Psikoanalitis Carl G. Jung

pada suatu karya sastra yang menggunakan tinjauan psikologi sastra. Psikologi sastra dapat mengungkapkan tentang sesuatu kejiwaan baik pengarang, tokoh karya sastra, maupun pembaca karya sastra. Sastra sebagai gejala ”kejiwaan” didalamnya terkandung fenomena-fenomena yang terkait dengan psikis atau kejiwaan. Dengan demikian karya sastra dapat diteliti dengan pendekatan psikologi. Dengan didukung pendapat Jatman dalam Aminuddin, 1990:101, sastra dan psikologi memiliki hubungan yang bersifat tidak langsung dan fungsional. Perbedaan gejala-gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra dengan manusia nyata adalah psikoligi sastra yang merupakan gejala kejiwaan dari manusia imajiner, sedangkan dalam ilmu psikologi adalah gejala kejiwaan pada manusia riil Endraswara, 2003:97. Antara psikologi dan sastra akan saling melengkapi dan saling berhubungan sebab hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan proses penciptaan sebuah karya sastra. Psikologi digunakan untuk menghidupkan karakter para tokoh yang tidak secara sadar diciptakan oleh pengarang. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu 1 memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, 2 memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, 3 memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca Ratna, 2004:343. Pendekatan psikologi sastra memiliki tiga pendekatan yaitu: 1 pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya sastra, 2 pendekatan tekstual yang menekankan pada psikologi tokoh, 3 pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca Endraswara, 2008:99. Pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah pendekatan tekstual yaitu melalui jiwa atau aspek psikologis tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra itu. Pendekatan tekstual tidak dapat lepas dari teori Jung yaitu psikoanalitis. Psikoanalitis yang diterapkan dalam