Good Governance Kebijakan lelang jabatan pengangkatan camat dan lurah di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam rangka good governance

21 berpartisipasi dalam pengelolaan negara. Pemerintah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakan kepada masyarakat yaitu pemerintah perlu mendayagunakan jalur komunikasi seperti brosur, leaflet, koran, radio, dan televisi. 2. Partisipasi merupakan upaya mendorong warga negara untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang mencangkup kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Partisipasi yang dimaksud adalah untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi rakyat. 3. Akuntabilitas merupakan suatu perwujudan kewajiban mempertanggung jawabkan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggung jawaban secara periodik. Untuk memenuhi persyaratan good governance diperlukan strategi kepemimpinan yang meliputi tiga hal yaitu tujuan end, sarana means, dan metode ways. Maka dalam konteks ini yang menjadi tujuan adalah mewujudkan good governance dan clean governance di dalam penyelenggaraan kenegaraan, kemudian dalam rangka mewujudkan good governance dan clean governance maka sarana apa saja yang dapat dan telah digunakan oleh kepemimpinan nasional. Selanjutnya metode apa yang tepat digunakan dengan memperhatikan sarana yang tersedia agar 22 good governance dan clean governance dapat terwujud. Dalam PP No. 1 Tahun 2000 dinyatakan, kepemerintahan yang baik adalah: “Kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip Profesionalitas, Akuntabilitas, Transparansi, Pelayanan Prima, Demokrasi, Efisiensi, Efektivitas, Supremasi hukum dan diterima oleh seluruh masyarakat”. 27 Good governance menjadi salah satu teori yang digunakan dalam lelang jabatan karena di dalam kebijakan yang di ambil oleh gubernur dan wakil gubernur Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang berdasarkan prinsip prinsip good governance, karena prinsip – prinsip good governance adalah salah satu cara mewujudkan good governance dalam sistem pengisisan jabatan camat dan lurah.

B. Reformasi Birokrasi

Dalam mewujudkan good governance kita perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai birokrasi. Birokrasi adalah alat utama dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan, yang tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana pelayanan publik melainkan bertugas dalam menerjemahkan berbagai keputusan politik ke dalam berbagai kebijakan publik dan menjamin pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut secara operasional. Oleh karena itu birokrasi adalah faktor penentu keberhasilan 27 Ibid., h.45 23 keseluruhan agenda negara dan pemerintahan, dalam upaya merealisasikan sebuah tata pemerintahan yang baik good governance. 28 Birokrasi selalu dikaitkan oleh seorang tokoh yang bernama Max Webber. Begitu besar pengaruh pemikirannya sehingga jika bicara mengenai birokrasi maka nama Max Weber akan muncul. Max Weber adalah salah seorang tokoh asal Jerman yang dipandang sebagai bapak birokrasi. Birokrasi Weber membentuk sebuah hierarki atau sebuah struktur organisasi dimana atasan memberikan tugas dan kewajiban kepada bawahannya. 29 Birokrasi yang menjadi tiang negara menjadi salah satu bagian penting dalam membangun sebuah negara. Banyak ahli yang menyimpulkan bahwa birokrasi adalah sebuah landasan dari keberhasilan sebuah negara, karena jika birokrasi dapat berjalan dengan baik maka akan bisa lebih besar negara tersebut memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan bagi para rakyatnya. Menurut Max Weber sendiri yang dapat dilihat pada paragraph sebelumnya bahwa Max Weber berpendapat birokrasi sebaiknya dijalankan dengan pimpinan yang memimpin langsung bawahannya agar dapat dijalankan dengan baik, pesan atau mandat yang disampaikan dan diinginkan oleh atasannya tersebut sampai ke bawahan. 28 Ismadi Ananda, Pokok – Pokok Pikiran Penataan Kelembagaan Jakarta: PT Satria Muda Adi Ragam Terpadu, 2013, h. 3 29 Max Weber, Economy and Society, California: University of California Press, 1978 h. 956 24 Birokrasi dibuat untuk mencapai tujuan pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat. Menurut Weber tujuan penyedian birokrasi pemerintah adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan sejumlah layanan sebagai hakikat dari tanggung jawab pemerintah. 2. Memajukan kepentingan sektor ekonomi 3. Membuat regulasi atau aturan 30 Pengertian birokrasi pada abad ke-18 yang berasal dari kata bureau yang merupakan meja tulis dan diartikan sebagai suatu tempat para pejabat bekerja, kemudian cracy yang berasal dari bahasa Yunani yang merupakan suatu aturan. Istilah birokrasi pada awalnya diperkenalkan oleh Max Weber yang memandang birokrasi sebagai unsur pokok dalam rasionalisasi dunia modern, suatu birokrasi tentang legal rasional yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut 31 : 1. Para anggota bebas staf secara pribadi bebas, hanya menjalankan tugas- tugas impersonal jabatan berkemampuan memisahkan urusan pribadi dengan urusan dinas. 2. Ada hirarki atau tingkatan jabatan yang jelas tingkat atas mempunyai kewenangan dan mengendalikan tingkat bawah. 3. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas pembagian kerja yang jelas. 4. Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak. 5. Mereka dipilih berdasarkan kualifikasi profesional, berdasarkan suatu diploma atau ijazah yang diperoleh melalui ujian. 6. Mereka memiliki gaji berjenjang menurut kedudukan dalam hirarki dan hak-hak pensiun pejabat dapat selalu menepati posnya serta dalam keadaan tertentu dapat diberhentikan. 30 Ibid.,h. 959 - 963 31 Syafuan Rozi, Zaman Bergerak, Birokrasi dirombak, IP2P LIPI. Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2006 h. 6 25 7. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja pokok, terdapat suatu struktur karir dan promosi dimungkinkan berdasarkan senioritas ataupun keahlian merit sistem. 8. Pejabat mungkin tidak sesuai dengan posnya ataupun dengan sumber yang tersedia di pos tersebut. 9. Pejabat tunduk pada diliner dan kontrol yang seragam. Merit sistem adalah salah satu alternatif sistem penggajian PNS yang dapat memacu prestasi, penerapan merit sistem dalam manajemen PNS 32 : 1. Menetapkan target prestasi kerja. 2. Mengembangkan sistem penilaian karya pegawai yang berfokus pada kekhasan jabatan. 3. Memberikan pelatihan penilaian prestasi kerja kepada para pemimpin unit kerja, dan pegawai umumnya terampil menilai prestasi kerja pegawainya serta menguasai seni penyampaian umpan balik tentang kondisi nyata prestasi kerja yang berhasil dicapai, sehingga pada masa mendatang memungkinkan untuk dicapainya prestasi kerja pegawai yang lebih baik. 4. Memberikan penghargaan berdasarkan prestasi kerja yang berhasil dicapai oleh setiap pegawai. 5. Menggunakan skala kenaikan penghasilan yang besar dan bernilai signifikan. Menurut Weber birokrasi adalah unsur terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan organisasi. Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu, perhatian Weber tertuju pada struktur yang normatif dan mekanisme untuk mempertahankan struktur tersebut, hal ini merupakan unsur formal yang menjadi ciri khas dari Weber. 33 Birokrasi dikembangkan dengan menggunakan konsep kontraktual yang memiliki arti terdapat penerapan hubungan antara penyelengaraan pelayanan dengan pengguna jasa dalam pemberian pelayanan publik. Hubungan mutualistis antara 32 Penerapan merit sistem, http:www.bkn.go.id diunduh pada 21 februari 2014 33 Syafuan Rozi, Zaman Bergerak, Birokrasi dirombak, P2P LIPI. Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2006. H. 6 26 aparat sebagai pihak yang memiliki wewenang harus berlangsung sejalan dengan masyarakat sebagai pihak yang memegang otoritas. 34 Namun yang terjadi di Indonesia dewasa ini pelayanan dilakukan dengan setengah hati atau karena adanya keterpaksaan. Pemerintahan milik rakyat akan tercipta jika birokrat menjalankan tugas dan fungsinya, tetapi selama ini banyak birokrat yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak memahami secara pasti mengenai pelayanan. Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry 1990 pelayanan publik yang baik dapat dilihat melalui indikator yang sifatnya fisik. Penyelenggaraan pelayanan publik yang baik dapat dilihat melalui aspek fisik pelayanan yang diberikan seperti tersedianya sebuah gedung pelayanan yang representatif, fasilitas pelayanan berupa televisi, ruang tunggu yang nyaman, peralatan pendukung yang memiliki teknologi canggih seperti computer, penampilan aparat yang menarik dimata pengguna jasa dan berbagai fasilitas kantor pelayanan yang memudahkan akses pelayanan bagi masyarakat. 35 Publik berasal dari kata-kata bahasa Inggri public yang berarti umum, masyarakat negara. Inu dan kawan-kawan mendefinisikan publik merupakan 34 Agus Dwiyanto, dkk, Reformasi Birokrasi Publik Di Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2006 h.153 35 Ibid., h.49 27 sejumlah manusia yang memiliki kebebasan berfikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar serta baik berdasakan nilai-nilai norma yang merasa memiliki. 36 Reformasi birokrasi menjadi sesuatu yang mutlak harus dilakukan untuk mewujudkan negara dan pemerintahan Indonesia yang memenuhi karakterisktik good governance . Reformasi birokrasi menurut teori Max Weber adalah “ upaya-upaya strategis dalam menata kembali birokrasi yang sedang berjalan sesuai prinsip-prinsip “span of control, division of labor, line and staff, rule and regulation, and professional staff”. Michael Dugget, Director General IIAS mendefinisikan reformasi birokrasi adalah suatu proses yang dilakukan secara berkelanjutan untuk mendesign ulang birokrasi yang berada di lingkungan pemerintah dan partai politik, sehingga dapat berguna dan berhasil baik ditinjau dari segi hukum maupun politik. Reformasi birokrasi yang dimaksud adalah adanya proses atau rangkaian kegiatan, tindakan yang sungguh-sungguh dan rasional. Sehingga terdapat konsep dan sistem yang jelas berlangsung terus menerus secara berkelanjutan dalam enam pekerjaan meliputi evaluasi, penataan, penertiban, perbaikan, penyempurnaan, dan pembaruan. 37 Konsep dan sistem tersebut akan dijelaskan pada delapan area penting agenda reformasi birokrasi 38 : 36 DR Lijan Poltak Sinambela, M.M.,Pd.,Dkk. Reformasi Pelayanan Publik – Teori Kebijakan dan ImplikasinyaPT. Bumi Aksara, Jakarta 2006 h. 66 37 Ismadi Ananda, Pokok – Pokok Pikiran Penataan Kelembagaan Jakarta: PT Satria Muda Adi Ragam Terpadu, 2013, h.5 38 Ibid., h. 5-6