Perbandingan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat di Hutan

52 keadaan ekologi yang berbeda, dan biasanya faktor biotik dan abiotiknya akan sangat mendukung untuk daya regenerasinya sehingga menyebabkan keragaman jenis tumbuhan, khususnya tumbuhan obat. Tumbuhan obat di alam sangat rentan terkikis keberadaanya. Lambannya pengembangan budidaya tumbuhan obat menjadi salah satu penyebab terkikisnya jenis tumbuhan obat. Belum disorotinya secara sungguh-sungguh nilai ekonomi total dari hutan tropika Indonesia merupakan salah satu alasan upaya budidaya tumbuhan obat hutan tropika belum banyak dilakukan. Permasalahan lain yang masih dihadapi berkaitan dengan belum dikembangkannya tumbuhan obat antara lain: 1 belum tersedianya sifat-sifat bioekologi jenis tumbuhan obat yang merupakan dasar dari teknologi budidaya, 2 masih banyaknya jenis tumbuhan obat yang belum diketahui cara pembudidayaannya, 3 belum terampilnya sumberdaya manusia yang akan melakukan budidaya, dan 4 kurangnya dana untuk pengembangan tumbuhan obat Pusat Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati BAPEDAL dan Fakultas Kehutanan IPB, 2001. Berdasarkan data tumbuhan obat yang terdapat di hutan TNGGP dan di hutan terfragmentasi KRC, terdapat jenis tumbuhan obat yang tergolong langka. Kriteria kelangkaan menurut IUCN 1978 dengan tingkat terkikis indeterminate. Jenis tersebut adalah Pule Alstonia scholaris Pusat Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati BAPEDAL dan Fakultas Kehutanan IPB, 2001. Pada saat ini, upaya konservasi tumbuhan obat dirasa masih dipandang sebagai tanggung jawab sektor-sektor tertentu saja, belum berkembang sebagai 53 bagian dari rasa tanggung jawab seluruh sektor yang terkait dengan sumberdaya tumbuhan obat. Diharapkan terdapat kelembagaan yang secara khusus menangani masalah pelestarian dan upaya konservasi tumbuhan obat untuk menjamin kelestariannya. Penelitian-penelitian terhadap tumbuhan obat mulai meningkat namun masih cukup banyak pula yang belum terjangkau atau belum tuntas penanganannya. Hal tersebut diduga karena masih lemahnya sistem pengelolaan informasi ilmiah tumbuhan obat dan kurangnya koordinasi antara peneliti atau instansi tertentu yang mengakibatkan hasil-hasil penelitian tentang tumbuhan obat belum dapat dimanfaatkan secara efisienberdayaguna terutama untuk upaya konservasinya.

4.4 Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Lokal

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Desa Cimacan, sebagian besar masyarakat yang masih memiliki pengetahuan dan menggunakan tumbuhan obat adalah laki-laki, karena keseharian aktifitasnya yang masih sering berinteraksi dengan tumbuhan, baik itu diladang maupun di hutan. Selain itu, faktor usia juga memegang peranan penting dalam hal kekayaan intelektual tentang pemanfaatan tumbuhan obat. Responden dengan usia diatas 60 tahun, memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang penggunaan tumbuhan obat. Masyarakat Desa Cimacan menggunakan tumbuhan obat sebanyak 162 jenis dari 68 famili yang berasal dari kebun, pekarangan rumah dan dari lahan- lahan terbuka yang ditempati oleh tumbuhan liar. Berdasarkan familinya, jenis 54 tumbuhan obat yang paling banyak digunakan masyarakat adalah dari famili Asteraceae sebanyak 12 jenis, Solanaceae 10 jenis, Zingiberaceae 9 jenis, Rubiaceae 8 jenis, Moraceae 6 jenis, Acanthaceae dan Lamiaceae berjumlah 5 Jenis, sedangkan famili lainya berjumlah kurang dari 5 jenis. Data jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat Desa Cimacan terdapat dalam Lampiran 6. Tumbuhan obat dari famili Asteraceae merupakan tumbuhan yang banyak digunakan digunakan oleh masyarakat. Famili Asteraceae merupakan takson tumbuhan dengan keanekaragaman jenis yang cukup tinggi. Kelompok tumbuhannya terdiri dari 1.100 genus dari 20.000 spesies. Famili Asteraceae memiliki anggota terbesar kedua dalam kingdom plantae Fahmi, dkk., 2012. Jenis tumbuhan dari famili Asteraceae memiliki khasiat penyembuh luka, panas dalam, serta hipertensi seperti Agerotum conizoides dan juga memiliki khasiat sebagai aprodisiak, anti diuretik, dan penambah stamina seperti jenis Artemisia vulgaris. 80 20 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 28 24 24 8 16 Usia 60 th 50 - 59 th 40 - 49 th 30 - 39 th 20 - 29 th 20 th Gambar 4.4. Persentase jenis kelamin dan usia responden 55 Tabel 4.12. Sepuluh tumbuhan obat yang banyak digunakan masyarakat lokal No Nama lokal Nama jenis Famili Habitus Khasiat 1 Antanan Centella asiatica Apiaceae Herba Penguat daya ingat, hipertensi, wasir, rematik, dan magh 2 Babadotan Ageratum conyzoides Asteraceae Herba Menghentikan pendarahan luka, magh, panas dalam, sakit tenggorokan 3 Cecenetan Physalis minima Solanaceae Pancang Obat sakit pinggang, diabetes, ginjal, 4 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Herba Penghangat badan, penurun demam, batuk, rematik, dan keseleo 5 Jombang Sonchus arvensis Asteraceae Herba Obat kanker, luka dalam, peluruh batu ginjal, magh, hipertensi, sariawan 6 Katutungkul Polygala venenosa Polygalaceae Herba Obat diabetes, sakit pinggang, batuk, dan memperlancar peredaran darah 7 Kumis kucing Orthosiphon aristatus Lamiaceae Obat hipertensi, diabetes, magh 8 Lobak lilin Raphanus sativus Brasicaceae Herba Obat sakit kepala, demam, masuk angin. 9 Lokatmala Artemisia vulgaris Asteraceae Herba Aprodisiak, stamina, pelancar air seni, dan rematik 10 Seureuh Piper betle Piperaceae Herba Obat batuk, bau mulut, magh, pengering luka dan obat mata Anggota famili Asteraceae dapat tumbuh dengan baik di kawasan tropis yang memiliki intensitas penyinaran matahari yang tinggi, karena matahari merupakan sumber energi utama dalam membantu proses fotosintesis. Jenis-jenis dari famili Asteraceae kebanyakan merupakan gulma, oleh karenanya banyak ditemukan di lingkungan. Gulma dari famili Asteraceae memiliki banyak manfaat baik sebagai tumbuhan obat, tanaman hias bagi pertamanan, dan sebagai sayuran Fahmi, dkk., 2012. Jenis-jenis tumbuhan yang teridentifikasi dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti batuk, demam, hipertensi, batu ginjal, obat cacingan,