6
kualitasnya, karena selama ini dinilai masih banyak yang belum berkualitas. Dengan demikian tidak adanya lagi budaya yang mengindikasikan keterkaitan emosional
ataupun ekonomi untuk mendapatkan suatu jabatan, tetapi siapapun dapat dipromosikan atau mendapatkan kesempatan menjabat melalui fit and proper test
secara adil. Ketiga, bagi pejabat pembina kepegawaian dan pejabat eselon I, II yang
berwenang dalam memberi mandat bagi PNS dalam jabatan tertentu, maka lelang jabatan dapat bermanfaat untuk menghindarkan diri dari intervensi berbagai pihak
yang berusaha menempatkan “orangnya” dalam jabatan strategis di lingkungan masing-masing. Dengan demikian atasan sangatlah berpengaruh pada posisi suatu
jabatan karena atasan yang menentukan posisi bawahan, dan dengan pola ini diharapkan pihak atasan dapat memberikan mandat yang baik dan benar agar tidak
terjadinya intervensi dari berbagai pihak. Keempat, memperkuat sistem managemen karir berdasarkan merit system
dimana terbuka peluang yang sama bagi setiap PNS untuk meningkatkan karir berdasarkan kompetensi yang dimilikinya. Selama ini yang kita ketahui proses
rekrutment kurang objektif dan tidak transparan, sehingga para PNS kurang meningkatkan prestasinya, bahkan banyak dari mereka lebih memilih kedekatannya
dengan pejabat. Dengan ini diharapkan proses rekrutmen lebih objektif dan transparan agar mendapatkan PNS yang berkompetensi.
Kelima, peran aktif masyarakat juga menjadi faktor penting bagi peningkatan kualitas pelayanan publik. Untuk itu, mestinya hal ini juga dibarengi dengan upaya
7
pengawasan masyarakat yang jauh lebih intens agar pejabat yang telah diseleksi lebih fokus pada kerja pelayanan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat perlu mengetahui
dan ikut mengawasi kinerja pejabat yang telah diseleksi agar dapat bekerja dengan baik dan masyarakat juga mendapatkan pelayanan yang baik pula.
Provinsi DKI Jakarta sebagai sebuah Ibu Kota Negara tentunya menjadi sebuah contoh bagi daerah-daerah yang ada di Indonesia. Sistem lelang jabatan yang
dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta bisa saja menjadi sebuah pemantik bagi daerah-daerah lain untuk merubah sistem rekrutmen pajabat publik Lurah dan Camat
di daerahnya masing-masing dengan sistem serupa lelang jabatan. Berdasarkan pernyataan dan pengalaman mengenai lelang jabatan Camat dan
Lurah di DKI Jakarta yang dilaksanakan pertama kali pada 2013, peneliti tertarik untuk melakukan penelitan yang berjudul
“Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah Di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka
Good Governance ”.
Alasan peneliti memilih judul tersebut karena; Pertama, masalah lelang jabatan Camat dan Lurah cukup menarik untuk dibahas. Kedua, masalah tersebut
masih dalam jangkauan penguasaan penulis. Ketiga, mudah dalam mengakses data.
8
B. Perumusan Masalah
Sistem pemilihan Camat dan Lurah melalui lelang jabatan merupakan terobosan baru di Pemprov DKI Jakarta dan berbeda dengan wilayah lain di
Indonesia. Perubahan sistem rekrutmen melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur Joko Widodo ini merupakan hal baru dan menurut penulis menarik untuk
diteliti. Dalam penelitian skripsi ini secara umum ingin memberikan analisa terhadap kebijakan Gubernur Joko Widodo dalam lelang jabatan posisi Camat dan Lurah di
DKI Jakarta, dengan pertanyaan peneliti sebagai berikut : 1.
Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi sistem lelang jabatan ? 2.
Apakah sistem lelang jabatan Camat dan Lurah dapat mendorong terciptanya Good Governance di DKI Jakarta ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian :
a. Mengetahui factor-faktor yang melatarbelakangi sistem lelangan jabatan.
b. Mengetahui proses sistem lelang jabatan Camat dan Lurah dapat
mendorong terciptanya Good Governance di DKI Jakarta.
9
2. Manfaat Penelitian :
a. Manfaat Akademis
Mengembangkan ilmu politik dalam hal Good Governance, khususnya penerapan sistem lelang jabatan Lurah dan Camat dalam upaya
menciptakan Good Governance di DKI Jakarta.
b. Manfaat Praktis
1 Memberikan kontribusi literatur keilmuan serta menjadikan penulisan
ini sebagai literatur dalam bidang Ilmu Politik. 2
Menambah informasi bagi penulisan skripsi yang serupa di waktu yang akan datang.
D. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, terdapat penelitian yang mengkaji mengenai Good Governance:
1. Penelitian yang berjudul “Model Skala Prioritas Pembangunan Kota Bandung
Berbasis Good Governance ” dengan nama peneliti Dewi Kurniasih jurusan
Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung. Penulis menemukan perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian yang penulis buat, diantaranya mengenai Good
10
Governance yang diteliti oleh peneliti Dewi Kurniasih lebih fokus pada Pembangunan di kota Bandung yang diterapkan berbasis good governance,
sedangkan yang diteliti pada penelitian skripsi ini adalah mengenai lelang jabatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta yang menuju good governance.
2. Penelitian yang berjudul “Reformasi Sistem Rekrutment Pejabat dalam
Birokrasi Pemerintahan Studi kasus rekrutment pejabat eselon II di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam” dengan nama peneliti Muhammad Nasir. Pada
penelitian ini fokus pada reformasi birokrasi rekrutment khusus eselon II yang ada di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, sedangkan yang membedakan
dengan yang peneliti tulis adalah selain wilayahnya yakni berada di DKI Jakarta dan penelitian ini fokus pada faktor
– faktor yang melatar belakangi lelang jabatan.
3. Penelitian yang diambil dari jurnal oleh peneliti yang bernama Irwan Noor
dengan judul “Inovasi Pemerintahan Daerah : Mengapa Gagal?” pada penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan penulis teliti
diantaranya adalah perbedaan dalam mewujudkan kemajuan suatu daerah atau reformasi birokrasi suatu daerah. Pada penelitian Irwan Noor lebih kepada
berbagai daerah dalam pembenahan manajemen RSUD Banjarnegara, pembedayaan ekonomi di Kabupaten Deli, dan Gianyar Sejahtera di
Kabupaten Sumba Timur. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti hanya fokus pada Kebijakan Gubernur Joko Widodo dalam Lelang Jabatan untuk
posisi Camat dan Lurah di DKI Jakarta.
11
4. Penelitian yang berjudul “Reformasi Birokrasi Pemerintah Surakarta” dengan
nama peneliti Myrna Nurbarani program studi Magister Ilmu Politik, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro yang membahas tentang Reformasi
Birokrasi pada Pemerintahan Surakarta, dan yang membedakan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah bahwa penelitian ini hanya fokus
pada prinsip – prinsip good governance dalam kebijakan Gubernur Joko
Widodo tentang lelang jabatan pada posisi Camat dan Lurah di DKI Jakarta.
E.Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif menghasilkan prosedur analisis dan tidak menggunakan analisis data statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Secara
prosedur menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
14
Dalam kaitan ini, metode penulisan yang digunakan penulis dalam mengkaji permasalahan ini adalah pendekatan kualitatif. Sesuai dengan
penelitian yang akan peneliti ambil yaitu cenderung mengeksplorasi sedetail mungkin sistem lelang jabatan yang dicetuskan oleh Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama di
tingkat kecamatan dan kelurahan Pemprov DKI Jakarta melalui pendekatan kualitatif dengan melakukan antara lain wawancara.
14
Lexy J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung:Rosdakarya, 2006,h. 4.
12
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di wilayah DKI Jakarta, sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan secara bertahap hingga selesai penelitian tersebut.
3. Tehnik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan berupa buku-buku yang diperlukan, data-data yang terkait dengan penelitian ini, kutipan dari gambar-gambar atau surat kabar, foto-
foto dan segala macam benda yang dapat memberikan keterangan yang bersifat tertulis ataupun tidak. Dokumetasi diperlukan untuk mempermudah peneliti
menemukan jawaban dari permasalahan tersebut dan juga peneliti dapat menjelaskan secara detail dan jelas terkait dengan permasalahan Good Governance di DKI Jakarta
Studi tentang penciptaan kepemimpinan adiministrasi lokal melalui prinsip lelang jabatan.
b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara periset dan responden, di mana jawaban responden akan menjadi data mentah. Secara khusus, wawancara adalah alat yang
baik untuk menghidupkan topik riset. Wawancara juga merupakan metode bagus untuk pengumpulan data tentang subjek kontemporer yang belum dikaji secara
13
ekstensif dan tidak banyak literatur yang membahasnya.
15
Beberapa responden yang peneliti wawancarai adalah sebagai berikut :
1 Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah DKI
Jakarta. 2
Dian Purfanto Camat Kramatjati, Jakarta Timur. 3
H.R.M. Amien Haji Camat pasar minggu, Jakarta Selatan. 4
H.M. Delas, Sekretaris Lurah Batu Ampar , Jakarta Timur.
5 Grace Tiaramudi, Lurah Pejaten Timur, Jakarta Selatan.
6 Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
7 Mursyid Hidaya
,
Ketua RT. 004RW.05 Jalan Raya Margasatwa, Pejaten Barat.
Alasan peneliti mewawancarai Badan Kepegawaian Daerah karena Badan Kepegawaian Daerah sebagai ketua dalam tim seleksi lelang jabatan, kemudian
peneliti mewawancarai camat, lurah dan ketua RT untuk mendukung jawaban peneliti. Peneliti hanya mendapatkan data dari camat dan lurah di Jakarta timur dan
selatan karena keterbatasan waktu.
Sumber data diperoleh dari dokumen-dokumen yang peneliti masukan serta hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Sebelum digunakan
dalam proses analisis, data dikelompokan terlebih dahulu sesuai dengan jenis dan
15
Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik Jakarta: Prenada Media Group, 2007,h. 104.