33
Topografi juga memiliki peran penting dalam pertumbuhan individu dalam masyarakat tumbuh-tumbuhan. Daerah dengan bentuk lapang yang sedikit dan
lereng-lereng, hanya jenis tertentu saja yang dapat beradaptasi dalam kondisi seperti ini Handayani, 2008. Keadaan topografi lokasi penelitian di hutan
TNGGP berbentuk sedikit lapang dan sisanya merupakan lereng-lereng. Hal ini diduga yang menyebabkan sedikitnya jenis yang dijumpai tumbuhan obat pada
tingkat tiang dan pohon di lokasi tersebut. Keanekaragaman dan kekayaan jenis tumbuhan obat dalam suatu
komunitas hutan perlu dijaga keberadaanya. Tumbuhan obat yang beragam jenis, habitus, dan khasiatnya memiliki peluang yang besar serta memiliki kontribusi
dalam pembangunan dan pengembangan hutan Hamzari, 2007.
4.1.2 Struktur dan komposisi vegetasi hutan TNGGP
Struktur hutan merupakan hasil penataan oleh komponen penyusun tegakan dan bentuk pertumbuhan. Struktur ini memiliki unsur penyusun yang
berupa bentuk hidup, stratifikasi dan penutupan vegetasi yang digambarkan melalui keadaan diameter, tinggi, dan penyebaran dalam ruang. Komposisi hutan
dapat diartikan sebagai variasi jenis yang menyusun suatu komunitas. Struktur hutan dengan komposisinya yang tertentu akan berbeda-beda sesuai dengan
kondisi lingkungan atau habitatnya Purba, 2009. Berdasarkan hasil analisis vegetasi, didapatkan struktur dan komposisi hutan TNGGP sebagai berikut:
a Analisis vegetasi tingkat herba
Vegetasi herba memiliki 42 jenis dengan 28 famili. Jenis Cyrtandra picta merupakan jenis yang mendominasi dengan INP tertinggi yaitu sebesar 17,79,
34
dan INP terendah adalah Altingia excelsa serta 17 jenis lainnya sebesar 2,27 Tabel 4.2. Berdasarkan hasil analisis, terdapat 31 jenis tumbuhan obat dengan 22
famili. Jenis C. picta merupakan jenis yang mendominasi dalam vegetasinya dan merupakan jenis tumbuhan obat. Jenis tersebut memiliki kemampuan adaptasi
yang tinggi di kawasan Gunung Gede Pangrango, terlihat dari dominansinya pada vegetasi herba di hutan TNGGP. Banyaknya jenis tumbuhan obat yang ditemukan
pada tingkat herba menunjukkan bahwa tumbuhan obat dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik dan memiliki peranan dan kontribusi yang besar
dalam penyusunan komunitas tumbuhan didalamnya.
Tabel 4.2. Analisis vegetasi tingkat herba di hutan TNGGP No
Nama jenis Famili
K KR
F FR
INP 1
Cyrtandra picta Gesneriaceae
1,04 12,52 0,50 5,27 17,79 2
Isachne pangerangensis Poaceae
1,25 15,04 0,17 1,79 16,84 3
Strobilanthus fifilfor Acanthaceae
0,63 7,58
0,50 5,27 12,86 4
Nephrolepis biserrata Polypodiaceae
0,42 5,05
0,67 7,07 12,12 5
Plectocomia elongata Arecaceae
0,50 6,02
0,50 5,27 11,29 6
Athyrium puncticaule Athyriaceae
0,58 6,98
0,33 3,48 10,46 7
Rubus sunndaicus Rosaceae
0,46 5,54
0,33 3,48 9,02
8 Amomum coccineum
Zingiberaceae 0,29
3,49 0,33 3,48
6,97 9
Elatostema negrescens Urticaceae
0,42 5,05
0,17 1,79 6,85
10 Aeschynanthus horsfieldii
Gesneriaceae 0,33
3,97 0,17 1,79
5,76 11
Hedychium coronarium Zingiberaceae
0,33 3,97
0,17 1,79 5,76
12 Pinanga coronata
Arecaceae 0,17
2,05 0,33 3,48
5,53 13
Symplocos odoratissima Symplocaceae
0,13 1,56
0,33 3,48 5,05
14 Hyphobathrum frutescens
Rubiaceae 0,08
0,96 0,33 3,48
4,44 15
Euchresta horsfieldii Fabaceae
0,17 2,05
0,17 1,79 3,84
16 Curculigo capitulata
Hypoxidaceae 0,13
1,56 0,17 1,79
3,36 17
Schismatoglottis calyptrata Arecaceae
0,13 1,56
0,17 1,79 3,36
18 Tetrastigma dichotomum
Vitaceae 0,13
1,56 0,17 1,79
3,36 19
Ardisia fuliginosa Myrsinaceae
0,08 0,96
0,17 1,79 2,76
20 Lithocarpus pseudomoluccus
Fagaceae 0,08
0,96 0,17 1,79
2,76 21
Litsea resinosa Lauraceae
0,08 0,96
0,17 1,79 2,76
22 Rubus moluccanus
Rosaceae 0,08
0,96 0,17 1,79
2,76 23
Altingia excelsa Hammamelidaceae 0,04
0,48 0,17 1,79
2,27
35
Tabel 4.2 Lanjutan …
No Nama jenis
Famili K
KR F
FR INP
24 Asplenium caudatum
Aspleniaceae 0,04
0,48 0,17 1,79
2,27 25
Castanopsis argentea Fagaceae
0,04 0,48
0,17 1,79 2,27
26 Castanopsis javanica
Fagaceae 0,04
0,48 0,17 1,79
2,27 27
Commelina obligua Commelinaceae
0,04 0,48
0,17 1,79 2,27
28 Cyatea latebrosa
Cyatheaceae 0,04
0,48 0,17 1,79
2,27 29
Diplasium palidum Woodsiaceae
0,04 0,48
0,17 1,79 2,27
30 Ficus ribes
Moraceae 0,04
0,48 0,17 1,79
2,27 31
Laportea stimulans Urticaceae
0,04 0,48
0,17 1,79 2,27
32 Litsea cassiaefolia
Lauraceae 0,04
0,48 0,17 1,79
2,27 33
Mussaenda frondosa Rubiaceae
0,04 0,48
0,17 1,79 2,27
34 Pandanus furcatus
Pandanaceae 0,04
0,48 0,17 1,79
2,27 35
Passiflora suberosa Passifloraceae
0,04 0,48
0,17 1,79 2,27
37 Pilea melastomoides
Urticaceae 0,04
0,48 0,17 1,79
2,27 38
Piper aduncum Piperaceae
0,04 0,48
0,17 1,79 2,27
39 Piper sarmentosum
Piperaceae 0,04
0,48 0,17 1,79
2,27 40
Pithecellobium clypearia Fabaceae
0,04 0,48
0,17 1,79 2,27
41 Travesia sundaica
Araliaceae 0,04
0,48 0,17 1,79
2,27 42
Turpinia sphaerocarpa Staphyleacea
0,04 0,48
0,17 1,79 2,27
Keterangan : Jenis tumbuhan obat
b Analisis vegetasi tingkat pancang
Vegetasi pancang memiliki 16 jenis dengan 13 famili. Jenis Eugenia lineata, Castanopsis javanica, dan Litsea resinosa merupakan jenis yang
mendominasi dengan INP tertinggi yaitu 16,69, jenis lainnya memiliki INP yang sama yaitu sebesar 11,36 Tabel 4.3.
Berdasarkan hasil analisis, terdapat 9 jenis tumbuhan obat dengan 8 famili. Jenis E. lineata merupakan salah satu jenis tumbuhan obat yang mendominasi.
Tingginya nilai INP menunjukkan bahwa jenis E. lineata merupakan jenis tumbuhan obat memiliki peranan penting dalam penyusunan komunitasnya
didalamnya.