Faktor Konflik Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurohman: Analisis Psikologi Sastra

yang tidak Vano sukai.” … tidak, tidak. Papa tidak akan setuju dengan cita-citamu itu. Tidak ada masa depan yang cerah dengan kamu menjadi guru, Van.” Papanya menaikkan suaranya. Ia terlihat tak suka dengan penolakan Vano. MI:11 Kutipan di atas dapat disimpulkan Tevano mengalami konflik dengan ayahnya. Terjadi ketidaksesuaian antara keduanya. Tevano sangat ingin menjadi seorang guru sedangkan ayahnya tidak setuju dengan cita-cita Tevano tersebut. Ayahnya memaksa Tevano untuk kembali melanjutkan kulihnya ke jenjang yang lebih tinggi dan suatu saat akan meneruskan perusahaan ayahnya. Konflik batin juga dialami Tevano akibat pemaksaan kehendak yang dilakukan oleh ayahnya. Ayahnya terlalu mengatur semua kehidupan Tevano sehingga membuat dia tertekan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini: Vano mengacak-acak rambut dengan kedua tangan. Ia sungguh sebal dengan sikap Papa. Memang hidupnya berkecukupan. Tapi, batinnya tersiksa karena ia hanya seperti robot yang digerakkan Papa. Semua Papa yang mengatur. MI:25 Kutipan di atas dapat dilihat konflik batin yang dialami oleh Tevano. Batinnya tersiksa karena ia merasa hanya robot yang bisa digerakkan oleh ayahnya. Konflik batin juga dialami Tevano, karena sikap Lestari terhadapnya ketika mereka pertama kali bertemu. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut: Ada rasa yang mengganjal di hati Vano. Tentang Lestari. Bagaimana ia bisa tenang mengajar nanti jika rekannya tidak suka dengannya. Vano memilih diam selama perjalanan di atas jembatan kayu. Hatinya bergemuruh. Ia ingin kembali, menayakan alasan mengapa Lestari bersikap seperti itu. MI:85 Kutipan di atas tergambar konflik batin yang dialami Tevano. Dia merasa ada sesuatu mengganjal hatinya, karena sikap Lestari yang tak acuh terhadap dirinya. Ia akan merasa tidak tenang mengajar jika temannya tidak suka atas kehadirannya. Tevano sangat ingin menanyakan hal tersebut kepada Lestari.

e. Faktor Ancaman

Faktor ancaman keselamatan diri dialami oleh Tevano, ketika terjadi baku tembak anatara penculik dangan polisi. Tevano tidak memperdulikan ancaman keselamatan dirinya demi menyelamatkan Lestari dari para penculik tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini: Vano yang mendengar suara tembakan bergidik ngeri. Ingin berlari kea rah gudang, melihat keadaan, tapi ia sebenarnya sangat takut dengan keadaan yang seperti ini. Langkahnya ragu. Baku tembak masih terdengar dari dalam. Vano mengepalkan tangan keras. Ia tak bisa mengontrol emosinya. Ketakutan terpaksa ia tekan. Ia berlari menuju ke gudang gandum dengan tangan kosong. MI:283 Kutipan di atas dapat dilihat ancaman akan keselamatan diri yang dialami Tevano. Demi menyelamatkan Lestari dari tangan para penculik, ia rela masuk ke dalam gudang tempat Lestari disekap. Walaupaun keselamatan dirinya terancam oleh para penculik tersebut. Faktor ancaman tersebut membuat Tevano menjadi berani dan nekat untuk melawan ketakutannya.

4.2.2. Ketidaksadaran Kolektif

Ketidaksadaran kolektif merupakan faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia yang diterima tidak secara pribadi atau personal melainkan yang diterima bersama. Faktor ini diterima atau diturunkan dari nenek moyang masing-masing manusia. Faktor tersebut meliputi faktor biologis dan faktor agama.

a. Faktor Biologis

Salah satu faktor yang mendasari kepribadian Tevano adalah faktor biologis. Faktor ini merupakan faktor kejiwaan yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkungan. Faktor biologis ini diturunkan oleh nenek moyang manusia. Faktor biologis yang mempengaruhi pribadi Tevano meliputi hasrat untuk makan dan minum. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut: Menu malam ini lagi-lagi ikan goreng yang sama seperti tadi siang, pagi, dan kemarin malam. Lidah Vano merasa bosan dengan menu ini. Lidahnya sudah terbiasa dengan menu yang berbeda terus. Selain alasan itu, ia juga malas untuk memilah-milah duri ikan. MI:90 Kutipan di atas dapat disimpulkan bahawa kebutuhan biologis seperti makan juga mempengaruhi pribadi Tevano. Tevano yang sudah terbiasa dengan menu yang berbeda terus, ia merasa bosan memakan ikan setiap hari ketika dia tinggal di rumah Apai Sahat. Kebutuhan biologis untuk istirahat di malam hari juga mempengaruhi kepribadian Tevano. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut: Vano merapikan tempat tidur. Ia menelentangkan tubuh, menutup mata, dan berusaha tidur. Namun, tetap tak bisa terlelap atau pergi kea lam mimpi. Ia sungguh tak biasa tidur di tempat yang keras seperti ini. Badannya terasa sakit. Herannya, kemarin ia langsung bisa langsung terlelap atau pergi ke alam mimpi. Vano berusaha terlelap lagi. Melupakan semua rasa tak nyaman itu. MI:93 Kutipan di atas dapat disimpulkan kebutuhan biologis seperti tidur, juga mempengaruhi kepribadian Tevano. Tevano yang sudah terbiasa tidur di tempat tidur yang lembut, kini ia susah tidur di tempat tidur yang keras. Dia yang sudah terbiasa hidup dengan penuh kenyamanan, kini ia untuk tidur pun sangat susah. Kebutuhan biologis untuk minum juga dialami Tevano, ketika dia sedang sakit. Apai Sahat menawarkannya segelas air jahe. Tevano sangat susah untuk meminumnya, karena ia tidak suka dengan aromanya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini: Ia mengarahkan bibir gelas pada mulutnya. Ia menahan napas, tak membiarkan aroma jahe yang menyengat itu masuk ke rongga hidungnya. Perlahan, ia menengguk jahe hangat itu. Rasa pedas dan agak panas seperti membakar lidah. Air jahe itu pun turun ke tenggorokan dan sampai ke lambung, menerobos gumpalan angin yang memenuhi lambung, dan memecahnya. Lambung Vano terasa hangat, namun lidahnya menolak rasa. MI:113