Kepribadian Tokoh Utama Berdasarkan Ketidaksadaran a.
Kutipan di atas menunjukkan betapa ingin tahunya Tevano mengapa Lestari bersikap tidak suka dan dingin terhadap dirinya. Rasa ingin tahu Tevano juga ditunjukkannya ketika
Apai
Sahat sangat mengkwatirkannya jika sesuatu terjadi sama dirinya. Dia juga penasaran mengapa
Apai
Sahat sangat baik kepadanya.
Apai
Sahat selalu hadir dan membantu ketika Tevano berada dalam masalah dan susah. Ia juga penasaran tentang tatapan
Apai
Sahat yang penuh kasih sayang yang ia lihat pada saat
mereka saling bertatapan. Tevano merasa “aneh” atas sikap
Apai
Sahat yang memperlakukannya bagaikan anak sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan
berikurt: Ada yang mengganjal di hati Tevano tentang mengapa
Apai
Sahat sangat mengkhatirkannya. Padahal bukanlah siapa-siapa. Terus, tentang kebaikan
Apai
Sahat selama ini. Tentang tatapan penuh kasih sayang yang ia lihat kemarin. Ini sedikit ’aneh’. Vano menghela napas. ”
Apai,
” Vano berkata pelan. ”Kalo boleh Topan tahu, kenapa
Apai
baik sekali sama Topan? Bahkan Topan sudah
Apai
anggap seperti anak sendiri.” Vano terpaksa bertanya hal itu. Ia sangat ingin tahu alasan
Apai
Sahat.
MI:127
Kutipan di atas dapat dilihat betapa besar rasa ingin tahu Tevano. Tevano sangat ingin tahu alasan
Apai
Sahat sangat baik pada dirinya. Akhirnya Tevano menanyakan hal yang mengganjal hatinya tersebut terhadap
Apai
Sahat. Sifat rasa ingin tahu Tevano juga dapat dilihat ketika dia melihat keadaan Lestari tidak
seperti biasanya. Lestari datang ke sekolah terlambat dan wajahnya kusut dan pucat. Lestari pada hari tersebut tampak murung dan tidak semangat. Tevano juga melihat Lestari menangis
ketika jam istirahat sekolah. Tevano penasaran apa yang terjadi dengan Lestari. Dia ingin tahu mengapa Lestari demikian. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
”Kamu tidak apa-apa, Tari? Sepertinya wajahmu kusut.” Kata Vano memperhatikan wajah Les
tari…
”Kamu tidak apa-apa? Sepertinya kamu sedang menangis,” kata Vano saaat tiba di depan Lestari. ”Sudah kubilang kan tadi, aku tidak apa-apa.” Lestari berkata
jutek… ”Jika kamu tidak apa-apa, wajahmu tak sepucat ini dan kamu akan ceria
seperti biasa. Ce ritalah denganku. Kamu bisa mempercayaiku.” Lestari
menyunggingkan senyum. Senyuman yang sama seperti tadi pagi, dipaksa. ”Tuh, aku ceria.” ”Itu terpaksa. Jelas sangat terlihat kalau senyum itu terpaksa. Ayolah,
cerita denganku. Apa pun masalahmu, akau aka n mendengarkannya.”
MI:234
Kutipan di atas dapat dilihat bahwa Tevano ingin tahu mengapa Lestari tampak murung dan tidak semangat. Tevano menanyakan Lestari mengapa demikian, dan dia meminta Lestari
cerita kepadanya sehingga dia dapat mengetahui masalah yang dialami oleh Lestari. 2. Tidak sabar
Selain rasa ingin tahu, Tevano juga memiliki sifat yang tidak sabar. Tevano terkadang tidak sabar dalam menghadapi sesuatu, ia terkadang lepas kendali, tidak berpikir panjang dalam
menghadapi keadaan yang dianggapnya sangat tiba-tiba. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
”Lihat, tikar di kamar Lestari berantakan. Pasti saat diculik, Lestari meronta-
ronta.” ”Di mana tempat tinggal pria itu?” Tanya Vano tak sabaran. Bapak Lestari diam.
”Ayo
Apai,
katakan. Kita harus mengejarnya,” Vano memaksa.
MI:269
Kutipan di atas menunjukkan Vano tidak sabar untuk mengetahui dimana tempat tinggal pria yang telah menculik Lestari. Dia tidak sabar untuk menjumpai pria tersebut dan membawa
kembali Lestari. Vano memaksa bapak Lestari untuk memberitahukan keberadaan pria tersebut. Dia tidak sabar untuk mengejar pria yang telah menculik Lestari..
Sifat tidak sabar Tevano juga ditunjukkanya ketika dia telah sampai di desa Meliau. Tevano tidak sabar lagi bisa mengajar anak-anak di SD Mini Penggerak. Dia tidak sabar lagi
menatap, mengajar dengan ramah, dan melucu kepada anak-anak tersebut. Seperti yang tergambar dalam kutipan berikut ini:
Vano kemudian memasukkan buku tersebut dalam tas, menyusun buku-buku bacaan yang ia bawa jauh-jauh dari Kudus, yang sudah terlebih dahulu mendiami
tasnya. ”Tak sabar rasanya menatap mereka, mengajar dengan ramah, perhatian, dan lucu.
MI:93
Kutipan di atas menunjukkan Vano tidak sabar untuk segera dapat mengajari anak-anak di SD Mini Penggerak. Dia sudah mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam mengajar.
Buku-buku pelajaran yang dibawanya dari kotanya Kudus dipersiapkannya untuk kebutuhan mengajar nantinya.
3. Gugup Tevano juga memiliki sifat gugup dalam menghadapi sesuatu permasalahan. Sifat gugup
tersebut tidak ia sadari keluar dari dirinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini: Detak jantungnya berdetak semakin cepat. Ia gelisah. Gugup. Peluh menetes
dari keningnya lagi. Ia kegerahan. Padahal cuaca pagi ini tidak terlalu terik. ”S-s-
sampai m-mana pelajarannya, a-anak- anak?” sapa Vano tergagap, memecah
ketegangan.
MI: 98
Kutipan di atas dapat dilihat sifat gugup yang dimiliki Tevano. Tevano sangat gugup pada saat pertama kali dia mengajar di SD Meliau. Tevano gugup menghadapi anak-anak yang
dihadapannya, dia tidak tahu apa yang akan diajarkannya pertama kali terhadap anak-anak tersebut. Dia sangat gelisah dan jantungnya berdetak cepat, sehingga keringat menetes dari
keningnya. Sifat gugup Tevano juga dapat dilihat ketika dia sedang mendayung perahu bersama
Apai
Sahat menuju sekolah. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini:
”Bagaimana ini?” Vano terlihat gugup. Keringat dingin bercucuran dari kening. ”Tinggal pinggirkan saja, kan?” jawab
Apai
Sahat enteng. ”Sulit,
Apai.
Apalagi tempatnya sudah penuh begitu.” ”Dicoba saja. Tidak ada yang sulit jika belum mencoba.”
Apai
Sahat tersenyum. Vano semakin bingung. Tidak ada cara lain. Ia tetap menjadi pengendali sekarang. Mau tidak mau dia harus menepikan
perahu.
MI:173
Kutipan di ataas dapat dilihat bahwa Tevano sangat gugup ketika
Apai
Sahat menyuruhnya menepikan perahu tersebut. Tevano merasa kesulitan karena, beberapa perahu
anak-anak sudah terparkir rapi di dermaga. Tevano takut jika dia akan menabrak perahu yang sudah diparkirkan dengan rapi. Tetapi
Apai
Sahat tetap menyuruhnya mengendalikan perahu tersebut dengan fokus, tenang, dan percaya diri sehingga berhasil menepikan perahu dengan
tepat. 4. Manja
Tevano juga memiliki sifat manja. Sifat tersebut tidak ia sadari keluar dari dirinya. Tevano memiliki sifat manja karena, ia sudah terbiasa dengan hidup berkecukupan sejak kecil.
Sifat manja Vano dapat dilihat dalam kutipan berikut ini: Persediaan uang Vano tidak banyak. Jika malam ini harus menginap, ia butuh biaya
yang tidak sedikit. Vano memutuskan untuk meminjam uang Hakim…. ”Iya-iya. Makasih ceramahnya. Tapi, akau lagi tidak butuh ceramah. Cuma butuh
uang tambahan aja tuh. Gimana?” ”Sialan. Dasar anak Mami. Baru segini aja sudah meraung-
raung minta uang. Bagiamana nanti?” ”Itu beda lagi. Ini kan belum sampe lokasi yang sebenarnya.” ”Ya udah, ya udah. SMS-in nomor rekeningmu.”
MI:51
Kutipan di atas dapat dilihat sifat manja yang dimiliki Tevano. Suatu saat persediaan uangnya tidak banyak lagi, dan ia harus menginap karena jadwal penerbangan malam itu tidak
ada. Maka ia memutuskan untuk meminjam uang temannya Hakim. Tetapi Hakim menganggap Vano anak “Mami” manja karena baru menghadapi masalah seperti itu langsung minta tolong
minjam uang. Hakim menasehati Vano untuk bisa menghadapi semua masalah dan tidak manja lagi walaupun akhirnya ia bersedia membantu Tevano.
Sifat manja Tevano juga keluar saat dia sedang naik perahu bersama
Apai
Sahat menuju sekolah.
Apai
Sahat menyuruh Tevano untuk mendayung perahu tersebut. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini:
Perahu masih melaju memecah air sungai yang hening. Terlihat beberapa ikan tengah berenang di permukaan. Lama-kelamaan, Vano mulai terbiasa dengan
dayungnya. Jantung Vano berdetak agak normal. ”Ternyata berat juga, ya.”
Komentar Vano
bersama cipratan
air dari
dayungnya. ”Lama-lama akan terbiasa. Begini kan bisa sekalian olahraga.” ”Tapi sulit, harus
bisa seimbang perahunya. Tangan terasa pegal.” Sifat manja Tevano keluar.
MI:79
Kutipan di atas dapat dilihat sifat manja yang dimiliki Tevano. Dari percakapannya dengan
Apai
Sahat terlihat sifat manja yang dimilikinya. Tevano berkomentar bahwa mendayung perahu tersebut berat, sulit, dan harus bisa menyeimbangkan posisi perahu tersebut. Tevano
mengatakan hal tersebut karena selama ini ia tidak pernah melakukan pekerjaan seperti itu. Dia sudah terbiasa hidup dengan berkecukupan dari orang tuanya. Dia tidak pernah melakukan
pekerjaan berat seperti itu, sehingga sifat manja tersebut keluar tanpa ia sadari. Seluruh penjelasan di atas dapat disimpulkan kepribadian Tevano berdasarkan
ketidaksadaran pribadi adalah fungsi pemikir. Fungsi pemikir ada dalam diri Tevano tampak melalui sifat-sifatnya rasa ingin tahu, tidak sabar, gugup, dan manja. Sifat ini yang tidak
disadarinya keluar dari dirinya.