Hutan terfragmentasi KRC Kawasan Kebun Raya Cibodas KRC

20 Dampak adanya fragmentasi yang paling utama adalah dapat menyebabkan berkurangnya fungsi hutan sebagai habitat berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar. Fragmentasi penting mendapat perhatian, karena berpengaruh pada kekayaan jenis, dinamika populasi, dan keanekaragaman hayati ekosistem secara keseluruhan Gunawan, dkk., 2007. Oleh karena itu, penelitian tumbuhan obat di hutan terfragmentasi KRC diharapkan dapat menambah kajian ilmiah di kawasan ini. 21

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di hutan TNGGP dan di hutan terfragmentasi Kebun Raya Cibodas KRC selama 2 dua bulan, yakni Oktober hingga Gambar 3.1. Peta lokasi penelitian Sumber : USGS, 2014 22 November 2013. Penentuan lokasi penelitian di hutan TNGGP dilakukan di 3 tiga titik sampling yang berbeda yaitu pada ketinggian 1400, 1500, dan 1600 m dpl. Sedangkan di hutan terfragmentasi KRC dilakukan di hutan Wornojiwo, Kompos, dan Jalan Akar Gambar 3.1.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa GPS Global Positioning System, lux meter, temperature humidity meter , soil tester, kompas, tali rafia, golok, peta kerja, meteran besar, patok kayu, alkohol, alat tulis menulis dan kamera digital. Bahan yang digunakan sebagai objek penelitian ini adalah jenis tumbuhan obat yang ada di hutan TNGGP dan hutan terfragmentasi KRC.

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung di lapangan. Data tersebut meliputi jenis-jenis tumbuhan obat beserta hasil analisis vegetasinya, faktor fisik lingkungan, dan data tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal dengan cara wawancara. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan untuk menunjang pelaksanaan penelitian. Data tersebut didapatkan dengan cara studi pustaka atau pencarian literatur melalului buku, jurnal, artikel ilmiah maupun internet. 23

3.3.1 Analisis vegetasi

Metode analisis vegetasi yang digunakan adalah metode kuadrat. Penentuan lokasi sampling dilakukan secara acak di setiap titik lokasi penelitian baik di hutan TNGGP maupun hutan terfragmentasi KRC dengan jumlah masing- masing 2 dua plot. Pada setiap lokasi sampling dibuat petak-petak dengan ukuran 2 x 2 m 2 , 5 x 5 m 2 , 10 x 10 m 2 , dan 20 x 20 m 2 Purba, 2009. Gambar 3.2. Plot pengamatan analisis vegetasi Keterangan : A : 2 x 2 m 2 ; B : 5 x 5 m 2 ; C : 10 x 10 m 2 ; D : 20 x 20 m 2 Setiap petak ukur dilakukan pengukuran terhadap semua tingkat tumbuhan, yaitu :