Berdasarkan habitusnya Keanekaragaman Tumbuhan Obat

13 berbagai jenis penyakit, baik penyakit dalam maupun penyakit luar. Umumnya masyarakat memanfaatkan bahan-bahan asal tumbuhan obat masih dalam keadaan segar, maupun yang sudah dikeringkan sehingga dapat disimpan lama yang disebut dengan simplisia. Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern . Kelebihan pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan secara tradisional tersebut disamping tidak menimbulkan efek samping, ramuan tumbuh- tumbuhan tertentu mudah didapat di sekitar pekarangan rumah, dan mudah proses pembuatannya. Proses pengolahan obat tradisional pada umumnya sangat sederhana, diantaranya ada yang diseduh dengan air, dibuat bubuk kemudian dilarutkan dalam air, ada pula yang diambil sarinya. Cara pengobatan pada umumnya dilakukan per oral diminum. Tumbuhan obat di Indonesia terdiri dari beragam jenis yang kadang kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Komponen aktif yang terdapat pada tumbuhan obat yang menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan. Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tumbuhan dan bagian-bagiannya. Bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun dan berupa bahan yang telah dikeringkan disebut simplisia bagian tumbuhan yang dipergunakan. Pengetahuan tentang kegunaan masing-masing simplisia sangat penting, sebab dengan diketahui kegunaan masing-masing simplisia diharapkan tidak 14 terjadi tumpang tindih pemanfaatan tumbuhan obat serta dapat mencarikan alternatif pengganti yang tepat apabila simplisia yang dibutuhkan ternyata tidak dapat diperoleh.

2.4 Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGGP

2.4.1 Sejarah

Kawasan TNGGP diumumkan pada tahun 1980, ketika pemerintah mengadakan program pendirian taman nasional pertama di Indonesia bersama dengan empat taman nasional yang lain. TNGGP merupakan taman nasional kedua terkecil di Indonesia yang mempunyai potensi keragaman hayati tinggi di dunia sehingga menjadi tempat yang sangat penting untuk konservasi flora dan fauna didunia. Pada tahun 1977 UNESCO menetapkan TNGGP sebagai daerah inti dari salah satu Cagar Biosfer Dunia dengan nama Cagar Biosfer Cibodas. Sejarah penelitian dan konservasi wilayah ini dimulai dengan didirikannya sebuah kebun kecil dekat istana Gubernur Jendral Belanda di Cipanas pada tahun 1830. Perkebunan ini kemudian diperluas dan dikenal sebagai salah satu tempat kunjungan utama para ahli botani dunia yaitu Kebun Raya Cibodas saat ini. Wilayah Gunung Gede Pangrango berperan sebagai pusat penelitian dunia selama dua abad dan telah mempunyai reputasi di dunia. Sir Thomas Raffles mengatur pengembangan wilayah tenggara pegunungan ini pada tahun 1811.