Konsumen Indeks Harga Konsumen adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga antarwaktu dari suatu paket jenis barang atau jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dengan dasar suatu periode tertentu Inflasi = x 100 b Indeks Harga Perdagangan Indeks perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah 45 barang pada tingkat perdagangan besar.Termasuk didalamnya harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi.Indeks ini sejalan atau searah dengan indeks harga konsumen. Inflasi = c GNP Deflator GNP Deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GNP dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dua indeks lainnya.GNP Deflator diperoleh dengan membagi GNP Nominal atas dasar harga yang berlaku dengan GNP Riil atas dasar harga konstan atau : GNP Deflator = x 100

d. Inflasi dalam Pandangan Islam

Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena : 1 Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan, fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan. 2 Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat. 3 Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non- primer dan barang-barang mewah. 4 Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif, yaitu 46 penumpukkan kekayaan seperti : tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti : pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya. Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi 1364 M – 1441 M, menggolongkan inflasi dalam dua golongan, yaitu : a Natural Inflation Inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah, di mana orang tidak mempunyai kendali. Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif AS atau naiknya Permintaan Agregatif AD. Jika memakai perangkat analisis konvensional yaitu persamaan : dimana : M = jumlah uang beredar V = kecepatan peredaran uang P = tingkat harga T = jumlah barang dan jasa Y = tingkat pendapatan nasional GDP maka Natural Inflation dapat diartikan sebagai : Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian T. Misalnya T sedangkan M dan ↑ tetap, maka konsekuensinya P . Maksudnya, jika barang dan jasa yang dihasilkan sedikit tetapi uang yang ada di masyarakat banyak, maka untuk memperoleh barang dan jasa tersebut masyarakat harus membayar dengan harga lebih karena keterbatasan barang dan jasa 47 tersebut. Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari pada nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M sehingga jika ↑ dan T tetap maka P . b Human Error Inflation Human Error Inflation dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu sendiri. Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab- penyebabnya sebagai berikut: 1 Korupsi dan administrasi yang buruk corruption and Bad Administration Jika kita merunjuk pada persamaan MV = PT, maka korupsi akan mengganggu tingkat harga P karena para produsen akan menaikkan harga jual produksinya untuk menutupi biaya-biaya yang telah mereka keluarkan. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada sehingga akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi high cost economy . Pada akhirnya, akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang akan merugikan masyarakat secara keseluruhan. Jika merujuk pada persamaan AS-AD maka akan terlihat bahwa korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk akan menyebabkan kontraksi pada kurva Penawaran Agregatif AS . 48 2 Pajak yang berlebihan Excessive Tax; Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada kurva Penawaran Agregatif AS . 3 Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan Excessive Seignorage. Seignorage arti tradisionalnya adalah keuntungan dari pencetakan koin yang didapat oleh percetakannya di mana biasanya percetakan tersebut dimiliki oleh pihak penguasa atau kerajaan. Para otoritas moneter di negara-negara Barat umumnya meyakini bahwa pencetakan uang akan menghasilkan keuntungan bagi pemerintah. Di lain pihak, ekonom Islam Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa pencetakan uang yang berlebihan jelas-jelas akan mengakibatkan naiknya t ingkat harga P secara keseluruhan inflasi. Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi jual-beli dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal kecil.

e. Hubungan Inflasi dengan Pembiayaan Bermasalah

Menurut Kamus Bank Indonesia, inflasi adalah keadaan perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga secara cepat 49 sehingga berdampak pada menurunnya daya beli, sering pula diikuti menurunnya tingkat tabungan dan atau investasi karena meningkatnya konsumsi masyarakat dan hanya sedikit untuk tabungan jangka panjang.Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi akan mempengaruhi kegiatan ekonomi baik secara makro maupun mikro termasuk kegiatan investasi. Inflasi juga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat yang berakibat pada penurunan penjualan.Penurunan penjualan yang terjadi dapat menurunkan return perusahaan. Penurunan return yang terjadi akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar angsuran kredit. Pembayaran angsuran yang semakin tidak tepat menimbulkan kualitas kredit semakin buruk bahkan terjadi kredit macet sehingga meningkatkan Non-Performing Loan.Indrawan,2011:71 Inflasi yang tinggi juga menyebabkan menurunkan pendapatan rill masyarakat sehingga standar hidup masyarakat juga turun. Dengan meningkatnya inflasi maka akan mengakibatkan kemampuan nasabah dalam membayar cicilan kreditnya menjadi berkurang karena hampir seluruh penghasilan yang dimiliki telah dipergunakan untuk keperluan konsumsi sehari-hari. Menurut penelitian Rahmawulan 2008, Inflasi berpengaruh positif signifikan.Hal ini mengindikasikan bahwa ketika terjadi inflasi dimana terjadi kenaikkan harga secara terus-menerus, daya beli 50 masyarakat akan menurun karena nilai uang terus tergerus inflasi. Hal ini menyebabkan turunnya penjualan dan kondisi dunia usaha atau bisnispun melemah.Kondisim tersebut menyebabkan nasabah perbankan mengalami kesulitan untuk mengembalikan kreditnya pada perbankan, sehingga kredit macet akan mengalami peningkatan.

B. Penelitian Terdahulu

Sebelum penulis melakukan penelitian ini telah ada penelitian terdahulu mengenai variabel Pembiayaan Bermasalah atau Non Performing Financig NPF, Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS, Nilai Tukar dan Inflasi. Diantaranya seperti yang penulis jabarkan pada permasalahan dibawah ini : Penelitian pertama dilakukan oleh Risky Indrawan 2013 dengan judul Analisis Pengaruh LDR,SBI,Bank Size dan Inflasi terhadap Non Performing Loan NPL Kredit Kepemilikan Rumah Bank PERSERO Tahun 2006-2012.Variabel yang diteliti adalah NPL,LDR,SBI,Bank Size dan Inflasi dengan menggunakan metode regresi linier berganda dengan softwere SPSS.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti yaitu loan to deposit ratio , suku bunga SBI, bank size dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai non performing loan KPR.Variabel LDR, SBI dan Inflasi berpengaruh terhadap NPL KreditKepemilikan Rumah sedangkan variabel bank Size tidak berpengaruh terhadap NPL Kredit Kepemilikan Rumah. Penelitian kedua dilakukan oleh Muhammad Farhan, Ammara Sattar, Abrar Hussain Chaudhry dan Fareha Khalil 2012. University of the Pujab 51 Lahore, Pakistan. Dalam penelitian yang berjudul “Economic Determinants of Non Performing Loans: Perceptin of Pakistan Bankers ”. ↑ariabel dalam penelitian ini adalah Interest Rate, Inflation, Unemployment, Exchange Rate, Energy Crisis , GDP dan Non Performing Loans NPL. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Interest Rate, Inflation, Unemployment, Exchange Rate, Energy Crisis , GDP terhadap Non Performing Loans NPL. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Berganda atau Ordinary Least Square OLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Interest Rate, Inflation, Unemployment, Exchange Rate, dan Energy Crisis berpengaruh positif signifikan terhadap NPL. Sedangkan variabel GDP berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL. Penelitian ketiga dilakukan oleh Kevin Greenidge dan Tiffany Grosvenor 2010. Research Department, Central Bank of Barbados. Dalam penelitian yang berjudul “Forecasting Non Performing Loans in Barbados”. Variabel dalam penelitian ini adalah GDP, Inflasi, Weighted Average Lending Rate, Bank Size, Total Loan Growth dan Non Performing Loans NPL. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh GDP, Inflasi, Weighted Average Lending Rate, Bank Size, Total Loan Growth terhadap Non Performing Loans NPL. Teknik analisis data yang digunakan adalah Autoregressive Distributive Lag ARDL. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel GDP, dan variabel Total Loan Growth berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL, Variabel Inflasi, Weighted Average Lending Rate, dan Bank Size berpengaruh positif signifikan terhadap NPL 52 Penelitian keempat dilakukan oleh Zakiah Dwi Poetry 2011 yang berjudul “Pengaruh variabel Makro dan Mikro Terhadap NPL Perbankan Konvens ional dan NPF Perbankan Syariah”.Variabel yang diteliti adalah Non Performing Loan NPL, Non Performing Financing NPF Loan to Deposit Ratio LDR, Financing to Deposit Ratio FDR, dan Capital Adequacy Ratio CAR, Sertifikat Bank Indonesia SBI,Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS,Inflasi ,Nilai Tukar Rupiah dan GDP.Metode yang digunakan adalah analisa kuantitatif VAR Vector Auto Regression atau VECM Vector Error Correction Model dengan hasil bahawa : 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa NPL merespon positif terhadap guncangan variabel inflasi dan SBI dan merespon negatif terhadap guncangan variabel Nilai Tukar Rupiah,LDR dan CAR. 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa NPF merespon positif terhadap guncangan variabel GDP dan CAR dan merespon negatif terhadap guncangan variabel Nilai Tukar, inflasi, SBIS, dan FDR Penelitian kelima dilakukan oleh Harry Andra 2010 dengan judul “Analisis Pengaruh Instrument Kebijakan Moneter Konvensional dan Instrumen Kebijakan Moneter Syariah Terhadap Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah”.↑ariabel yang diteliti adalah Non Performing Loan NPL,Non Performing Financing NPF, Return On Asset ROA, Loan to Deposit Ratio LDR, Financing to Deposit Ratio FDR,Sertifikat Bank Indonesia SBI dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ordinary Least Square OLS dengan hasil bahwa: 53 1. Variabel SBI dan SBIS berpengaruh terhadap NPL Bank Syariah sedangkan hanya variabel SBIS yang mempengaruhi NPF Bank Syariah 2. Variabel SBI dan SBIS Berpengaruh terhadap ROA Bank Konvensional sedangan tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Syariah 3. Variabel SBI dan SBIS tidak berpengaruh terhadap LDR Bank Konvensional dan variabel SBI berpengaruh terhadap FDR Bank Syariah Penelitian keenam dilakukan oleh Inovasi Amali Husna 2013 dengan judul “Pengaruh Size,Net Core Operating Margin,Financing to Deposit Ratio,Risk Weight Asset ,Alokasi Piutang Muarabahah dibanding pembiayaan PLS dan Makroekonomi Terhadap Resiko Pembiayaan Pada Perbankan Syariah di Indonesia” .↑ariabel yang diteliti adalah Non Performing Financing NPF,Total Aset, Net Core Operating Margin NCOM, Financing to Deposit Ratio FDR, Risk Weight Asset RWA, Rasio alokasi pembiayaan Murabahah terhadap alokasi Pembiayaan Profit Loss Sharing RF, Jumlah Uang Beredar, Tingkat Kurs dan SBIS.Metode analisis yang digunakan adalah Metode Analisis Regresi Linier Berganda Dengan hasil bahwa Variabel Asset dan RWA berpengaruh positif signifikan terhadap NPF, Variabel Kurs berpengaruh negative signifikan terhadap NPF serta Variabel NCOM,RF dan SBIS tidak berpengaruh terhadap NPF. 54 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Nama Penulis Judul Variabel Hasil Risky Indrawan 2013 Analisis Pengaruh LDR,SBI,Bank Size dan Inflasi terhadap NPLNon Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah Bank PERSERO Tahun 2006-2012. Variabel dependen  Non Performing Loan Variabel Independen:  LDR  SBI  Bank Size  Inflasi Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Berganda atau Ordinary Least Square OLS. Hasil penelitian menunjukan bahwa :  Variabel bebas yang diteliti yaitu loan to deposit ratio , suku bunga SBI, bank size dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai non performing loan KPR.  Variabel LDR, SBI dan Inflasi berpengaruh terhadap NPL KreditKepemilikan Rumah  Variabel bank Size tidak berpengaruh terhadap NPL Kredit Kepemilikan Rumah Muhammad Farhan, Ammara Sattar, Abrar Hussain Chaudhry dan Fareha Economic Determinants of Non Performing Loans: Perceptin of Pakistan Bankers . Variabel dependen : Non Performing Loans NPL Variabel Independen : Interest Rate, Inflation, Teknik analisis data yang digunakan adalahRegresi Berganda atau Ordinary Least Square OLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :  Variabel Interest Rate, Inflation, Unemployment, Exchange Rate, dan Energy Crisis berpengaruh 55 Khalil 2012 Unemployment, Exchange Rate, Energy Crisis , GDP. positif signifikan terhadap NPL.  Sedangkan variabel GDP berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL. Kevin Greenidge dan Tiffany Grosvenor 2010 Forecasting Non Performing Loans in Barbados Variabel dependen : Non Performing Loan NPL Variabel independen :  GDP, Inflasi, Weighted Average Lending Rate, Bank Size, Total Loan Growth Teknik analisis data yang digunakan adalah Autoregressive Distributive Lag ARDL. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :  Variabel GDP, dan variabel Total Loan Growth berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL.  Variabel Inflasi, Weighted Average Lending Rate, dan Bank Size berpengaruh positif signifikan terhadap NPL Zakiah Dwi Poetry 2011 Pengaruh variabel Makro dan Mikro Terhadap NPL Perbankan Konvensional dan NPF Perbankan Syariah. Variabel Dependen  Non Performing Loan NPL  Non Performing Financing NPF Variabel Independen Penelitian ini menggunakan metode VAR Vector Auto Regression atau VECM Vector Error Correction Model Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. NPL merespon positif terhadap guncangan variabel inflasi dan SBI dan merespon negatif terhadap guncangan variabel 56  Loan to Deposit Ratio LDR,  Financing to Deposit Ratio FDR, dan  Capital Adequacy Ratio CAR,  Sertifikat Bank Indonesia SBI,  Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS,  Inflasi, GDP Nilai Tukar Rupiah Nilai Tukar Rupiah,LDR dan CAR. 2. NPF merespon positif terhadap guncangan variabel GDP dan CAR dan merespon negatif terhadap guncangan variabel Nilai Tukar, inflasi, SBIS, dan FDR Harry Andra 2010 Analisis Pengaruh Instrumen Kebijakan Moneter Konvensional dan Instrumen Kebijakan Moneter Syariah Terhadap Variabel Dependen  NPL  NPF  ROA  LDR  FDR Variabel Independen  SBI Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square OLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:  Variabel SBI dan SBIS berpengaruh terhadap NPL Bank Syariah sedangkan hanya variabel SBIS yang mempengaruhi NPF Bank 57 Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah  SBIS Syariah  Variabel SBI dan SBIS Berpengaruh terhadap ROA Bank Konvensional sedangkan tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Syariah  Variabel SBI dan SBIS tidak berpengaruh terhadap LDR Bank Konvensional  Variabel SBI berpengaruh terhadap FDR Bank Syariah Inovasi Amali Husna 2014 Pengaruh Size,Net Core Operating Margin, Financing to Deposit Ratio, Risk Weight Asset ,Alokasi Piutang Muarabahah dabanding pembiayaan PLS dan Makroekonomi Terhadap Resiko Variabel Dependen: Non Performing Financing NPF Variabel Dependen:  Total Aset  NCOM  FDR  RWA  Rasio alokasi pembiayaan Murabahah terhadap alokasi Teknik Analisis data yang digunakan adalah: Metode Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:  Variabel Asset dan RWA berpengaruh positif signifikan terhadap NPF  Variabel Kurs berpengaruh negative signifikan terhadap NPF  Variabel NCOM,RF dan SBIS tidak berpengaruh terhadap NPF 58 Pembiayaan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Pembiayaan Profit Loss Sharing RF  Jumlah Uang Beredar  Tingkat Kurs  SBIS Sumber :diolah dari berbagai refrensi

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan Rodoni,2010:15. Berikut penjelasan dari kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan : Kegiatan utama bank adalah memberikan kredit kepada nasabahnya. Pemberian kredit yang sehat berimplikasi pada kelancaran pengembalian pokok atau bagi hasil oleh nasabah secara langsung dapat mempengaruhi kinerja bank.Bank harus meminimalisir kredit macet atau pembiayaan bermasalah dalam istilah perbankan syariah Non Performing Financing NPF yang harus dijaga jangan sampai melewati batas sehat 5 Bank Indonesia.Oleh karena itu pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing NPF berpengaruh dalam dunia perbankan syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS merupakan surat berharga 59 berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang rupiah.SBIS berguna untuk menjaga likuiditas dari perbankan sehingga dana yang tidak digunakan untuk membeli SBIS dapat digunakan untuk pembiayaan produktif.Meningkatnya pembiayaan produktif tentu akan meningkatkan pulan resiko pembiayaan yang harus dihadapi oleh bank syariah. Tingkat nilai tukar mata uang domestik sangat terkait dengan kredit bermasalah, mengingat bahwa depresiasi mata uang domestik dapat menyebabkan meningkatnya pembiayaan impor yang dapat meningkatkan biaya produksi.Sehingga bagi importer, akan memberikan pengaruh terhadap pendapatan mereka yang berimbas pada meningkatnya pembiayaan bermasalah. Inflasi adalah keadaan perekonomian dimana terjadi kenaikkan harga secara cepat sehingga akan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat yang berakibat pada penurunan penjualan. Penurunan penjualan yang terjadi dapat menurunkan return perusahaan. Penurunan return yang terjadi akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar angsuran kredit. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS, Nilai Tukar KURS dan Inflasi terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010- Desember 2013. Data dari masing-masing variabel berasal dari situs resmi Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan Laporan Publikasi Bank Indonesia serta Badan Pusat Statistik BPS. Metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah model Regresi 60 Linier Berganda menggunakan software Eviews 6 dengan metode Ordinary Least Square OLS yang selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu, uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Setelah melakukan Melakukan uji asumsi klasik dilanjutkan dengan melakukan Uji statistik yaitu Uji t, Uji F dan Uji Koefisien Determinasi agar penelitian dapat diuji dengan baik dan benar sesuai metodologi penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan analisis tersebut untuk mengambil hasil dan interprestasi data yang akan menghasilkan kesimpulan dari penelitian ini. Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk mewujudkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini jika divisualisasikan dalam bentuk skema atau model sederhana adalah sebagai berikut: 61 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pengaruh SBIS, Nilai Tukar KURS dan Inflasi Terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010-Desember 2013 SBIS X1 Nilai Tukar X2 Inflasi X3 Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah Di Indonesia Y Model Ekonometrika Regresi Linier Berganda  Uji t  Uji F  Uji R 2 Uji Asumsi Klasik  Uji Normalitas  Uji Multikolinieritas  Uji Heteroskedastisitas  Uji Autokorelasi Kesimpulan dan Saran 62

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan dan jawaban itu masih diuji secara empiris kebenarannya. Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : H : Diduga SBIS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010-Desember 2013 H 1 : Diduga SBIS berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010-Desember 2013 H : Diduga Nilai Tukar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010 - Desember 2013 H 1 :Diduga Nilai Tukar berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010-Desember 2013 H : Diduga Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010 - Desember 2013 H 1 : Diduga Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010- Desember 2013 63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan terhadap variabel dependen yaitu Pembiayaan Bermasalah dari Bank Syariah di Indonesia.Dan variabel independennya yaitu difokuskan pada SBIS, Nilai Tukar dan Inflasi Penelitian ini merupakan penelitian analisis pengaruh karena ingin tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari variabel SBIS,Nilai Tukar dan Inflasi dengan variabel dependen Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan data runtun waktu time series dari Juli 2010-Desember 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari himpunan statistik dari SEKI Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia serta BPS yang didapat dari internet. Diambil juga dari berbagai situs dan website yang merupakan sumber rujukan data untuk relevansi penelitian.

B. Teknik Penentuan Sampel

Sampel adalah suatu himpunan bagian subset dari unit populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian. Sampel yang baik umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut : Kuncoro, 2009:105 1 Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil 64 keputusan yang berhubungan dengan besarnya sampel untuk memperoleh jawaban yang dikehendaki. 2 Sampel yang baik mengidentifikasikan probabilitas dari setiap unit analisis untuk menjadi sampel. 3 Sampel yang baik dengan menghitung akurasi dan pengaruh misalnya kesalahan dalam pemilihan sampel. 4 Sampel yang baik dengan menghitung derajat kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika. Sampel dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Bermasalah Non Performing Financing pada Perbankan Syariah di Indonesia periode Juli 2010-Desember 2013.Sampel yang dipilih adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS, Nilai Tukar KURS dan Inflasi.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Field Research Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui hasil pengolahan pihak kedua data eksternal atau data yang sudah dipublikasi untuk menjelaskan gejala dari suatu fenomena seperti pusat refrensi Bank Indonesia 65 b. Library research Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid. c. Internet research Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang juga berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman

D. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Dalam penelitian ini menggunakan jenis metode kuantitatif dengan format deduktif yang dimulai dari keadaan umum menuju ke hal-hal yang khusus. Dalam pengolahan data, digunakan penerapan metode kuadrat terkecil biasa Ordinary Least SquareOLS. Pemilihan alat analisis Ordinary Least Square ini digunakan untuk mencapai penyimpangan atau error yang minimum dengan menggunakan analisis regresi berganda multiple regression yaitu digunakan lebih dari sebuah variabel bebas Nachrowi, 2006:9. 66 Menurut Wing W. Winarno 2009:4.1 OLS bertujuan mengetahui hubungan antara suatu variabel dependen dan variabel independen, apabila terdapat beberapa variabel independen. Untuk Analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer yaitu, program Excel 2007 dan program Eviews 6. Dalam metode OLS ini dapat memberikan koefisien yang baik atau bersifat BLUE best linier unbiased estimator yang dalam hal ini harus bebas dari uji asumsi klasik.

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat multikolinieritas,heterokedastisitas dan autokorelasi.Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum Best Linier Unbiased Estimator = BLUE,yang berarti model regresi tidak ada masalah.Untuk itu diperlukan pendeteksian lebih lanjut diantaranya: Nachrowi,2006

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan, t menggunakan Jarque-Bera test. Menurut Winarno, 2007: 3.10 Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan Jarque-Bera test. Uji ini menggunakan hasil estimasi residual dan chi square probability distribution. Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakahdata berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan data 67 bersifat normal. Mekanisme untuk mendapatkan nilai J-B adalah Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :              4 3 6 2 2 K S k N Bera Jarque S adalah skewness, K adalah kurtosis, k menggambarkan banyaknya koefisien yang digunakan dalam persamaan. Cara lain untuk mengetahui data tersebut normal atau tidak dengan menggunakan Uji Jarque-Bera untuk melihat apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: H : Data berdistribusi Normal H 1 : Data tidak berdistribusi Normal Bila probabilitas ObsR 2 0.05 terima H , tolak H 1 Bila probabilitas ObsR 2 0.05 tolak H , terima H 1 Dengan H pada data berdistribusi normal, uji Jarque-Bera didistribusikan dengan X 2 dengan derajat bebas degree of freedom sebesar 2. Probability menunjukkan kemungkinan nilai Jarque-Bera melebihi nilai terobservasi di bawah hipotesis nol, Wing W. Winarno, 2009:5.37.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan linier antar beberapa atau semua variabel independen dalam

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh inflasi srtifikat bank Indonesia Syariah (SBIS), non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia (periode januari 2007--maret 2011)

6 43 157

Analisis Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia

4 18 134

Analisis pengaruh tingkat inflasi, kurs, dan nisbah bagi hasil terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah di Indonesia (Desember 2010 - Juli 2013)

0 9 143

Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

4 85 159

Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

0 5 119

Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF), Kurs, dan Inflasi Terhadap Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode Januari 2010- Januari 2016)

8 37 116

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

10 32 105

Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia periode 2010-2014

0 5 104

PENDAHULUAN Pengaruh Dana Pihak Ketiga (Dpk), Kas, Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Sbis) Terhadap Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2010-2014 SKRIPSI.

0 1 9

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 1 12