Ketidaksadaran Kolektif Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurohman: Analisis Psikologi Sastra

muncul dalam diri Tevano adalah yang selalu berbicara pada perasaannya sendiri ketika menghadapi situasi atau kondisi apapun. Dia selalu bertanya pada hatinya ketika berhadapan pada keadaan yang membuat berani mengambil keputusan yang baik. Kepribadian Tevano yang intuitif dapat dilihat dari sifat-sifat Tevano yaitu optimis dan bijaksana. 1. Optimis Tevano merupakan orang yang optimis. Sifat optimis yang dimiliki Tevano, ia tunjukkan kepada Lestari dan Inai Atin bahwa murid-muridnyaakan mengikuti perlombaan baca puisi dan akan meraih piala. Dapat dilihat dalam kutipan berikut ini: ”Ini kesempatan bagus. Anak-anak pasti menyetujuinya. Saatnya sekolah ini mengepakkan sayap. Anak- anak bisa tahu dunia luar sana juga. Saya sangat setuju”. Vano sangat bersemangat. Ada kobaran api di matanya. ”Kok tahu anak-anak pasti setuju?” sambar Lestari. ”Tahun-tahun yang lalu kalau ada lomba pasti tidak ada yang mau ikut…… ”Dan ini saatnya anak-anak untuk bangkit. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.” Vano semakin bersemangat. Api sudah membakar semangatnya. MI: 138 Kutipan di atas dapat dilihat sifat optimis yang dimiliki Tevano. Tevano optimis anak- anak akan mengikuti perlombaan baca puisi antarsekolah. Walaupun selama ini anak-anak tidak pernah mengikuti perlombaan tersebut. Menurut Tevano anak-anak akan setuju untuk mengikuti perlombaan tersebut. Ini merupakan kesempatan yang luar biasa untuk anak-anak untuk dapat mengetahui dunia luar. Tevano tetap optimis walaupun Lestari mengatakan anak- anak tidak ada yang mau ikut, sama halnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal terebut tidak menyurutkan sifat optimis yang dimiliki Tevano. 2. Bijaksana Tevano juga memiliki sifat bijaksana. Tevano menunjukkan kebijaksannaanya ketika melihat Wulan dan Zali kurang semangat dengan hasil yang mereka terima. Sifat bijaksana Tevano dapat dilihat dalam kutipan berikut ini: ”Maaf, kami tidak berhasil menjadi juara.” Zali bersuara dengan parau. ”Kalian bercanda? Kalian sudah menjadi juara. Kalian berhasil menghadiahkan piala untuk sekolah, untuk teman- teman kalian. Mereka pasti bangga melihatnya.” ”Tapi kami tidak juara satu.” Wulan menimpali. Vano jongkok, dia memegang pundak Wulan dan Zali. ”Kalian itu sudah menjadi pemenang. Yang terpenting adalah, kalian sudah berhasil melakukan itu dengan maksimal”. Vano menghela napas. ”Sudah Apai bilang, kalah menang tak jadi soal.” MI: 216 Kutipan di atas dapat dilihat sifat bijaksana Tevano. Tevano melihat Wulan dan Zali kurang bersemangat setelah mendapatkan piala lomba puisi. Ternyata mereka kurang bersemangat karena tidak berhasil menjadi juara satu. Tevano dengan bijaksana menyemangati mereka, Vano mengatakan walaupun tidak berhasil menjadi juara satu tetapi mereka sudah mempersembahkan piala untuk sekolah dan teman-teman mereka. Vano juga mengatakan yang terpenting mereka sudah melakukannya dengan maksimal dan kalah atau menang tidak menjadi persoalan yang penting berani mengikuti lomba tersebut. Lomba yang selama ini tidak pernah mereka ikuti. Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian Tevano berdasarkan ketidaksadaran kolektif adalah fungsi intuitif. Hal tersebut dapat dilihat dari sifat Tevano yang bijaksana dan selalu optimis.

4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Tokoh Utama

Analisis di atas diketahui bahwa kepribadian Tevano adalah bertipe perasa dan ekstrover t. Kepribadian Tevano tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi faktor ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadarankolektif.

4.2.1 Ketidaksadaran Pribadi

Faktor ketidaksadaran pribadi berupa faktor kedewasaan, motif cinta faktor frustasi, faktor konflik, dan faktor ancaman.

a. Faktor Kedewasaan

Tevano telah dewasa dan menjadi orang yang lebih berfikir secara dewasaserta bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. Tevano tumbuh menjadi pribadi yang matang, yakin membuat keputusan, berfikir dalam menjalani hidup, dan selalu optimis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: ”Memangnya, apa yang kamu sukai? Jadi guru? Tidak, tidak. Papa tidak akan setuju dengan cita-citamu itu. Tidak ada masa depan yang cerah dengan kamu menjadi guru, Van.” Papanya menaikkan sedikit suaranya. Ia terlihat tak suka dengan penolakan Vano. ”Tapi itu cita-cita Vano sejak kecil, Pa. Sejak kecil Dan Vano ingin mewujudkannya.” Vano menyakinkan Papa. MI:11 Kutipan di atas menunjukkan bahwa kedewasaan Vano diwujudkan dengan pemikirannya untuk yakin mengambil keputusan yang benar dan ia ingin mewujudkan cita-citanya. Guru merupakan cita-cita Vano sejak kecil. Walaupun ayahnya melarangnya untuk menjadi seorang guru tetapi dia selalu bersikukuh ingin menjadi seorang guru. Pemikirannya sudah dewasa, dia ingin mewujudkan cita-citanya dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Dia ingin bertindak atas kemauannya sendiri bukan karena arahan orangtuanya lagi. Kedewasaan Vano juga membuatnya menjadi sosok manusia yang optimis. Ia merasa yakin mampu melakukan hal-hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Ia yakin atas apa yang ia putuskan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Tentang S2 di Jerman lagi, Pa? Sudah Vano bilang, Vano tidak mau. Vano sudah bosan tinggal di luar negeri. Vano bosan belajar…