Perumusan Masalah Simtematika Penulisan

13 ekstensif dan tidak banyak literatur yang membahasnya. 15 Beberapa responden yang peneliti wawancarai adalah sebagai berikut : 1 Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah DKI Jakarta. 2 Dian Purfanto Camat Kramatjati, Jakarta Timur. 3 H.R.M. Amien Haji Camat pasar minggu, Jakarta Selatan. 4 H.M. Delas, Sekretaris Lurah Batu Ampar , Jakarta Timur. 5 Grace Tiaramudi, Lurah Pejaten Timur, Jakarta Selatan. 6 Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung, Jakarta Selatan. 7 Mursyid Hidaya , Ketua RT. 004RW.05 Jalan Raya Margasatwa, Pejaten Barat. Alasan peneliti mewawancarai Badan Kepegawaian Daerah karena Badan Kepegawaian Daerah sebagai ketua dalam tim seleksi lelang jabatan, kemudian peneliti mewawancarai camat, lurah dan ketua RT untuk mendukung jawaban peneliti. Peneliti hanya mendapatkan data dari camat dan lurah di Jakarta timur dan selatan karena keterbatasan waktu. Sumber data diperoleh dari dokumen-dokumen yang peneliti masukan serta hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Sebelum digunakan dalam proses analisis, data dikelompokan terlebih dahulu sesuai dengan jenis dan 15 Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik Jakarta: Prenada Media Group, 2007,h. 104. 14 karakteristik yang menyertainya. Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari sumber asli oleh orang yang melakukan penelitian. 16 Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. 17

c. Analisis Data Penelitian

Analisis data penelitian untuk mengelola data yang sudah dikumpulkan, penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. 18

F. Simtematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini peneliti menyusun pembahasan menjadi beberapa bagian dari sistematika penelitian sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, pada bab ini peneliti akan memaparkan permasalahan yang melatarbelakangi pembahasan dan perumusan masalah serta tujuan terkait dalam penelitian Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI 16 Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan Bandung: CV Pustaka Setia, 2011,h. 146. 17 Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan, h.147. 18 Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan, 100. 15 Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance berdasarkan pada metode penelitian kualitatif. Bab II : Pada bab ini akan dipaparkan menegenai teori dan konsep yang dipergunakan dalam pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan skripsi ini yaitu Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance. Bab III : Pada bab ini peneliti akan membahas tentang gambaran umum atau profil mengenai DKI Jakarta Bab IV : Pada bab ini merupakan bagian yang berisikan tentang permasalahan yang peneliti angkat. Peneliti akan menjelaskan factor-faktor apa yang melatarbelakangi sistem pelelangan jabatan, apakah sistem lelang jabatan Camat dan Lurah dapat mendorong terciptanya good governance di DKI Jakarta dan pelaksanaan lelang jabatan di DKI Jakarta. Bab V : Pada bab ini peneliti akan berusaha untuk menyimpulkan pembahasan mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance. Selanjutnya di bab penutup ini terdapat pula saran dan kritik bagi para pembaca. 16 BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL Kerangka teoritis dan konseptual merupakan penjelasan mendalam mengenai teori-teori dan konsep yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian. Dalam bab ini teori-teori dan konsep akan dipaparkan secara jelas dan rinci yaitu yang berhubungan dengan Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance.

A. Good Governance

Good Governance terdiri dari dua kata “good” dan “governance”. Good yang berarti baik dan governance yang berarti pengurusan, pengelolaan, pengarahan, pembinaan, dan penyelenggaraan pemerintahan. Menurut UNDP governance merupakan pelaksana kewenangan atau kekuasaan dalam bidang ekonomi, politik, dan administratife dalam mengelola berbagai urusan negara agar terciptanya kondisi kesejahteraan, integritas dan kohesivitas sosial dalam masyarakat. 19 Good Governance merupakan proses penyelenggaraan pemerintah dalam suatu negara dengan melibatkan bukan saja negara, tetapi juga semua stake holder yang ada, baik itu di dunia usaha atau bisnis dan 19 Adi Sujatno, Moral Dan Etika Kepemimpinan merupakan Landasan ke Arah Kepemerintahan yang Baik Good Governance, Jakarta : Team4AS, 2007 h. 41-42 17 masyarakat madani civil society. 20 Good Governance merupakan suatu bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut administrasi pembangunan. Pengelolaan perubahan masyarakat dan pengelolaan pembangunan. 21 Untuk mewujudkan good governance adalah suatu persyaratan yang harus dilakukan bagi setiap pemerintahan, seperti Indonesia yang sedang mengalami krisis, baik ekonomi, budaya, sosial, moral, serta kepemimpinan. Oleh karena itu Indonesia perlu mengambil langkah yang strategis guna mewujudkan kepemerintahan yang baik pada era reformasi saat ini. 22 a. Konsep – konsep yang terdapat dalam Good Governance 23 , yaitu :  Teori Political Society terdiri dari partai politik, birokrasi dan negara merupakan kumpulan suatu organisasi dalam masyarakat yang tujuan pendirian dan aktifitas utamanya adalah memperoleh dan menjalankan kekuasaan politik seperti partai politik dan lembaga-lembaga negara.  Teori Economic Society merupakan kumpulan organisasi di dalam masyarakat yang pendirian dan aktifitas tujuan utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan financial seperti korporasi dan unit ekonomi lainnya. 20 Dr. Asmawi Rewansyah MSc, Reformasi Birokrasi dalam Rangka Good Governance Jakarta : CV Yusaintanas Prima,2010 h. 80 21 Prof. H. Bintoro Tjoktoamidjojo, MA, Reformasi Nasional Penyelenggaraan Good Governance dan Perwujudan Masyarakat Madani Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2002 h. 61 22 Adi Sujatno, Moral Dan Etika Kepemimpinan Merupakan landasan ke arah kepemerintahan yang baik Good Governance, Jakarta : Team4AS, 2007 h. 39 23 Ibid., h. 42-43 18  Teori Civil Society merupakan kumpulan organisasi di masyarakat yang tujuan utamanya adalah non politis dan non ekonomi, inisiatif pendiriannya datang dari bawah, menjunjung pluralitas dan mengembangkan demokrasi egaliter. b. Enam prinsip good governance menurut Feisal Tamim sebagai berikut 24 : 1. Competence, yaitu penyelenggaraan pemerintahan suatu daerah harus dilakukan dengan mengedepankan profesionalitas dan kompetensi birokrasi. Maka setiap pejabat yang dipilih atau ditunjuk untuk menduduki suatu jabatan dapat benar-benar yang memiliki kompetensi yang dilihat dari semua aspek penilaian, baik dari pendidikan atau keahlian, pengalaman, moralitas, dedikasi, ataupun aspek lainnya. 2. Transparancy, yaitu dalam proses pengambilan kebijakan publik dan pelaksanaan seluruh fungsi pemerintahan harus diimplementasikan dengan mengacu pada prinsip keterbukaan. Dengan kemudahan mengakses informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif. Hal ini merupakan penyelenggaraan pemerintahan oleh birokrasi yang haknya harus dijunjung tinggi. 3. Accountability, yaitu setiap tugas dan tanggung jawab dalam pemerintahan daerah harus diselenggarakan dengan cara yang terbaik yaitu dengan pemanfaatan sumber daya yang efisien demi keberhasilan 24 Dr. Bambang Istianto HP. M.Si. Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan Publik Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009 h. 107 19 penyelenggaraan pemerintahan di suatu daerah, karena setiap kebijakan dan tindakan yang diambil haruslah dipertanggungjawabkan ke hadapan publik ataupun terhadap hukum. 4. Participation, yaitu dengan adanya otonomi daerah maka magnitude dan intensitas kegiatan suatu daerah menjadi sedemikian besar. Hal ini dihadapkan dengan kemampuan sumber daya masing-masing daerah, maka mau tidak mau harus ada perpaduan antara upaya pemerintah daerah dan masyarakat. Pemerintah daerah harus mampu mendorong prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam setiap upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam rangka setiap meningkatkan keberhasilan pembangunan daerah. 5. Rule of law, yaitu penyelenggaraan pemerintahan daerah harus didasarkan pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang jelas. Dengan demikian perlu dijamin adanya kepastian dan penegakan hukum yang merupakan persyaratan keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. 6. Social justice, yaitu penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam implementasinya harus menjamin penerapan prinsip kesetaraan dan keadilan bagi setiap anggota masyarakat. Tanpa adanya hal tersebut maka masyarakat tidak akan mendukung suatu kebijakan dan program pemerintah daerah. 20 Menurut UNDP, prinsip-prinsip Good Governance, yang Pertama, adalah Accountability, akuntabilitas yaitu adanya mekanisme penggantian pejabat atau penguasa secara berkala, tidak ada usaha untuk membangun monoloyalitas secara sistematis, definisi yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan di bawah kerangka penegakan hukum. Kedua, Transparency atau keterbukaan dapat dilihat dalam tiga aspek yaitu: adanya kebijakan yang terbuka terhadap pengawasan, adanya akses informasi, sehingga masyarakat dapat menjangkau setiap kebijakan pemerintah, berlakunya check and balance antara eksekutif dan legeslatif. Dalam hal ini transparansi bertujuan untuk membangun rasa percaya antara pemerintah dan publik dimana pemerintah memberikan informasi yang akurat kepada publik. Ketiga, Participatory yaitu melibatkan masyarakat dalam pengambilan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Keempat, Rule of Law yaitu kerangka hukum yang diperlukan untuk menjamin hak-hak warga negara dalam menegakkan pertanggungjawaban pemerintah. 25 c. Terdapat 3 pilar dalam mewujudkan Good Governance 26 : 1. Transparansi merupakan suatu upaya menciptakan kepercayaan timbal balik antar pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi merupakan bagian penting masyarakat untuk 25 Ibid., h.95-98 26 Adi Sujatno, Moral Dan Etika Kepemimpinan merupakan Landasan ke Arah Kepemerintahan yang Baik Good Governance, Jakarta : Team4AS, 2007 h. 39-40 21 berpartisipasi dalam pengelolaan negara. Pemerintah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakan kepada masyarakat yaitu pemerintah perlu mendayagunakan jalur komunikasi seperti brosur, leaflet, koran, radio, dan televisi. 2. Partisipasi merupakan upaya mendorong warga negara untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang mencangkup kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Partisipasi yang dimaksud adalah untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi rakyat. 3. Akuntabilitas merupakan suatu perwujudan kewajiban mempertanggung jawabkan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggung jawaban secara periodik. Untuk memenuhi persyaratan good governance diperlukan strategi kepemimpinan yang meliputi tiga hal yaitu tujuan end, sarana means, dan metode ways. Maka dalam konteks ini yang menjadi tujuan adalah mewujudkan good governance dan clean governance di dalam penyelenggaraan kenegaraan, kemudian dalam rangka mewujudkan good governance dan clean governance maka sarana apa saja yang dapat dan telah digunakan oleh kepemimpinan nasional. Selanjutnya metode apa yang tepat digunakan dengan memperhatikan sarana yang tersedia agar