ke Putussiabau, tetapi penerbangan ke sana hanya dua kali seminggu. Maka ia harus menunggu
hingga esok hari kembali. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini: “Aku lupa. Lha, sekarang aku harus nunggu. Besok baru ada pesawat. Harus nginap
di Pontianak nih. ”Buang-buang uang jadinya,” kata Vano kesal. Ia kesal pada dirinya, juga pada keadaan sekarang. Ia mengutuk kebodohannya sendiri.
MI:51
Kutipan di atas dapat dilihat frustasi yang dialami Tevano ketika berada di bandara. Dia lupa bahwa sebenarnya jadwal penerbangan ke Putussibau hanya dua kali seminggu. Rasa
kefrustasiaanya ia tunjukkan saat ia kesal pada dirinya dan ia mearasa bersalah pada dirinya. Frustasi juga dialami Tevano ketika penyamarannya selama ini harus terbongkar. Seperti
yang terdapat dalam kutipan berikut ini: Vano gelisah. Ia tak bisa berkata apa-apa. Polisi ini menang. Sekarang
semuanya terbongkar. Ia tak menyangka informasi tentang dirinya sampai di sini. Padahal menurutnya ia sudah jauh dari rumah. Di tempat paling pelosok di negeri
ini. Nyatanya, orangtua Vano menyebarkan informasi tentang dirinya sampai sini. Tamatlah perjalanannya.
MI:291
Kutipan di atas dapat dilihat frustasi yang dialami Tevano dalam Novel
MI
, ketika penyamarannya selama berada di desa Meliau akhirnya terbongkar. Tevano tidak menduga
informasi tentang dirinya sampai ke desa tersebut. Ia frustasi karena perjalannya mengajar di SD Mini Penggerak akan tamat atau selesai.
d. Faktor Konflik
Konflik yang dialami Tevano dalam novel
MI,
sangat mempengaruhi kepribadiannya. Konflik yang dialami Tevano membentuk dirinya menjadi pribadi yang
ekstrovert
terbuka dan perasa. Konflik yang dialami Tevano adalah konflik dengan ayahnya sampai konflik batin.
Konflik yang dialami Tevano dengan ayahnya dapat dilihat dalam kutipan berikut ini: Vano terlonjak. Baru saja melepas rindu tanah kelahiran, sudah disuruh ke luar
negeri, kuliah pada bidang yang sama sekali tak disukainya. Hati Vano langsung menolak. ”Tapi, Pa. Vano sudah bosan hidup di luar negeri. Vano bosan belajar apa
yang tidak Vano sukai.” … tidak, tidak. Papa tidak akan setuju dengan cita-citamu itu. Tidak ada masa depan yang cerah dengan kamu menjadi guru, Van.” Papanya
menaikkan suaranya. Ia terlihat tak suka dengan penolakan Vano.
MI:11
Kutipan di atas dapat disimpulkan Tevano mengalami konflik dengan ayahnya. Terjadi ketidaksesuaian antara keduanya. Tevano sangat ingin menjadi seorang guru sedangkan ayahnya
tidak setuju dengan cita-cita Tevano tersebut. Ayahnya memaksa Tevano untuk kembali melanjutkan kulihnya ke jenjang yang lebih tinggi dan suatu saat akan meneruskan perusahaan
ayahnya. Konflik batin juga dialami Tevano akibat pemaksaan kehendak yang dilakukan oleh
ayahnya. Ayahnya terlalu mengatur semua kehidupan Tevano sehingga membuat dia tertekan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
Vano mengacak-acak rambut dengan kedua tangan. Ia sungguh sebal dengan sikap Papa. Memang hidupnya berkecukupan. Tapi, batinnya tersiksa
karena ia hanya seperti robot yang digerakkan Papa. Semua Papa yang mengatur.
MI:25
Kutipan di atas dapat dilihat konflik batin yang dialami oleh Tevano. Batinnya tersiksa karena ia merasa hanya robot yang bisa digerakkan oleh ayahnya.
Konflik batin juga dialami Tevano, karena sikap Lestari terhadapnya ketika mereka pertama kali bertemu. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Ada rasa yang mengganjal di hati Vano. Tentang Lestari. Bagaimana ia bisa tenang mengajar nanti jika rekannya tidak suka dengannya. Vano memilih diam
selama perjalanan di atas jembatan kayu. Hatinya bergemuruh. Ia ingin kembali, menayakan alasan mengapa Lestari bersikap seperti itu.
MI:85
Kutipan di atas tergambar konflik batin yang dialami Tevano. Dia merasa ada sesuatu mengganjal hatinya, karena sikap Lestari yang tak acuh terhadap dirinya. Ia akan merasa tidak
tenang mengajar jika temannya tidak suka atas kehadirannya. Tevano sangat ingin menanyakan hal tersebut kepada Lestari.