43
Gambar 4.4 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Natrium
Berdasarkan kurva diatas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi r kalsium sebesar
0,9995, magnesium sebesar 0,9998, kalium sebesar 0,9996 dan natrium sebesar 0,
λλλ5. Nilai r ≥ 0,λ7 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X Konsentrasi dan Y Absorbansi Ermer dan
McB.Miller, 2005. Data hasil pengukuran absorbansi larutan baku dan perhitungan
persamaan garis regresi kalsium dapat dilihat pada Lampiran 6 Halaman 61, magnesium dapat dilihat pada Lampiran 7 Halaman 63, kalium dapat dilihat pada
Lampiran 8 Halaman 65 dan natrium dapat dilihat pada Lampiran 9 Halaman 67.
4.2.2 Analisis Kadar Kalsium, Magnesium, Kalium Dan Natrium Dalam Sampel
Penentuan kadar kalsium, magnesium, kalium dan natrium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Sumber nyala yang dipakai adalah udara-
asitilen dengan suhu nyala 2200
o
C yang dapat mengatomisasi hampir semua elemen. Konsentrasi kalsium, magnesium, kalium dan natrium dalam sampel
Y = 0,1164X + 0,0016 r = 0,9995
-0,02 0,02
0,04 0,06
0,08 0,1
0,12 0,14
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
A b
so rb
a n
si
Konsentrasi mcgml
1-Na 589.0
Universitas Sumatera Utara
44
ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan baku masing-masing. Konsentrasi kalsium, magnesium, kalium dan natrium belum
berada dalam rentang kalibrasi sehingga perlu diencerkan, untuk kalsium pengenceran 50 kali, untuk magnesium pengenceran 1900 kali, untuk kalium
pengenceran 1500 kali, dan untuk natrium pengenceran 100 kali. Pengujian dilanjutkan dengan perhitungan statistik. Hasil analisis kadar kalsium,
magnesium, kalium dan natrium dapat dilihat pada Lampiran 10 Halaman 69, serta contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11 Halaman 72. Hasil
penetapan kadar kalsium, magnesium, kalium dan natrium pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Hasil Penetapan Kadar Kalsium, Magnesium, Kalium Dan Natrium Dalam Sampel
Sampel Kadar mg100g Kalsium Magnesium Kalium Natrium
Biji kakao non
fermentasi 30,2659 ±
0,0716 154,7221 ±
0,0687 607,7246 ±
1,2112 6,6898 ±
0,0245 Biji kakao
fermentasi 33,2278 ±
0,0498 174,6994 ±
0,1220 691,4279 ±
1,1020 7,2067 ±
0,0268
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa kadar kalium pada biji kakao fermentasi lebih besar dibandingkan biji kakao non fermentasi dan
mineral lain, hal ini dikarenakan kebutuhan unsur hara kakao meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur hara yang
paling banyak atau tinggi yang dibutuhkan kakao adalah kalium dengan urutan K Mg Ca Na Poedjiwidodo, 1996. Kalium berperan langsung dalam proses
fotosintesis yaitu dalam pembentukan klorofil dan pembentukan jaringan, dan
Universitas Sumatera Utara
45
kalium memiliki sifat sangat mudah larut dalam air, sehingga kadarnya sangat tinggi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Kadar magnesium pada
biji kakao fermentasi lebih besar dibanding dengan biji kakao fermentasi, hal ini terjadi dikarenakan magnesium dalam jaringan tanaman relatif lebih rendah
dibanding kalium, semakin tinggi penyerapan kalium semakin rendah penyerapan magnesium Rosmarkam, dkk., 2002.
Meningkatnya kadar magnesium dan kalsium pada biji kakao fermentasi didukung oleh hasil penelitian Wiranda 2014, yang menyatakan bahwa
kandungan magnesium pada biji kakao dengan proses fermentasi meningkat dibandingkan dengan biji kakao non fermentasi yaitu 491 mcgg dan 445 mcgg
menjadi 554 mcgg dan 505 mcgg. Kandungan kalsium pada biji kakao dengan proses fermentasi juga meningkat dibandingkan dengan biji kakao non fermentasi
yaitu 453 mcgg dan 466 mcgg menjadi 596 mcgg dan 528 mcgg. Data yang didapat kemudian dihitung berapa besar persentase
peningkatan kadar dari masing-masing mineral pada sampel yaitu peningkatan kadar kalsium, magnesium, kalium dan natrium pada biji kakao non fermentasi
menjadi biji kakao fermentasi perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13 pada
Halaman 89. Hasil peningkatan kadar kalsium, magnesium, kalium dan natrium pada sampel biji kakao non fermentasi dengan biji kakao fermentasi dapat dilihat
pada Tabel 4.2 berikut:
Universitas Sumatera Utara
46
Tabel 4.2 Hasil Peningkatan Kadar Kalsium, Magnesium, Kalium Dan Natrium
Pada Sampel Biji Kakao Non Fermentasi NF Menjadi Biji Kakao Fermentasi F
Mineral Kadar Sampel mg100g
Peningkatan Kadar NF
F Kalsium
30,2659 33,2278
9,7863 Magnesium
154,7221 174,6994
12,9117 Kalium
607,7246 691,4279
13,7732 Natrium
6,6898 7,2067
7,7267 Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
kadar kalsium, magnesium, kalium dan natrium pada biji kakao non fermentasi menjadi biji kakao fermentasi. Hal ini disebabkan karena pada biji kakao
fermentasi memiliki kadar air lebih kecil dari pada biji kakao non fermentasi. Kadar air menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam bahan. Selama
pengeringan, bahan pangan kehilangan kadar air yang menyebabkan naiknya kadar zat gizi di dalam massa yang tertinggal. Proporsi kadar abu dalam suatu
bahan pangan juga berpengaruh terhadap peningkatan kadar, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti varietas, keadaan tanaman, iklim, daerah tempat
tumbuh dan perlakuan, akan mempengaruhi kadar abu bahan pangan yang dihasilkan terutama kandungan mineralnya Hayati, dkk., 2012.
Kemudian dari data hasil penetapan kadar yang didapat, digunakan untuk menghitung uji beda nilai rata-rata kadar kalsium, magnesium, kalium dan
natrium antar sampel. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 14 Halaman 91. Hasil uji beda nilai rata-rata kadar kalsium, magnesium, kalium dan natrium antar
sampel dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 4.3 Hasil Uji Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium, Magnesium, Kalium Dan Natrium Antar Sampel
Berdasarkan Tabel 4.3 maka diketahui bahwa terdapat perbedaan kadar kalsium, magnesium, kalium dan natrium yang signifikan antara biji kakao non
fermentasi dan biji kakao fermentasi.
4.2.3 Uji Perolehan Kembali