Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS
83 mekanisme yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengontrol
kestabilan nilai tukar rupiah. Dengan menjual SBIS, maka Bank Indonesia akan dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Oleh karena itu
nilai SBIS selalu berfluktuasi.Perkembangan SBIS Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010-2013 terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.2 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS
Tahun 2010-2013
Sumber: Bank Indonesia Data diolah Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat terlihat bahwa
Perkembangan SBIS mengalami fluktuatif.Pada akhir tahun 2010 nilai SBIS mencapai Rp 5.408 miliyar kemudian menurun pada bulan Juli 2011
sebesar Rp 2.576 miliyar dan meningkat secara cepat pada awal tahun 2012 yaitu sebesar Rp 10.663 miliyar. Hal ini dikarenakan tingkat
penghimpunan dana pihak ketiga sebagian dialokasiakan pada SBIS. Naik
84 turunnya nilai SBIS sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya proporsi DPK
yang dialokasikan untuk kegiatan sektor riil maupun dialokasikan pada instrumen SBIS. Pada dasarnya SBIS adalah instrumen moneter yang
diciptakan untuk mengatasi kelebihan likuiditas bank sebagai alat investasi alternatif agar tidak ada dana yang menganggur.
Pada tahun 2013 nilai SBIS kembali menurun hingga mencapai Rp 4.709 miliyar.Dan kembali meningkat diakhir tahun 2013 menjadi Rp.
6.699 miliyar. Fluktuasi dari pergerakan nilai SBIS disebabkan oleh penurunan BI Rate yang diikuti dengan menurunnya suku bunga pinjaman
pada bank konvensional, yang ditengerai mendorong terjadinya perpindahan dana nasabah bank konvensional ke bank syariah karena
tingkat imbalan yang ditawarkan bank syariah lebih menarik.