Sejarah Kawasan Kebun Raya Cibodas KRC

18 KRC memiliki curah hujan sebesar 3.300 mmtahun. Suhu udara berkisar antara 18 hingga 24 C dengan curah hujan per tahun 3380 mm. Curah hujan tertinggi dicapai pada bulan Januari 2288,5 mm dan terendah pada bulan Agustus yaitu 744 mm. Kelembaban rata-rata di KRC berkisar antara 80-90.

2.5.2 Hutan terfragmentasi KRC

Kurang lebih 10 luasan KRC atau sekitar 8.43 hektar merupakan kawasan berhutan, termasuk didalamnya hutan yang terfragmentasi dan hutan yang terhubung dengan kawasan hutan TNGGP yang mengelilingi kawasan kebun raya. Sisa hutan tersebut terbagi menjadi empat blok hutan, yaitu hutan Wornojiwo 3,934 ha, hutan Kompos 2,555 ha, hutan Jalan Akar 1,086 ha dan hutan Lumut 0,855 ha. Petak-petak hutan di KRC berpotensi untuk dikembangkan sebagai laboratorium lapangan dan keperluan pendidikan lingkungan. Akan tetapi, ukurannya yang kecil dan tingginya derajat fragmentasi, hutan sisa KRC sangat rentan terhadap gangguan secara biotik maupun abiotik Mutaqien, dkk., 2011. Konsekuensi dari fragmentasi dan efek tepi termasuk meningkatnya kerentanan terhadap invasi oleh tumbuh-tumbuhan dan hewan asing Ecroyd dan Brockerhoff, 2005. Hutan alam di Pulau Jawa pada umumnya merupakan kantong-kantong habitat untuk perlindungan keanekaragaman hayati. Akan tetapi, Seiring meningkatnya angka pertumbuhan penduduk dan kebutuhan lahan untuk menyediakan pemukiman, pertanian, pembangunan sarana jalan dan infrastruktur lainnya menyebabkan pengikisan kantong-kantong habitat tidak dapat dihindari. Hingga pada akhirnya fungsi utama hutan sebagai pelindung keanekaragaman hayati 19 akan berkurang karena habitatnya terpecah atau mengalami fragmentasi Gunawan, 2009. Fragmentasi didefinisikan sebagai pemecahan habitat organisme menjadi fragment-fragment petak habitat lebih kecil karena pembangunan jalan, pertanian, urbanisasi atau pembangunan lain. Kerusakan habitat alami diberbagai belahan dunia saat sekarang ini berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Hutan hujan tropika basah yang merupakan habitat dari setengah jenis tumbuhan dunia , berada dalam kondisi yang sangat berbahaya, pengurangannya diperkirakan 16,8 juta hatahun. Salah satu penyebabnya adalah exploitasi hutan yang berlebihan yang dapat mengakibatkan tumbuhan obat yang berada pada habitat alaminya dalam keadaan berbahaya pada erosi genetik dan terancam kepunahan Pusat Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati BAPEDAL dan Fakultas Kehutanan IPB, 2001. Fragmentasi umumnya terjadi melalui hilangnya habitat, sebaliknya hilangnya habitat juga dapat dipandang sebagai akibat adanya fragmentasi. Fragmentasi bekerja dalam empat cara, yaitu: 1 habitat hilang tanpa fragmentasi, 2 pengaruh kombinasi hilangnya habitat dan pemecahan habitat menjadi petak lebih kecil, 3 pemecahan habitat menjadi petak lebih kecil tanpa kehilangan habitat, dan 4 hilangnya habitat dan pemecahan habitat menjadi petak lebih kecil serta penurunan kualitas habitat. Mekanisme dan proses fragmentasi menghasilkan tiga tipe pengaruh, yaitu pengaruh terhadap ukuran petak patch, pengaruh tepi edge effect, dan pengaruh isolasi Fahrig, 2003.