39 jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit penghitung moneter
terhadap barangkomoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi deflation
. Menurut Case dan Fair 2004:58 inflasi adalah kenaikan
tingkat harga keseluruhan. Itu terjadi ketika harga naik secara serempak. Inflasi dapat diukur dengan melihat sejumlah besar barang
dan jasa dan menghitung kenaikan harga rata-rata selama beberapa periode tertentu.
Menurut Boediono 1987:161 inflasi adalah kecendrungan dari harga-harga untuk menaikkan secara umum dan terus-menerus
dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain
Inflasi diukur dengan tingkat inflasi rate of inflation yaitu tingkat perubahan dan tingkat harga secara umum. Persamaannya
adalah:
Umumnya, otoritas yang bertanggung jawab dalam mencatat statistik perekonomian suatu Negara menggunakan consumer price
index dan producer price index sebagai pengukur tingkat inflasi Karim,2010:136.
Tingkat harga
t
– tingkat harga
t-1
Tingkat harga
t-1
x 100 = Rate of Inflation
40 Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai factor antara lain : konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihanya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang www.wikipedia.com
b. Macam-Macam Inflasi
1 Berdasarkan TingkatLaju Inflasi Menurut Paul A. Samuelson, seperti sebuah penyakit
macam inflasi berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a Moderate inflation , disebut juga “inflasi satu digit”, adalah
inflasi dengan karakteristik terjadinya kenaikan harga secara lambat. Pada umumnya, pada tingkat inflasi ini, orang masih
mau memegang uang tunai dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.
b Galloping inflation, yaitu inflasi yang terjadi pada tingkatan 20 sampai 200 per tahun. Pada tingkatan inflasi ini, orang
hanya mau memegang uang seperlunya, dan cenderung menyimpan kekayaan dalam bentuk aset-aset riil. Pasar uang
akan mengalami penyusutan dan dana dialokasikan melalui cara-cara selain yang berorientasi pada tingkat bunga. Orang
hanya bersedia memberikan pinjaman dengan tingkat bunga
41 yang sangat tinggi. Inflasi jenis ini mengakibatkan terjadinya
gangguan serius pada perekonomian karena masyarakat cenderung menyalurkan dananya untuk berinvestasi di luar
negeri daripada di dalam negeri capital outflow. c Hyper inflation, yaitu inflasi dengan tingkat sangat tinggi,
berkisar antara jutaan persen per tahun. Jika banyak pemerintahan masih sanggup bertahan menghadapi galloping
inflation , maka tidak ada yang dapat bertahan menghadapi
inflasi jenis ini. Contohnya adalah Weimar Republic di Jerman pada tahun 1920-an.
2 Berdasarkan Sumber atau Penyebab Inflasi
Inflasi berdasarkan sumber atau penyebab inflasi, inflasi dapat digolongkan sebagai berikut:
a Natural Inflation dan Human Error Inflation. Sesuai dengan namanya natural Infaltion adalah inflasi yang terjadi karena
sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Human error Inflation adalah
inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.
b Actual anticipated expected inflation dan unanticipated unexpected inflation.
Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan suku bunga pinjaman
nominal dikurangi inflasi. Sedangkan pada unexpected
42 inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau
tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi. c Demand pull inflation, inflasi ini biasanya terjadi pada masa
perekonomian sedang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan tinggi, dan
selanjutnya daya beli masyarakat bisa tinggi. Daya beli tinggi mendorong permintaan melebihi total produk yang tersedia.
Permintaan aggregate meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, akibatnya timbul
inflasi. Hal ini dapat ditunjukkan oleh grafik berikut:
Gambar 2.1 Demand Pull Inflation
P AS
P
2
P
1
AD
2
AD
1
0 Q
1
Q
2
Q
Kondisi ini mendatangkan uang yang lebih di dalam negeri, sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat naik
AD
, atau pada grafik dilukiskan sebagai kurva AD yang bergeser
ke kanan, mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan
P
. d Cosh push inflation, inflasi ini terjadi bila biaya produksi
mengalami kenaikan secara terus menerus. Kenaikan biaya
43 produksi dapat berawal dari kenaikan harga input seperti
kenaikan upah minimum, kenaikan BBM, kenaikan bahan baku dan kenaikan input yang lainnya. Hal ini dapat
digrafikkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Cost Push Inflation
P AS
2
P
2
AS
1
P
1
AD
0 Q
2
Q
1
Q
Dengan adanya kenaikan biaya produksi
P
, selanjutnya menurunkan tingkat produksi
AS
. Sehingga dalam pasar jumlah quantitas atas produksi tersebut mengalami
penurunan Q
2
ke Q
1
. e Spiralling Inflation. Inflasi jenis ini adalah inflasi yang
diakibatkan oleh inflasi akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
f Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami
oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam
44 pasar perdagangan internasional. Domestic Inflation bisa
dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara lainnya
Karim,2010:138.
c. Indikator Inflasi
Ada beberapa indikator yang dapat menggambarkan terjadinya inflasi antara lain Indeks Biaya Hidup cost of living, Indeks Harga
Konsumen consumen price index, Indeks Implisit Produk Nsional GNP Deflator atau Indeks Harga Perdagangan Besar whole sale
prices index .Masing-masing pengukuran tersebut memiliki kelemahan
dan kelebihannya.Jika pengukuran dimaksud untuk menetapkan upah buruh riil maka lebih tepat digunakan Indeks Biaya Hidup IBH atau
Indeks Harga Konsumen IHK.Sementara GNP Deflator yang cakupannya lebih luas dibandingkan dengan indeks yang lainnya lebih
mencerminkan perkembangan tingkat harga umum. a Indeks Harga Konsumen
Indeks Harga Konsumen adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga antarwaktu dari suatu paket jenis barang
atau jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dengan dasar suatu periode tertentu
Inflasi = x 100
b Indeks Harga Perdagangan Indeks perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah
45 barang pada tingkat perdagangan besar.Termasuk didalamnya
harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi.Indeks ini sejalan atau searah dengan indeks harga konsumen.
Inflasi = c GNP Deflator
GNP Deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GNP dan jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dua indeks lainnya.GNP Deflator diperoleh dengan membagi GNP Nominal atas dasar harga yang berlaku dengan
GNP Riil atas dasar harga konstan atau : GNP Deflator =
x 100
d. Inflasi dalam Pandangan Islam
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena :
1 Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan, fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari
unit perhitungan. 2 Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat. 3 Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-
primer dan barang-barang mewah. 4 Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif, yaitu
46 penumpukkan kekayaan seperti : tanah, bangunan, logam mulia,
mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti : pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi 1364 M –
1441 M, menggolongkan inflasi dalam dua golongan, yaitu : a
Natural Inflation Inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah, di
mana orang tidak mempunyai kendali. Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan
oleh turunnya Penawaran Agregatif AS atau naiknya Permintaan Agregatif AD.
Jika memakai perangkat analisis konvensional yaitu persamaan : dimana : M = jumlah uang beredar
V = kecepatan peredaran uang P = tingkat harga
T = jumlah barang dan jasa Y = tingkat pendapatan nasional GDP
maka Natural Inflation dapat diartikan sebagai : Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi
dalam suatu perekonomian T. Misalnya T sedangkan M dan ↑
tetap, maka konsekuensinya P . Maksudnya, jika barang dan jasa yang dihasilkan sedikit tetapi uang yang ada di masyarakat banyak,
maka untuk memperoleh barang dan jasa tersebut masyarakat harus membayar dengan harga lebih karena keterbatasan barang dan jasa
47 tersebut.
Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari pada nilai impor, sehingga secara netto
terjadi impor uang yang mengakibatkan M sehingga jika ↑ dan T tetap maka P .
b Human Error Inflation Human Error Inflation
dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu sendiri. Human
Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-
penyebabnya sebagai berikut: 1 Korupsi dan administrasi yang buruk corruption and Bad
Administration Jika kita merunjuk pada persamaan MV = PT, maka
korupsi akan mengganggu tingkat harga P karena para produsen akan menaikkan harga jual produksinya untuk
menutupi biaya-biaya yang telah mereka keluarkan. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada
sehingga akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi high cost economy
. Pada akhirnya, akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang akan merugikan masyarakat secara keseluruhan.
Jika merujuk pada persamaan AS-AD maka akan terlihat bahwa korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk akan
menyebabkan kontraksi pada kurva Penawaran Agregatif AS .
48 2 Pajak yang berlebihan Excessive Tax;
Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh
korupsi dan administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada kurva Penawaran Agregatif AS .
3 Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan Excessive Seignorage.
Seignorage arti tradisionalnya adalah keuntungan dari pencetakan koin yang didapat oleh percetakannya di mana
biasanya percetakan tersebut dimiliki oleh pihak penguasa atau kerajaan. Para otoritas moneter di negara-negara Barat umumnya
meyakini bahwa
pencetakan uang
akan menghasilkan
keuntungan bagi pemerintah. Di lain pihak, ekonom Islam Ibn al-Maqrizi berpendapat
bahwa pencetakan uang yang berlebihan jelas-jelas akan mengakibatkan naiknya t
ingkat harga P secara keseluruhan inflasi. Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa uang sebaiknya
dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi jual-beli dan dalam pecahan yang mempunyai nilai
nominal kecil.
e. Hubungan Inflasi dengan Pembiayaan Bermasalah
Menurut Kamus Bank Indonesia, inflasi adalah keadaan perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga secara cepat
49 sehingga berdampak pada menurunnya daya beli, sering pula diikuti
menurunnya tingkat tabungan dan atau investasi karena meningkatnya konsumsi masyarakat dan hanya sedikit untuk tabungan jangka
panjang.Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar
yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Inflasi akan mempengaruhi kegiatan ekonomi baik secara makro maupun mikro termasuk kegiatan investasi. Inflasi juga
menyebabkan penurunan daya beli masyarakat yang berakibat pada penurunan penjualan.Penurunan penjualan yang terjadi dapat
menurunkan return perusahaan. Penurunan return yang terjadi akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar angsuran
kredit. Pembayaran angsuran yang semakin tidak tepat menimbulkan kualitas kredit semakin buruk bahkan terjadi kredit macet sehingga
meningkatkan Non-Performing Loan.Indrawan,2011:71 Inflasi
yang tinggi
juga menyebabkan
menurunkan pendapatan rill masyarakat sehingga standar hidup masyarakat juga
turun. Dengan meningkatnya inflasi maka akan mengakibatkan kemampuan nasabah dalam membayar cicilan kreditnya menjadi
berkurang karena hampir seluruh penghasilan yang dimiliki telah dipergunakan untuk keperluan konsumsi sehari-hari.
Menurut penelitian Rahmawulan 2008, Inflasi berpengaruh positif signifikan.Hal ini mengindikasikan bahwa ketika terjadi inflasi
dimana terjadi kenaikkan harga secara terus-menerus, daya beli
50 masyarakat akan menurun karena nilai uang terus tergerus inflasi. Hal
ini menyebabkan turunnya penjualan dan kondisi dunia usaha atau bisnispun melemah.Kondisim tersebut menyebabkan nasabah
perbankan mengalami kesulitan untuk mengembalikan kreditnya pada perbankan, sehingga kredit macet akan mengalami peningkatan.
B. Penelitian Terdahulu
Sebelum penulis melakukan penelitian ini telah ada penelitian terdahulu mengenai variabel Pembiayaan Bermasalah atau Non Performing
Financig NPF, Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS, Nilai Tukar dan
Inflasi. Diantaranya seperti yang penulis jabarkan pada permasalahan dibawah
ini :
Penelitian pertama dilakukan oleh Risky Indrawan 2013 dengan judul Analisis Pengaruh LDR,SBI,Bank Size dan Inflasi terhadap Non
Performing Loan NPL Kredit Kepemilikan Rumah Bank PERSERO Tahun
2006-2012.Variabel yang diteliti adalah NPL,LDR,SBI,Bank Size dan Inflasi dengan menggunakan metode regresi linier berganda dengan softwere
SPSS.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti yaitu loan to deposit ratio
, suku bunga SBI, bank size dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai non performing loan
KPR.Variabel LDR, SBI dan Inflasi berpengaruh terhadap NPL KreditKepemilikan Rumah sedangkan variabel bank Size tidak berpengaruh
terhadap NPL Kredit Kepemilikan Rumah. Penelitian kedua dilakukan oleh Muhammad Farhan, Ammara Sattar,
Abrar Hussain Chaudhry dan Fareha Khalil 2012. University of the Pujab
51 Lahore, Pakistan. Dalam penelitian yang berjudul “Economic Determinants of
Non Performing Loans: Perceptin of Pakistan Bankers ”. ↑ariabel dalam
penelitian ini adalah Interest Rate, Inflation, Unemployment, Exchange Rate, Energy Crisis
, GDP dan Non Performing Loans NPL. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Interest Rate, Inflation,
Unemployment, Exchange Rate, Energy Crisis , GDP terhadap Non Performing
Loans NPL. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Berganda
atau Ordinary Least Square OLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Interest Rate, Inflation, Unemployment, Exchange Rate, dan Energy
Crisis berpengaruh positif signifikan terhadap NPL. Sedangkan variabel
GDP berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL. Penelitian ketiga dilakukan oleh Kevin Greenidge dan Tiffany
Grosvenor 2010. Research Department, Central Bank of Barbados. Dalam penelitian yang berjudul “Forecasting Non Performing Loans in Barbados”.
Variabel dalam penelitian ini adalah GDP, Inflasi, Weighted Average Lending Rate, Bank Size, Total Loan Growth
dan Non Performing Loans NPL. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh GDP, Inflasi,
Weighted Average Lending Rate, Bank Size, Total Loan Growth terhadap Non
Performing Loans NPL. Teknik analisis data yang digunakan adalah
Autoregressive Distributive Lag ARDL. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel GDP, dan variabel Total Loan Growth berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL, Variabel Inflasi, Weighted Average Lending Rate,
dan Bank Size berpengaruh positif signifikan terhadap NPL
52 Penelitian keempat dilakukan oleh Zakiah Dwi Poetry 2011 yang
berjudul “Pengaruh variabel Makro dan Mikro Terhadap NPL Perbankan Konvens
ional dan NPF Perbankan Syariah”.Variabel yang diteliti adalah Non Performing Loan
NPL, Non Performing Financing NPF Loan to Deposit Ratio
LDR, Financing to Deposit Ratio FDR, dan Capital Adequacy Ratio CAR, Sertifikat Bank Indonesia SBI,Sertifikat Bank Indonesia Syariah
SBIS,Inflasi ,Nilai Tukar Rupiah dan GDP.Metode yang digunakan adalah analisa kuantitatif VAR Vector Auto Regression atau VECM Vector Error
Correction Model dengan hasil bahawa :
1. Hasil analisis menunjukkan bahwa NPL merespon positif terhadap guncangan variabel inflasi dan SBI dan merespon negatif terhadap
guncangan variabel Nilai Tukar Rupiah,LDR dan CAR. 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa NPF merespon positif terhadap
guncangan variabel GDP dan CAR dan merespon negatif terhadap guncangan variabel Nilai Tukar, inflasi, SBIS, dan FDR
Penelitian kelima dilakukan oleh Harry Andra 2010 dengan judul “Analisis Pengaruh Instrument Kebijakan Moneter Konvensional dan
Instrumen Kebijakan Moneter Syariah Terhadap Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah”.↑ariabel yang diteliti adalah Non Performing Loan
NPL,Non Performing Financing NPF, Return On Asset ROA, Loan to Deposit Ratio
LDR, Financing to Deposit Ratio FDR,Sertifikat Bank Indonesia
SBI dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ordinary Least Square OLS
dengan hasil bahwa:
53 1. Variabel SBI dan SBIS berpengaruh terhadap NPL Bank Syariah
sedangkan hanya variabel SBIS yang mempengaruhi NPF Bank Syariah 2. Variabel SBI dan SBIS Berpengaruh terhadap ROA Bank Konvensional
sedangan tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Syariah 3. Variabel SBI dan SBIS tidak berpengaruh terhadap LDR Bank
Konvensional dan variabel SBI berpengaruh terhadap FDR Bank Syariah
Penelitian keenam dilakukan oleh Inovasi Amali Husna 2013 dengan judul “Pengaruh Size,Net Core Operating Margin,Financing to
Deposit Ratio,Risk Weight Asset ,Alokasi Piutang Muarabahah dibanding
pembiayaan PLS dan Makroekonomi Terhadap Resiko Pembiayaan Pada Perbankan Syariah di Indonesia” .↑ariabel yang diteliti adalah Non
Performing Financing NPF,Total Aset, Net Core Operating Margin
NCOM, Financing to Deposit Ratio FDR, Risk Weight Asset RWA, Rasio alokasi pembiayaan Murabahah terhadap alokasi Pembiayaan Profit
Loss Sharing RF, Jumlah Uang Beredar, Tingkat Kurs dan SBIS.Metode
analisis yang digunakan adalah Metode Analisis Regresi Linier Berganda Dengan hasil bahwa Variabel Asset dan RWA berpengaruh positif
signifikan terhadap NPF, Variabel Kurs berpengaruh negative signifikan terhadap NPF serta Variabel NCOM,RF dan SBIS tidak berpengaruh
terhadap NPF.
54
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Penulis
Judul Variabel
Hasil
Risky Indrawan
2013 Analisis
Pengaruh LDR,SBI,Bank
Size dan Inflasi terhadap
NPLNon Performing Loan
Kredit Kepemilikan
Rumah Bank PERSERO Tahun
2006-2012.
Variabel dependen Non
Performing Loan
Variabel Independen:
LDR SBI
Bank Size Inflasi
Teknik analisis data yang digunakan adalah
Regresi Berganda
atau Ordinary Least Square
OLS. Hasil penelitian menunjukan bahwa
: Variabel bebas yang diteliti yaitu
loan to deposit ratio , suku bunga
SBI, bank size dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap perubahan nilai non performing loan
KPR. Variabel LDR, SBI dan Inflasi
berpengaruh terhadap
NPL KreditKepemilikan Rumah
Variabel bank Size tidak berpengaruh
terhadap NPL
Kredit Kepemilikan Rumah Muhammad
Farhan, Ammara
Sattar, Abrar
Hussain Chaudhry
dan Fareha Economic
Determinants of Non Performing
Loans: Perceptin
of Pakistan
Bankers .
Variabel dependen :
Non Performing
Loans NPL
Variabel Independen :
Interest Rate,
Inflation, Teknik analisis data yang digunakan
adalahRegresi Berganda
atau Ordinary Least Square
OLS. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa : Variabel Interest Rate, Inflation,
Unemployment, Exchange Rate, dan Energy Crisis berpengaruh
55 Khalil
2012 Unemployment,
Exchange Rate,
Energy Crisis
, GDP.
positif signifikan terhadap NPL. Sedangkan
variabel GDP
berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL.
Kevin Greenidge
dan Tiffany Grosvenor
2010 Forecasting
Non Performing Loans
in Barbados
Variabel dependen :
Non Performing
Loan NPL
Variabel independen :
GDP, Inflasi, Weighted
Average Lending Rate,
Bank Size,
Total Loan
Growth Teknik analisis data yang digunakan
adalah Autoregressive Distributive Lag
ARDL. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa : Variabel GDP, dan variabel
Total Loan Growth berpengaruh
negatif signifikan
terhadap NPL.
Variabel Inflasi,
Weighted Average Lending Rate,
dan Bank Size
berpengaruh positif signifikan terhadap NPL
Zakiah Dwi Poetry
2011 Pengaruh
variabel Makro dan
Mikro Terhadap NPL
Perbankan Konvensional
dan NPF
Perbankan Syariah.
Variabel Dependen
Non Performing
Loan NPL
Non Performing
Financing NPF
Variabel Independen
Penelitian ini menggunakan metode VAR Vector Auto Regression atau
VECM Vector Error Correction Model
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :
1. NPL merespon positif terhadap guncangan variabel inflasi dan
SBI dan merespon negatif terhadap guncangan variabel
56 Loan
to Deposit Ratio
LDR, Financing to
Deposit Ratio FDR, dan
Capital Adequacy
Ratio CAR,
Sertifikat Bank Indonesia
SBI, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah
SBIS, Inflasi,
GDP Nilai
Tukar Rupiah
Nilai Tukar Rupiah,LDR dan CAR.
2. NPF merespon positif terhadap guncangan variabel GDP dan
CAR dan merespon negatif terhadap guncangan variabel
Nilai Tukar, inflasi, SBIS, dan FDR
Harry Andra 2010
Analisis Pengaruh
Instrumen Kebijakan
Moneter Konvensional
dan Instrumen Kebijakan
Moneter Syariah
Terhadap Variabel
Dependen NPL
NPF ROA
LDR FDR
Variabel Independen
SBI Penelitian ini menggunakan metode
Ordinary Least Square OLS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
Variabel SBI dan
SBIS berpengaruh
terhadap NPL
Bank Syariah sedangkan hanya variabel
SBIS yang
mempengaruhi NPF
Bank
57 Kinerja
Bank Konvensional
dan Bank
Syariah SBIS
Syariah Variabel SBI
dan SBIS
Berpengaruh terhadap ROA Bank Konvensional sedangkan
tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Syariah
Variabel SBI dan SBIS tidak berpengaruh
terhadap LDR
Bank Konvensional Variabel SBI berpengaruh
terhadap FDR Bank Syariah Inovasi
Amali Husna
2014 Pengaruh
Size,Net Core Operating
Margin, Financing to
Deposit Ratio, Risk Weight
Asset ,Alokasi
Piutang Muarabahah
dabanding pembiayaan
PLS dan Makroekonomi
Terhadap Resiko
Variabel Dependen:
Non Performing
Financing NPF
Variabel Dependen:
Total Aset NCOM
FDR RWA
Rasio alokasi
pembiayaan Murabahah
terhadap alokasi
Teknik Analisis data yang digunakan adalah:
Metode Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa: Variabel Asset dan RWA
berpengaruh positif signifikan terhadap NPF
Variabel Kurs berpengaruh negative signifikan terhadap
NPF Variabel NCOM,RF dan SBIS
tidak berpengaruh terhadap NPF
58 Pembiayaan
Pada Perbankan Syariah di
Indonesia Pembiayaan
Profit Loss
Sharing RF
Jumlah Uang Beredar
Tingkat Kurs SBIS
Sumber :diolah dari berbagai refrensi
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan Rodoni,2010:15. Berikut penjelasan
dari kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan :
Kegiatan utama bank adalah memberikan kredit kepada nasabahnya. Pemberian kredit yang sehat berimplikasi pada kelancaran pengembalian
pokok atau bagi hasil oleh nasabah secara langsung dapat mempengaruhi kinerja bank.Bank harus meminimalisir kredit macet atau pembiayaan
bermasalah dalam istilah perbankan syariah Non Performing Financing NPF yang harus dijaga jangan sampai melewati batas sehat 5 Bank
Indonesia.Oleh karena itu pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing
NPF berpengaruh dalam dunia perbankan syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS merupakan surat berharga
59 berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang rupiah.SBIS
berguna untuk menjaga likuiditas dari perbankan sehingga dana yang tidak digunakan untuk membeli SBIS dapat digunakan untuk pembiayaan
produktif.Meningkatnya pembiayaan produktif tentu akan meningkatkan pulan resiko pembiayaan yang harus dihadapi oleh bank syariah.
Tingkat nilai tukar mata uang domestik sangat terkait dengan kredit bermasalah, mengingat bahwa depresiasi mata uang domestik dapat
menyebabkan meningkatnya pembiayaan impor yang dapat meningkatkan biaya produksi.Sehingga bagi importer, akan memberikan pengaruh terhadap
pendapatan mereka yang berimbas pada meningkatnya pembiayaan bermasalah.
Inflasi adalah keadaan perekonomian dimana terjadi kenaikkan harga secara cepat sehingga akan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat
yang berakibat pada penurunan penjualan. Penurunan penjualan yang terjadi dapat menurunkan return perusahaan. Penurunan return yang terjadi akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar angsuran kredit. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti Pengaruh Sertifikat Bank
Indonesia Syariah SBIS, Nilai Tukar KURS dan Inflasi terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010-
Desember 2013. Data dari masing-masing variabel berasal dari situs resmi Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan
Laporan Publikasi Bank Indonesia serta Badan Pusat Statistik BPS. Metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah model Regresi
60 Linier Berganda menggunakan software Eviews 6 dengan metode Ordinary
Least Square OLS yang selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik
yaitu, uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Setelah melakukan Melakukan uji asumsi klasik dilanjutkan
dengan melakukan Uji statistik yaitu Uji t, Uji F dan Uji Koefisien Determinasi agar penelitian dapat diuji dengan baik dan benar sesuai
metodologi penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan analisis tersebut untuk mengambil hasil dan interprestasi data yang akan menghasilkan kesimpulan dari
penelitian ini. Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah
kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk mewujudkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini jika divisualisasikan dalam bentuk
skema atau model sederhana adalah sebagai berikut:
61
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Pengaruh SBIS, Nilai Tukar KURS dan Inflasi Terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode
Juli 2010-Desember 2013
SBIS X1
Nilai Tukar X2
Inflasi X3
Pembiayaan Bermasalah
Perbankan Syariah Di
Indonesia Y
Model Ekonometrika
Regresi Linier Berganda
Uji t Uji F
Uji R
2
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Kesimpulan dan Saran
62
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan dan jawaban itu masih diuji secara empiris kebenarannya.
Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : H
: Diduga SBIS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010-Desember
2013 H
1
: Diduga SBIS berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010-Desember
2013 H
: Diduga Nilai Tukar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli
2010 - Desember 2013 H
1
:Diduga Nilai Tukar berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010-Desember
2013 H
: Diduga Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010 -
Desember 2013 H
1
: Diduga Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah di Indonesia Periode Juli 2010-
Desember 2013
63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan terhadap variabel dependen yaitu Pembiayaan Bermasalah dari Bank Syariah di Indonesia.Dan
variabel independennya yaitu difokuskan pada SBIS, Nilai Tukar dan Inflasi Penelitian ini merupakan penelitian analisis pengaruh karena ingin tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari variabel SBIS,Nilai Tukar dan Inflasi dengan variabel dependen Pembiayaan Bermasalah Perbankan
Syariah di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan
data runtun waktu time series dari Juli 2010-Desember 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
himpunan statistik dari SEKI Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia serta BPS yang didapat dari internet. Diambil juga dari berbagai
situs dan website yang merupakan sumber rujukan data untuk relevansi penelitian.
B. Teknik Penentuan Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian subset dari unit populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian. Sampel yang baik umumnya
memiliki karakteristik sebagai berikut : Kuncoro, 2009:105 1 Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil
64 keputusan yang berhubungan dengan besarnya sampel untuk
memperoleh jawaban yang dikehendaki. 2 Sampel yang baik mengidentifikasikan probabilitas dari setiap unit
analisis untuk menjadi sampel. 3 Sampel yang baik dengan menghitung akurasi dan pengaruh
misalnya kesalahan dalam pemilihan sampel. 4 Sampel yang baik dengan menghitung derajat kepercayaan yang
diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika.
Sampel dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Bermasalah Non Performing Financing
pada Perbankan Syariah di Indonesia periode Juli 2010-Desember 2013.Sampel yang dipilih adalah Sertifikat Bank Indonesia
Syariah SBIS, Nilai Tukar KURS dan Inflasi.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Field Research Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh melalui hasil pengolahan pihak kedua data eksternal atau data yang sudah dipublikasi untuk menjelaskan gejala dari
suatu fenomena seperti pusat refrensi Bank Indonesia
65 b. Library research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang
berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
c. Internet research Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau
pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal
tersebut penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang juga berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh merupakan data
yang sesuai dengan perkembangan zaman
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Dalam
penelitian ini menggunakan jenis metode kuantitatif dengan format deduktif yang dimulai dari keadaan umum menuju ke hal-hal yang khusus. Dalam
pengolahan data, digunakan penerapan metode kuadrat terkecil biasa Ordinary Least SquareOLS.
Pemilihan alat analisis Ordinary Least Square ini digunakan untuk mencapai penyimpangan atau error yang minimum dengan menggunakan
analisis regresi berganda multiple regression yaitu digunakan lebih dari sebuah variabel bebas Nachrowi, 2006:9.
66 Menurut Wing W. Winarno 2009:4.1 OLS bertujuan mengetahui
hubungan antara suatu variabel dependen dan variabel independen, apabila terdapat beberapa variabel independen. Untuk Analisis data akan dilakukan
dengan bantuan aplikasi komputer yaitu, program Excel 2007 dan program Eviews
6. Dalam metode OLS ini dapat memberikan koefisien yang baik atau bersifat BLUE best linier unbiased estimator yang dalam hal ini harus bebas
dari uji asumsi klasik.
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat multikolinieritas,heterokedastisitas dan autokorelasi.Uji asumsi klasik
penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum Best Linier Unbiased Estimator =
BLUE,yang berarti model regresi tidak ada masalah.Untuk itu diperlukan pendeteksian lebih lanjut diantaranya: Nachrowi,2006
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan,
t menggunakan Jarque-Bera test. Menurut Winarno, 2007: 3.10 Pengujian normalitas pada penelitian
ini menggunakan Jarque-Bera test. Uji ini menggunakan hasil estimasi residual dan chi square
probability distribution. Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakahdata berdistribusi normal. Uji ini mengukur
perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan data
67 bersifat normal. Mekanisme untuk mendapatkan nilai J-B adalah
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
4
3 6
2 2
K S
k N
Bera Jarque
S adalah skewness, K adalah kurtosis, k menggambarkan banyaknya koefisien yang digunakan dalam persamaan.
Cara lain untuk mengetahui data tersebut normal atau tidak dengan menggunakan Uji Jarque-Bera untuk melihat apakah data
yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis: H
: Data berdistribusi Normal H
1
: Data tidak berdistribusi Normal Bila probabilitas ObsR
2
0.05 terima H , tolak H
1
Bila probabilitas ObsR
2
0.05 tolak H , terima H
1
Dengan H pada data berdistribusi normal, uji Jarque-Bera
didistribusikan dengan X
2
dengan derajat bebas degree of freedom sebesar 2. Probability menunjukkan kemungkinan nilai Jarque-Bera
melebihi nilai terobservasi di bawah hipotesis nol, Wing W. Winarno, 2009:5.37.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan linier antar beberapa atau semua variabel independen dalam