39
dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan baku dengan konsentrasi
tertentu Ermer dan McB. Miller, 2005. Sampel biji kakao yang telah dihaluskan, ditimbang sebanyak 25 gram di
dalam 24 krus porselin, lalu masing-masing krus ditambahkan 0,8 ml larutan baku kalsium konsentrasi 1000 gml, 4 ml larutan baku magnesium konsentrasi
1000 gml, 9 ml larutan baku kalium konsentrasi 1000 gml, dan 0,2 ml larutan baku
natrium konsentrasi 1000 gml. Perhitungan jumlah baku yang ditambahkan dapat dilihat pada Lampiran 16 Halaman 101. Kemudian dilanjutkan
dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan pada sampel sebelumnya. Prosedur pengukuran uji perolehan kembali dilakukan sama dengan
prosedur penetapan kadar dalam sampel. Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung
dengan rumus di bawah ini: Persen Perolehan Kembali =
Keterangan: C
A
= kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku mg100g C
F
= kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku mg100g C
A
= kadar larutan baku yang ditambahkan mg100g
3.6.7.2 Simpangan Baku Relatif
Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang
Universitas Sumatera Utara
40
memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Menurut Harmita 2004, rumus untuk menghitung simpangan baku
relatif adalah sebagai berikut: RSD =
100
X SD
Keterangan: X = kadar rata-rata sampel
SD = standar deviasi
RSD =
relative standard deviation
3.6.7.3 Batas Deteksi Dan Batas Kuantitasi
Menurut Harmita 2004, batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan.
Sebaliknya batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Simpangan Baku ⁄ =
√
Batas Deteksi LOD =
Batas Kuantitasi LOQ =
Universitas Sumatera Utara
41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia LIPI, Bogor, Jalan Raya Jakarta –Bogor Km.46, Cibinong. Disebutkan
bahwa tumbuhan yang digunakan adalah biji kakao
Theobroma cacao
L. dengan suku Malvaceae. Surat hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 2
Halaman 57.
4.2 Analisis Kuantitatif 4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium, Magnesium, Kalium Dan Natrium
Kurva kalibrasi kalsium, magnesium, kalium dan natrium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku kalsium, magnesium, kalium
dan natrium pada panjang gelombang masing-masing. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk keempat mineral tersebut
diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0,0352X + 0,0046 untuk kalsium, Y = 0,5636X + 0,0025 untuk magnesium, Y = 0,0404X + 0,0027 untuk kalium
dan Y = 0,1164X + 0,0016 untuk natrium. Kurva kalibrasi larutan baku kalsium, magnesium, kalium dan natrium
dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara