Uji Asumsi Klasik Analisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai tukar (kurs) dan inflasi terhadap pembiayaan bermasalah perbankan syariah di Indonesia periode Juli 2010-Desember 2013

67 bersifat normal. Mekanisme untuk mendapatkan nilai J-B adalah Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :              4 3 6 2 2 K S k N Bera Jarque S adalah skewness, K adalah kurtosis, k menggambarkan banyaknya koefisien yang digunakan dalam persamaan. Cara lain untuk mengetahui data tersebut normal atau tidak dengan menggunakan Uji Jarque-Bera untuk melihat apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: H : Data berdistribusi Normal H 1 : Data tidak berdistribusi Normal Bila probabilitas ObsR 2 0.05 terima H , tolak H 1 Bila probabilitas ObsR 2 0.05 tolak H , terima H 1 Dengan H pada data berdistribusi normal, uji Jarque-Bera didistribusikan dengan X 2 dengan derajat bebas degree of freedom sebesar 2. Probability menunjukkan kemungkinan nilai Jarque-Bera melebihi nilai terobservasi di bawah hipotesis nol, Wing W. Winarno, 2009:5.37.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan linier antar beberapa atau semua variabel independen dalam 68 model regresi. Multikolinieritas merupakan keadaan di mana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya jika di antara peubah-ubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Menurut Nachrowi 2006:95 Jika tidak ada korelasi antara kedua variabel tersebut, maka koefisien pada regresi majemuk akan sama dengan koefisien pada regresi sederhana. Hubungan linier antar variabel bebas ini yang disebut multikolinieritas. Pada penelitian ini, pendeteksian adanya multikolinieritas dengan menggunakan “uji koefisien korelasi” r. sebagai aturan main rule of tumb, menurut Nachrowi 2006:95 jika koefisien korelasi cukup tinggi, misalnya: diatas 0,8, maka diduga terjadi multikolinieritas dalam model. Sebaliknya, jika koefisien relatif rendah maka diduga model tidak terjadi multikolinieritas. Uji koefisien korelasinya yang mengandung unsur kolinieritas, misalnya variabel X1 dan X2. Langkah-langkah pegujian sebagai berikut:  Bila r 0,8 tidak ada multikolinieritas  Bila r 0,8 ada multikolinieritas Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah adanya multikolinieritas, antara lain: melihat informasi sejenis yang ada, mengeluarkan variabel bebas yang kolinier dari model, mentransformasikan variabel, mencari data tambahan 69

c. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas terjadi apabila variansi Ut tidak konstan atau sering berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilai variabel independen Gujarati,2006.Untuk melacak keberadaan heterokedastisitas dalam penelitian ini digunakan Uji White Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,maka disebut Homokedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan Heterokedastisitas.Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas Nachrowi,2006. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Langkah-langkah pegujian sebagai berikut: Hipotesis: H : Tidak ada heteroskedastisitas H 1 : Ada Heteroskedastisitas Bila probabilitas ObsR 2 0.05 Signifikan, H diterima Bila probabilitas ObsR 2 0.05 Tidak signifikan, H ditolak Apabila probabilitas ObsR 2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas. Apabila probabilitas ObsR 2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut 70 dipastikan terdapat heteroskedastisitas. Jika model tersebut harus ditanggulangi melalui transformasi logaritma natural dengan cara membagi persamaan regresi dengan variabel independen yang mengandung heteroskedastisitas. Setelah dilakukan Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji White, kemudian dilanjutkan dengan Uji Autokorelasi.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi diantara anggota observasi yang diurut menurut waktu seperti deret berkala atau ruang seperti data lintas-sektoral.Gujarati,2006 Menurut Nachrowi 2006:196-197 dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data tersebut, ternyata data time series menyimpan berbagai permasalahan, salah satunya yaitu otokorelasi. autokorelasi ini merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka autokorelasi akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk membuat data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data untuk menghilangkan autokorelasi. Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat digunakan uji Langrange Multiplier LM Test atau yang disebut Uji Breusch-Goldfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R- Squared dengan α = 0.05. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut Gujarati, 2006:147 71 Hipotesis : H : Model tidak terdapat Autokorelasi H 1 : Model terdapat Autokorelasi Bila probabilitas ObsR 2 0.05 Signifikan, H diterima Bila probabilitas ObsR 2 0.05 Tidak Signifikan, H ditolak Apabila probabilitas ObsR 2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas ObsR 2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.

2. Uji Independensi Variabel

a. Uji Parsial t-Statistik

Uji-t statistik adalah uji parsial indvidu dimana uji ini dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas independen secara masing-masing parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat dependen pada tingkat signifikansi 0.05 5 dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan. Langkah- langkah yang harus dilakukan untuk uji-t dengan pengujian sebagai berikut: Nachrowi, 2006:19 Hipotesis : H : koefisien variabel bebas β i = 0 Masing-masing variabel bebas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat H 1 : koefisien variabel bebas β i ≠ 0 Masing-masing variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Bila P robabilitas βi 0.05 Tidak Signifikan, H diterima, Tolak H 1 Bila Probabilitas βi 0.05 Signifikan, H ditolak, Terima H 1 72

b. Uji F-Statistik

Uji Fisher Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat dependen pada tingkat signifikansi 0.05 5. Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan pengujian, yaitu : Nachrowi, 2006:17 Hipotesis : H : β i = 0 secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. H 1 : β i ≠ 0 secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Bila Probability βi 0.05 Tidak Signifikan, H diterima, Tolak H 1 Bi la Probability βi 0.05 Signifikan, H ditolak, Terima H 1

c. Uji Koefisien Determinasi adjusted R

2 Nilai koefisien determinasi R 2 ini mencerminkan mengukur seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 R 2 = 0, artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R 2 = 1, artinya variasi dari Y secara kesesluruhan dapat diterangkan oleh X. dengan kata lain jika Adjusted R 2 mendekati 1 satu maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan variabel dependen, tetapi jika Adjusted R 2 mendekati 0 nol, maka variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen.

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh inflasi srtifikat bank Indonesia Syariah (SBIS), non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia (periode januari 2007--maret 2011)

6 43 157

Analisis Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia

4 18 134

Analisis pengaruh tingkat inflasi, kurs, dan nisbah bagi hasil terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah di Indonesia (Desember 2010 - Juli 2013)

0 9 143

Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

4 85 159

Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

0 5 119

Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF), Kurs, dan Inflasi Terhadap Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode Januari 2010- Januari 2016)

8 37 116

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

10 32 105

Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia periode 2010-2014

0 5 104

PENDAHULUAN Pengaruh Dana Pihak Ketiga (Dpk), Kas, Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Sbis) Terhadap Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2010-2014 SKRIPSI.

0 1 9

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 1 12