Sebagaimana dikatakan van Dijk, bahwa skematik merupakan strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin
disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Wartawan dapat memilih bagian mana yang dianggap perlu ditonjolkan
dalam berita dan mana yang diletakkan di akhir. Pada berita ini, wartawan lebih mengedepankan pernyataan-pernyataan dari tokoh yang
menilai koalisi di antara parpol Islam dapat terbentuk. Wartawan mewacanakan ke pembaca, parpol Islam memiliki kesempatan
menguasai kursi pemerintahan seusai Pemilu 2014, meskipun koalisi tersebut sulit terwujud karena tidak adanya keberadaan tokoh pengikat.
c. Struktur Mikro
Menurut van Dijk, makna wacana dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks seperti kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,
parafrase, dan gambar yang digunakan pada suatu teks. Pemakaian kata, kalimat, dan gaya tertentu tidak hanya dipandang sebagai cara
berkomunikasi, tapi dipandang sebagai politik komunikasi, suatu cara untuk
memengaruhi pendapat
umum, menciptakan
dukungan, memperkuat legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang.
3
Pada analisis struktur mikro, yang harus diperhatikan adalah semantik,
sintaksis, stilistik, dan retoris.
3
Ibid., h. 226-227.
Semantik
Mengamati semantik sebuah berita harus memperhatikan empat elemen utama, yaitu latar, detil, maksud, dan praanggapan.
a Elemen latar secara umum terdapat pada paragraf 1,2,3, dan 4.
Dalam penulisan ini, wartawan menjelaskan pandangan dari pengamat politik yang melihat bahwa parpol Islam tidak terlalu
diminati berdasarkan hasil survei berbagai lembaga survei. b
Elemen detil tidak terdapat dalam berita ini. Tidak ada bagian yang diterangkan lebih dalam oleh wartawan.
c Elemen maksud terdapat pada paragraf 1,5, dan 7. Wartawan
terlihat menekankan pernyataan-pernyataan yang menganggap koalisi poros tengah dapat terbentuk kembali. Berita ini memiliki
maksud mengajak pembaca untuk meyakini bahwa parpol Islam dapat menang jika berkoalisi. Meskipun koalisi sulit terbentuk,
terdapat cara-cara tertentu yang dapat ditempuh seperti dijelaskan pada paragraf 5 dan 6. Koalisi poros tengah mampu terwujud jika
di kalangan parpol Islam terdapat tokoh pengikat seperti dijelaskan di paragraf 2.
d Elemen praanggapan dapat dilihat pada paragraf 1 di kalimat
“Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Syamsuddin Haris, menilai, itu hanya bisa terwujud
apabila parpol Islam peserta pemilu tahun ini bersatu dalam
koalisi.” Kata apabila menjelaskan bahwa koalisi di antara parpol Islam belum tentu terwujud, tapi wartawan menuliskannya
sebagai praanggapan yang logis atau masuk akal. Meski kenyataannya belum terjadi, koalisi parpol Islam tersebut dapat
diterima pembaca.
Sintaksis
Unsur lain yang perlu diamati adalah sintaksis, bagaimana pemilihan kalimat pada suatu teks dilihat dari segi bentuk bahasa dan
susunan. Sintaksis dibagi menjadi tiga elemen, yaitu koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti.
4
a Elemen koherensi
Elemen ini dapat dilihat dari kata hubung
“meski begitu” di
paragraf 1. Wartawan menghubungkan kalimat “Partai Politik
parpol Islam
sebenarnya berpotensi
menguasai kursi
pemeri ntahan seusai Pemilu 2014” dengan kalimat “Pengamat
Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Syamsuddin Haris menilai, itu hanya bisa terwujud apabila parpol
Islam peserta pemilu tahun ini bersatu dalam koalisi.” Pada paragraf 2, kata hubung yang digunakan adalah
“lantaran.” Wartawan melihat adanya hubungan sebab-akibat
pada kalimat “koalisi sulit terealisasi” dengan kalimat “tidak ada tokoh pengikat.” Selain itu, terdapat juga konjungsi “namun”
yang menghubungkan kalimat “Menurut Syamsuddin, platform politik parpol Islam punya kesamaan pada satu titik” dengan
4
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h.81-82.
kalimat “koalisi sulit terealisasi lantaran tidak ada tokoh pengikat.”
Di paragraf 5, ditemukan kata hubung
“dan” untuk
menghubungkan kalimat yang setara seperti kalimat “menyusun program
bersama”, “menyamakan kepentingan politis”, dan “menciSptakan saingan bersama.”
Pada paragraf 6, wartawan kembali menggunakan konjungsi
“meski begitu” untuk menghubungkan kalimat “menciptakan
musuh bersama juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan kondisi parpol lawan ya
ng bukan parpol Islam” dengan “norma berpendapat cara-cara seperti itu belum akan dilirik parpol Islam
sekarang ini”. Di paragraf ini juga ditemukan kata hubung sebab-
akibat “sebab” yang menghubungkan kalimat “norma
berpendapat cara-cara seperti itu belum akan dilirik parpol Islam sekarang ini” dengan “kebanyakan dari mereka hanya
memikirkan perut sendiri.” Paragraf 7 wartawan kembali menuliskan kata hubung sebab
akibat “alasannya” untuk menghubungkan kalimat “Ketua
Umum Partai Persatuan Pembangunan PPP Suryadharma Ali yakin koalisi poros tengah bisa kembali terbentuk pada Pemilu
2014” dengan “komunikasi antara pimpinan parpol Islam yang ada di Indonesia saat ini berjalan baik.”
Dalam paragraf terakhir, wartawan menggunakan konjungsi
“namun” demi menghubungkan kalimat “koalisi poros tengah
pada pemerintah saat ini juga sudah terbentuk” dengan “koalisi saat ini dengan nama koalisi poros tengah plus.”
b Elemen bentuk kalimat
Dilihat secara keseluruhan, berita ini menggunakan kalimat aktif untuk menjabarkan pernyataan-pernyataan dari narasumber
yang diwawancarai. Kalimat aktif dapat dilihat pada kalimat- kalimat berikut: “partai politik parpol Islam sebenarnya
berpotensi menguasai kursi pe merintahan seusai Pemilu 2014”
paragraf 1; “sebagai entitas suara yang terang, parpol Islam bisa mendominasi pe
ta politik di Indonesia” paragraf 4; dan “parpol Islam harus mewujudkan poros tengah jilid dua melalui tiga cara,
yakni menyusun program bersama, menyamakan kepentingan politis, dan menciptakan saingan
bersama” paragraf 5. Pada tulisan ini, parpol dinyatakan sebagai subyek dari pernyataan atau
yang dianggap penting untuk menjelaskan predikat setelahnya. c
Elemen kata ganti Paragraf 2: kutipan langsung dari pernyataan Pengamat Politik
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Syamsuddin Haris,
“mereka ini parpol Islam tidak punya tokoh.....”
Paragraf 6: kutipan langsung dari pernyataan Pengamat Politik Universitas Islam Negeri UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ahmad Norma Permata, “mereka bisa gunakan kepentingan yang
sama, misalnya karena sama- sama tidak ingin tergusur.” Selain
itu juga terdapat pada kalimat “Sebab, kebanyakan dari mereka
hanya memikirkan perut sendiri” Paragraf 8: kutipan langsung dari pernyataan Ketua Umum Partai
Persatuan Pembanguna
n PPP Suryadharma Ali, “Kedua, kami,
ketua umum partai Islam, pada saat ini berada di kabinet....”
Kata ganti mereka digunakan pada tulisan ini untuk menjelaskan
partai politik Islam. Kata ganti ini menunjukkan di mana posisi narasumber yang diwawancarai, yaitu di luar dari parpol Islam.
Sedangkan kata ganti kami yang menjelaskan bahwa tokoh yang
diwawancari termasuk dari golongan parpol Islam.
Tabel Analisis Teks Berita Koalisi Parpol Islam Butuh Tokoh Pengikat terbit 11 Februari 2014
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
TopikTema Topik pembahasan dalam tulisan ini adalah
besarnya peluang parpol Islam untuk menguasai kursi pemerintahan jika bersatu
dalam koalisi. Hal ini dapat terwujud dengan hadirnya tokoh pengikat yang
mampu menyatukan seluruh parpol Islam.
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Super struktur
Skematik
SkemaAlur Awal : Pernyataan pengamat politik dari
LIPI, Syamsuddin Haris, bahwa parpol Islam berpotensi menguasai kursi
pemerintahan Tengah : Penjelasan pengamat politik UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmad Norma Permata mengenai cara yang dapat
ditempuh parpol Islam untuk mewujudukan Poros Tengah jilid dua
Akhir : Pendapat Ketua Umum PPP Suryadharma Ali yang meyakini
kemungkinan terbentuknya koalisi Poros Tengah pada Pemilu 2014
Struktur Mikro
Semantik
Latar Elemen latar dapat dilihat pada paragraf
1,2,3, dan 4. wartawan menjelaskan pandangan dari pengamat politik yang
melihat bahwa parpol Islam tidak terlalu diminati berdasarkan hasil survei berbagai
lembaga survei. Detil
Tidak terdapat emelen detil pada berita ini.
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Maksud Elemen maksud terdapat pada paragraf 1,5,
dan 7. Wartawan terlihat menekankan pernyataan-pernyataan yang menganggap
koalisi poros tengah dapat terbentuk kembali.
Praanggapan Praanggapan dapat ditemukan pada
paragraf pertama dengan kalimat pengandaian apabila”
Struktur Mikro
Sintaksis
Koherensi Elemen koherensi dapat dilihat pada
berbagai kata hubung yang terdapat dalam berita, seperti kata hubung meski begitu,
dan, sebab, alasannya, lantaran, namun.
Bentuk kalimat
Kalimat yang terdapat pada berita ini banyak menggunakan kalimat aktif, dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata menguasai, mendominasi,
menyusun, menyamakan, dan menciptakan
Kata Ganti Pengamat politik dalam berita ini
menyebut mereka untuk menerangkan parpol Islam. Sedangkan Ketua Umum
PPP menyebutkan kami yang
Struktur Wacana
Elemen Temuan
menandakan dirinya bagian dari parpol Islam
Struktur Mikro
Stilistik
Leksikon Pada paragraf 4, wartawan memilih
menulis kata tidak terlalu diminati untuk menjelaskan pendapat mengenai parpol
Islam
Pada analisis teks berita ini, jika ditinjau dari struktur makro, Harian Republika telihat ingin menunjukkan pada pembacanya bahwa
parpol Islam masih memiliki peluang untuk berada di kursi pemerintahan dengan cara berkoalisi. Kemungkinan terjadinya koalisi parpol Islam
apabila ada tokoh pengikat yang mampu menyatukan seluruh parpol Islam. Republika menunjukkan pada pembaca, bahwa parpol Islam
belum “kalah” dan masih bisa berjuang di kancah perpolitikan Indonesia dengan cara-cara tertentu.
Pada tingkatan
superstruktur, Republika
menyajikan pendapat-pendapat dari narasumber yang kompeten di bidangnya seperti
Pengamat Politik dan Ketua Umum PPP. Pendapat yang menjadi sorotan penting diletakkan di awal kalimat, sedangkan pendapat-pendapat yang
mendukung topik dibiarkan mengalir membentuk sebuah berita yang mengangkat citra parpol Islam.
Tingkatan selanjutnya adalah struktur mikro, dapat dilihat dari latar belakang terbentuknya berita, yakni hasil survei yang menunjukkan
tingkat keterpilihan parpol Islam rendah. Maksud dari penulisan berita ini adalah peluang terbentuknya koalisi poros tengah dengan cara-cara
tertentu. Republika sepertinya menyadari bahwa sulit untuk parpol Islam
dapat memenangkan suara mayoritas pada Pemilu 2014, satu-satunya cara yang memungkinkan adalah dengan koalisi seluruh parpol Islam.
Wacana koalisi parpol Islam dibentuk dalam berita ini agar menjadi pertimbangan bagi parpol Islam. Kenyataannya, hasil Pemilu 2014 lalu
menunjukkan apa yang diwacanakan oleh Republika tidak terjadi. Tidak ada tokoh pengikat yang muncul untuk menyatukan parpol Islam dalam
sebuah koalisi. Parpol Islam terpecah masing-masing dan gagal memperoleh suara yang signifikan.
Analisis Teks Berita Parpol Islam Perlu Figur terbit 13 Februari 2014
a. Struktur Makro
Tema umum dari tulisan ini adalah elektabilitas parpol Islam yang berpotensi naik apabila memiliki figur. Subtopik yang mendukung
topik utama berita ini yaitu; a
Figur yang populer Elektabilitas parpol Islam diprediksi akan naik tergantung dengan
figur sentral di dalamnya. Figur yang populer dibutuhkan ada dalam parpol Islam. Figur tersebut menjadi citra bagi parpol Islam. Jika
figur tersebut berperilaku baik, bersih dari korupsi, maka parpol tersebut diyakini mampu mendulang suara yang tinggi.
b Usaha-usaha untuk meningkatkan elektabilitas parpol Islam
Konsentrasi setiap parpol menjelang Pemilu adalah meningkatkan elektabilitas, termasuk parpol Islam. Bersaing dengan parpol
nasionalis yang perolehan suaranya cukup bersar, Parpol Islam harus memiliki strategi-strategi khusus untuk melaju di Pemilu 2014.
Sejumlah upaya yang dapat dilakukan parpol Islam, seperti dijelaskan salah seorang narasumber di berita ini, menonjolkan isu
publik dan merebut suara pemilih dari berbagai kalangan dan non- muslim.
b. Struktur Superstruktur Skematik
Berita kedua berjudul Parpol Islam Perlu Figur terbit 13
Februari 2014 dibuka dengan lead “Yang lebih penting, figur parpol
Islam harus bersih dari korupsi.” Lead ini menggambarkan isi dari keseluruhan berita, yaitu mengenai figur parpol Islam yang menjadi
kunci dalam peningkatan elektabilitas. Paragraf 1,2, dan 3 berisi pernyataan dari Peneliti Utama
Lembaga Survei Jakarta LSJ Saiful Syam yang berpendapat, elektabilitas parpol Islam berpotensi naik asal kadernya tidak terlibat
korupsi. Komentar verbal dikutip oleh wartawan pada paragraf pertama, “Peran figur cukup sentral.” Komentar ini menerangkan apa yang ingin
dikedepankan oleh wartawan, yakni figur sangat penting untuk parpol Islam.
Paragraf 4 dan 5 berisi paparan hasil survei LSJ yang menunjukkan bahwa perolehan suara parpol di luar Islam cukup besar.
PDI Perjuangan di urutan pertama, diikuti Golkar, Nasdem, Hanura, dan Demokrat.
Paragraf 6,7,8 dan 9 menerangkan pernyataan dari Ketua DPP PKB M Hanif Dhakiri yang meyakini potensi perolehan suara untuk
parpol Islam akan tinggi. Ia menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan parpol Islam untuk memaksimalkan perolehan suara, antara lain dengan
tidak lagi memainkan isu agama dalam berkampanye, menggaet pemilih dari kalangan muslim dan non-muslim, serta pemilih pemula. Berita
ditutup dengan keyakinan parpol Islam mampu meraih suara hingga dua digit.
Pada berita ini, wartawan berusaha mewacanakan kemungkinan parpol Islam untuk memperoleh suara tinggi dengan cara-cara tertentu.
Wartawan menggiring pembaca untuk meyakini bahwa parpol Islam mampu. Wartawan mengutip pernyataan Ketua PKB dalam paragraf 6,
“Kami yakin potensi perolehan suara akan sangat besar.”
c. Struktur Mikro
Pada analisis struktur mikro, hal yang harus diperhatikan adalah semantik, sintaksisi, stilistik, dan retoris.
Semantik
Semantik terdiri atas tiga emelen utama, yaitu latar, detil, dan maksud.
a Elemen latar terdapat pada paragraf 1 dan 2. Dalam penulisannya,
wartawan mengutip kalimat dari Peneliti Utama Lembaga Survei Jakarta LSJ yang menyatakan peran figur cukup sentral. Figur
dalam parpol Islam dinilai akan mampu menaikkan elektabilitas parpol Islam.
b Elemen detil secara umum terdapat pada paragraf 4 dan 5.
Wartawan menyajikan hasil survei dari LSJ terkait perolehan suara parpol di luar parpol Islam yang masih cukup besar.
c Elemen maksud secara umum terdapat pada paragraf 6,7,8 dan 9.
Wartawan menekankan maksud penulisan berita ini dengan menyajikan pendapat positif yang meyakini elektabilitas parpol
Islam akan tinggi. Upaya-upaya yang mungkin dilakukan oleh parpol Islam untuk memaksimalkan perolehan suara juga
dijabarkan oleh wartawan dengan mengutip pernyataan dari Ketua DPP PKB M Hanif Dhakiri.
d Elemen praanggapan pada berita ini dapat dilihat pada paragraf 1
di kalimat “Elektabilitas partai politik parpol Islam berpotensi
naik, asalkan
kadernya tidak terlibat korupsi.” Elektabilitas parpol Islam akan naik dengan syarat kadernya tidak terlibat
korupsi adalah sebuah opini, bukan fakta yang terjadi di lapangan. Wartawan meletakkan opini tersebut di awal tulisan, kemudian
menyajikan pernyataan-pernyataan
yang mendukung
menunjukkan bahwa wartawan menyetujui anggapan tersebut.
Sintaksis
Sintaksis meneliti kalimat pada teks dengan memperhatikan koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti.
a Elemen koherensi
Elemen ini dapat dilihat antara lain: pada paragraf 7, wartawan menggunakan kata hubung sebab-
akibat “sehingga” untuk
menghubungkan kalimat “Isu publik lebih ditonjolkan” dengan “mampu memaksimalkan perolehan suara.”
Pada paragraf 8, terdapat konjungsi sebab-
akibat “karena” yang
menghubungkan kalimat “parpol Islam berupaya menggaet pemilih pemula lebih maksimal” dengan “lumbung suara yang
sangat besar.” K
ata hubung “dan” ditemukan pada paragraf 9, menggabungkan
kalimat “pemilih pemula ini dikenalkan dengan sikap keterbukaan” dengan “penghargaan terhadap kelompok minoritas
dan mayoritas.” b
Elemen bentuk kalimat Paragraf 4: “Parpol di luar parpol Islam masih menunjukkan
persentase perolehan suara yang cukup besar .” kalimat aktif
Paragraf 7: “Ada sejumlah upaya yang dilakukan parpol Islam
untuk memaksimalka n perolehan suara.” kalimat pasif
Paragraf 9: “Pemilih pemula ini dikenalkan dengan sikap keterbukaan dan penghargaan terhadap kelompok minoritas dan
mayoritas.” kalimat pasif.
Pada pemberitaan ini, kalimat aktif menekankan subyek pada parpol di luar parpol Islam. Sedangkan, kalimat pasif lebih
banyak digunakan untuk menjelaskan parpol Islam sebagai obyek. c
Elemen kata ganti Paragraf 6: k
ata ganti “mereka” digunakan untuk menyatakan
pernyataan dari Ketua DPP PKB M Hanif Dhakiri, bahwa
mereka menyuarakan ke setiap kepala keluarga pentingnya
mendukung parpol Islam. Kata ganti “kami” terdapat pada kutipan langsung pernyataan M Hanif Dhakiri, “Kami yakin
potensi perolehan suara akan sangat besar ”
Paragraf 8: k
ata ganti “mereka” digunakan untuk mendukung
pernyataan sebelumnya dari M Hanif Dhakiri,
“mereka
kemudian disatukan dalam mengusung isu publik” Paragraf 9: t
erdapat 2 kata ganti “mereka” dalam paragraf ini
yang sama-sama merupakan pernyataan tidak langsung dari M Hanif Dhakiri. “Mereka kemudian dikenalkan politik di
Indonesia” dan “mereka kemudian menyadari pentingnya politik untuk memperbaiki kondisi bangsa ini”
Kata ganti “kami” menerangkan di mana posisi M Hanif Dhakiri
sebagai Ketua DPP PKB, yaitu tergolong dalam parpol Islam.
Kata ganti “mereka” digunakan wartawan untuk menjabarkan
untuk menjabarkan pernyataan tidak langsung dari M Hanif Dhakiri. Dengan kata lain, wartawan menempatkan posisinya di
luar dari parpol Islam.
Retoris
Retoris adalah bagaimana dan dengan cara apa penekanan terhadap sebuah berita dilakukan. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan menambahkan grafis, metafora, maupun ekspresi.
5
Pada berita berjudul Parpol Islam Perlu Figur terbit 13 Februari 2014 terdapat
elemen grafis seperti pemakaian caption, grafik, gambar, atau tabel yang menunjukkan arti penting dari sebuah tulisan. Wartawan menyajikan data
perolehan suara hasil survei LSJ dalam bentuk tabel pada tulisan ini untuk menonjolkan perolehan suara parpol Islam yang dinilai
berdasarkan hasil survei, memang positif. Selain itu, wartawan juga menambahkan detil foto bergambar seseorang dengan latar logo dari
empat parpol yang tertangkap kamera. Caption yang tertulis adalah “Elektabilitias Partai Pekerja melintasi backdrop berlatar logo partai
politik di Jakarta, Rabu 122. Lembaga Survei Jakarta meliris partai berbasis nasionalis cenderung lebih stabil elektabilitasnya dibandingkan
partai Islam.” Elemen ini memberi kesan ke pembaca bahwa berita ini menarik karena dilengkapi dengan foto berukuran paling besar pada
kolom Pesta Demokrasi edisi Kamis, 13 Februari 2014. Elemen ini mampu mengontrol perhatian dan ketertarikan pembaca untuk fokus pada
sebuah tulisan.
5
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 229.
Tabel Analisis Teks Berita Parpol Islam Perlu Figur terbit 13 Februari 2014
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
TopikTema Tema umum dari tulisan ini adalah
elektabilitas parpol Islam yang berpotensi naik apabila memiliki figur
Super struktur
Skematik
SkemaAlur Awal : Berita dibuka dengan lead yang
menggambarkan isi dari keseluruhan berita yaitu mengenai figur parpol Islam yang
menjadi kunci peningkatan elektabilitas parpol.
Tengah : Berisi paparan hasil survei LSJ yang menunjukkan perolehan suara parpol
di luar Islam cukup tinggi Akhir : Berita ditutup dengan keyakinan
Ketua DPP PKB M Hanif Dhakiri bahwa potensi perolehan suara parpol Islam akan
tinggi
Struktur Mikro
Semantik
Latar Elemen ini terdapat pada paragraf 1 dan 2.
Wartawan mengutip pernyataan dari Peneliti LSJ yang menyatakan peran figur
Struktur Wacana
Elemen Temuan
cukup sentral
Detil Elemen detil dapat dilihat pada paragraf 4
dan 5 yang merupakan penjabaran hasil survei LSJ
Maksud Secara umum maksud terdapat di paragraf
6 sampai 9 yang merupakan pendapat- pendapat positif mengenai perolehan suara
parpol Islam
Praanggapan Praanggapan dapat ditemukan pada
paragraf pertama dengan kalimat pengandaian asalkan
Struktur Mikro
Sintaksis
Koherensi Elemen koherensi yang terdapat pada
berita ini antara lain kata sehingga, karena, dan
Bentuk kalimat
Pada berita ini terdapat kalimat aktif dan pasif yang dapat dilihat dari penggunaan
kata menunjukkan, dilakukan, dikenalkan
Kata Ganti Kata ganti dapat dilihat pada penggunaan
kata mereka dan kami
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Stuktur Mikro
Retoris
Grafis Pemberian tabel hasil survei LSJ oleh
wartawan dan penambahan foto dengan caption
Pada analisis teks berita ini, dapat dilihat bahwa Republika mengangkat tema elektabilitas parpol Islam yang berpotensi naik apabila
memiliki figur yang populer. Jika pada berita pertama, cara yang disarankan oleh Republika untuk parpol Islam adalah dengan berkoalisi,
pada berita ini Republika mewacanakan cara lain agar parpol Islam menang, yaitu dengan memiliki sosok figur yang populer.
Republika memulai dengan lead pentingnya figur parpol Islam yang bersih dari korupsi, pendapat dari Peneliti LSJ. Selanjutnya
Republika menyajikan hasil survei yang mengatakan perolehan suara di luar parpol Islam cukup besar. Selanjutnya Republika menambahkan
pendapat dari Ketua DPP PKB yang meyakini bahwa perolehan suara parpol Islam berpotensi tinggi karena partainya sudah mulai melakukan
berbagai upaya untuk merebut hati pemilih. Republika menjelaskan upaya yang bisa dilakukan antara lain dengan menyasar pada pemilih
dari berbagai kalangan, baik muslim maupun non muslim, serta mengusung isu publik. Disini, dapat dikatakan tujuan utama Republika
adalah kemenangan untuk parpol Islam yang dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Pada Pemilu 2014 lalu, tidak ada parpol Islam yang berhasil menampilkan figur populer yang menonjol dari kalangannya. Parpol
sebagai salah satu media pendidikan politik, seharusnya mampu memunculkan figur yang mampu membesarkan partai. Masyarakat
Indonesia pada umumnya lebih memilih partai yang memiiki figur. Apa yang nampak di permukaan, lebih disukai dan dipilih daripada
mendalami isi dari parpol itu sendiri. Figur dari parpol nasional seperti Megawati PDIP, Prabowo
Subianto Gerindra, Aburizal Bakrie Golkar, dan Wiranto Hanura lebih dikenal masyarakat dan parpol Islam belum mampu menghadirkan
figur yang dapat mengalahkan kepopuleran figur dari partai nasionalis tersebut. Hasilnya, ketika tidak ada figur yang menonjol dari parpol
Islam, masyarakat cenderung tidak memberikan suara ke partai tersebut.
Analisis Teks Berita dengan Judul Parpol Islam Berminat dengan PDIP
terbit 12 Maret 2014 a.
Struktur Makro
Gagasan utama dari tulisan ini adalah kemungkinan parpol Islam untuk berkoalisi dengan parpol nasionalis seperti PDIP. Subtopik
yang terdapat pada tulisan ini antara lain;
a. Pengalaman Pada Pemilihan Umum tahun lalu, PDIP selalu memperoleh suara
tinggi berdasarkan hasil survei elektabilitas menjelang Pemilu 2014. Hal ini menjadi pemicu partai-partai lain untuk berkoalisi, termasuk
parpol Islam. Seperti salah satu parpol Islam, PPP yang sudah punya pengalaman bekerja dengan tokoh utama PDIP, Megawati Soekarno
Putri. Saat Megawati menjabat Presiden RI, Hamzah Haz, Ketum PPP ketika itu, mendampingi.
b. Figur yang pantas PDIP sebagai pemilik mayoritas suara rakyat Indonesia pada Pemilu
2014 lalu, disebut-sebut akan mengusung Jokowi untuk maju dalam pemilihan legislatif. Atas isu yang berkembang tersebut muncullah
saran dan masukan-masukan dari berbagai pihak. Salah satu narasumber yang diwawancarai Republika setuju bahwa figur yang
pantas mendampingi Jokowi adalah figur yang berasal dari parpol Islam. Jokowi dinilai akan mendapat dukungan lebih kuat jika
menggandeng parpol Islam.
b. Struktur Superstruktur Skematik
Berita ketiga berjudul Parpol Islam Berminat dengan PDIP
terbit 12 Maret 2014. Berita dibuka dengan penjelasan wartawan bahwa sejumlah parpol Islam mulai berminat untuk membentuk koalisi dengan
partai nasionalis, PDI Perjuangan. Paragraf 2,3,4 berisi pernyataan dari Sekjen Partai Persatuan
Pembangunan PPP M Romahurmuziy yang berpendapat, koalisi dengan
PDIP sangat mungkin karena dulunya Ketum PPP Hamzah Haz mendampingi Presiden RI yang dijabat oleh Megawati Soekarno Putri.
PPP memiliki dua pandangan berbeda terkait koalisi, yakni koalisi semangka atau koalisi poros tengah.
Paragraf 5 dan 6 menjelaskan pernyataan dari Ketua Dewan Pengurus Pusat DPP Partai Kebangkitan Bulan PKB M Hanif Dhakiri
terkait kesempatan partainya untuk berkoalisi dengan PDIP. Paragraf 7 dan 8 mengemukakan pendapat dari Pengamat Politik
Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti tentang figur yang pantas mendampingi Jokowi dari PDIP. Berita ditutup dengan menegaskan
kembali pemikiran tentang pendamping Jokowi melalui pernyataan tidak langsung dari Ray.
Dalam berita ini, wartawan menyajikan pendapat-pendapat dari para tokoh yang meyakini kemungkinan parpol Islam untuk berkoalisi
dengan PDIP. Tidak ada pendapat yang bertentangan. Artinya, wartawan memiliki satu pikiran untuk mewacanakan parpol Islam agar berkoalisi
dengan PDIP. Hal ini dinilai wajar dan menguntungkan.
c. Struktur Mikro
Pada analisis struktur mikro, hal yang harus diperhatikan adalah semantik, sintaksisi, stilistik, dan retoris.
Semantik
Semantik terdiri atas tiga emelen utama, yaitu latar, detil, dan maksud.
a Elemen latar secara umum terdapat pada paragraf 1, yaitu hasil
sejumlah lembaga survei yang menunjukkan elektabilitas PDI Perjuangan tinggi menyebabkan ketertarikan partai-partai lainnya
untuk berkoalisi, termasuk parpol Islam. b
Elemen detil tidak terdapat dalam berita ini. Tidak ada bagian tertentu yang diuraikan secara panjang lebar oleh wartawan.
Justru ada kemungkinan wartawan sengaja tidak menampilkan detil untuk pemberitaan ini guna menghindari pemberitaan yang
merugikan. Keseluruhan paragraf mendukung tema utama pada berita ini, yakni mendorong parpol Islam berkoalisi dengan partai
nasional PDIP. Namun, tidak dijelaskan kerugian-kerugian yang mungkin didapat jika bergabung dengan PDIP. Wartawan pun
tidak menampilkan pendapat yang menentang adanya koalisi antara parpol Islam dengan PDIP.
c Elemen maksud secara umum terdapat pada paragraf 2,3,5,7, dan
8. Pendapat-pendapat yang diberitakan adalah pendapat yang mendukung terbentuknya koalisi antara parpol Islam dengan
PDIP. d
Elemen praanggapan dapat dilihat di paragraf 7 pada kalimat
“Jika PDIP mengusung Joko Widodo Jokowi di Pilpres 2014, maka
figur yang pantas untuk mendampingi adalah kelompok Partai Islam.” Kutipan dari pernyataan narasumber tersebut
menggambarkan kemungkinan, bukan suatu kenyataan atau belum menjadi kenyataan. Elemen ini juga ditemukan di paragraf
8, “Jokowi dari PDIP akan lebih kuat jika mendapat dukungan
parpol Islam.” Kalimat tersebut bukanlah kenyataan, hanya sebuah
anggapan yang
disajikan berdasarkan
pendapat narasumber.
Sintaksis
Sintaksis meneliti kalimat pada teks dengan memperhatikan koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti.
a Elemen koherensi
Elemen koherensi kondisional terlihat pada paragraf 1 dalam kalimat “Peluang besar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
PDIP untuk memperoleh suara mayoritas pada Pemilu 2014
seperti yang disebutkan sejumlah lembaga survei mulai dilirik
partai lain.” Pada paragraf 2, di kalimat “dulu pada saat Presiden
RI dijabat Megawati Soekarno Putri, yang mendampingi adalah
Ketum PPP ketika i tu, Hamzah Haz, sebagai wapres.” Kata
samb
ung “yang” digunakan untuk menerangkan secara lebih
detail kalimat sebelumnya. Di paragraf 6 terdapat koherensi pembeda, kata hubung
“sedangkan” membedakan kalimat “partai Keadilan Sejahtera
PKS baru akan memutuskan koalisi setelah pileg nanti” dengan kutipan langsung dari Ketua Dewan Pengurus Pusat DPP Partai
Kebangkitan Bangsa PKB M Hanif Dhakiri, “jika ditanya soal
koalisi dengan PDI Perjuangan, kita terbuka. Begitu juga dengan
partai lain. Apalagi PDIP dan PKB memiliki irisan ideologis dan juga ir
isan konstituensi politik.” Ini menujukkan perbedaan sikap antara PKS dengan PKB menyikapi soal koalisi.
Dalam paragraf 7 terdapat k
ata sambung “jika-maka”, “jika PDIP mengusung Joko Widodo Jokowi di Pilpres 2014, maka
figur yang pantas untuk mendampingi adalah kelompok Partai Islam.” Pada kalimat jenis ini, anak kalimat berisi gagasan
penjelas, sedangkan induk kalimat berisi gagasan utama. Gagasan utama pada tulisan ini adalah kemungkinan PDIP untuk
mengusung Jokowi di Pilpres 2014. Sedangkan gagasan penjelasnya adalah figur yang pantas mendampingi.
b Elemen bentuk kalimat
Bentuk kalimat pada berita ini mayoritas menggunakan kalimat aktif. Hal ini dapat diamati dari rangkaian kalimat sebagai
berikut. Paragraf 1: “Peluang besar Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan PDIP untuk memperoleh suara mayoritas pada Pemilu 2014 seperti yang disebutkan sejumlah lembaga survei
mulai dilirik partai lain.” kalimat aktif Paragraf 6: “Partai Keadilan Sejahtera PKS baru akan
memutuskan koalisi setelah pileg nanti. ” kalimat aktif
Paragraf 7:“Jika PDIP mengusung Joko Widodo Jokowi di Pilpres 2014, maka figur yang pantas untuk mendampingi adalah
kelompok partai Islam. ” kalimat aktif
Paragraf 8: “Jokowi dari PDIP akan lebih kuat jika mendapat
dukungan parpol Islam. ” kalimat aktif.
c Elemen kata ganti
Elemen kata ganti dapat ditemukan dalam berita ini. Kata ganti
“kita” dapat ditemukan pada paragraf 2, 5, dan 6. Kata ganti
“kita” digunakan Sekjen Partai Persatuan Pembangunan PPP M
Romahurmuziy, “jadi, kita sudah berpengalaman dengan PDIP”
Paragraf 2.
Kata ganti ”kita” diungkapkan pula oleh Ketua
Dewan Pengurus Pusat DPP Partai Kebangkitan Bangsa PKB M Hanif Dhakiri,
“jika ditanya soal koalisi dengan PDI
Perjuangan, kita
terbuka.” Paragraf 5. Begitu pula dengan Ketua bidang Hubungan Masyarakat DPP PKS Mardani Ali Sera,
“kita bangun komunikasi, termasuk dengan PDIP.” Paragraf 6. Kata ganti “kita” menjelaskan kedudukan narasumber sebagai
bagian dari Parpol Islam yang mendukung koalisi dengan parpol nasionalis.
Berbeda dengan k
ata ganti “mereka” yang terdapat pada kutipan
pernyataan dari Pengamat politik Lingkar Madani Indonesia Ray
Rangkuti, “kalau mereka mencari kriteria cawapres, representasi
dari tokoh Islam
” Paragraf 7. Kata ganti “mereka”
menunjukkan bahwa narasumber tersebut bukan bagian dari anggota parpol Islam, ia berada di luar.
Tabel Analisis Teks Parpol Islam Berminat dengan PDIP terbit 12 Maret 2014
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
TopikTema Gagasan utama dari tulisan ini adalah
kemungkinan parpol Islam untuk berkoalisi dengan parpol nasionalis seperti
PDIP
Super struktur
Skematik
SkemaAlur Awal : Berita dibuka dengan penjelasan
wartawan bahwa sejumlah parpol Islam mulai berminat untuk membentuk koalisi
dengan PDI Perjuangan Tengah : Pada paragraf 3,4, dan 5
menjelaskan kemungkinan parpol Islam untuk berkoalisi dengan PDIP yang
peluang perolehan suaranya tinggi Akhir : Berita ditutup dengan pendapat
dari Pengamat Politik, meyakini bahwa figur yang pantas mendampingi Jokowi
dari PDIP adalah tokoh dari parpol Islam
Struktur Mikro
Semantik
Latar Elemen latar dapat dilihat pada paragraf 1.
Hasil sejumlah lembaga survei yang menunjukkan elektabilitas PDIP tinggi
Struktur Wacana
Elemen Temuan
menyebabkan ketertarikan parpol Islam
Detil Elememen detil tidak terdapat pada berita
ini
Maksud Elemen maksud dapat dilihat pada paragraf
2,3,5,7, dan 8. Wartawan menyajikan pendapat-pendapat yang mendukung
terbentuknya koalisi antara parpol Islam dengan PDIP
Praanggapan Elemen ini dapat dilihat pada penggunaan
kata hubung jika-maka pada paragraf 7 dan penggunaan akan pada paragraf 8
Struktur Mikro
Sintaksis
Koherensi Kata sambung yang terdapat pada berita ini
antara lain yang, dan, jika-maka
Bentuk kalimat
Berita ini banyak menggunakan kalimat aktif, terlihat dari kata memutuskan,
mengusung, mendampingi, mendapat
Kata Ganti Kata ganti yang digunakan adalah kata
kita dan mereka
Analisis teks pada berita ini melihat adanya kecenderungan Republika untuk mendukung parpol Islam berkoalisi dengan parpol
nasional yang perolehan suaranya mayoritas seperti PDIP. Salah satu cara yang dilakukan Republika dalam mewacanakan parpol Islam adalah
dengan kemungkinan parpol Islam berkoalisi dengan parpol di luar Islam demi memperoleh kursi pada Pemilu 2014. Dalam analisis teks, terdapat
pendapat dari tokoh partai Islam yang menyatakan adanya peluang untuk berkoalis dengan PDIP.
Parpol Islam dengan parpol nasionalis seharusnya memiliki ideologi yang berbeda. Dengan adanya dorongan berkoalisi dengan
parpol nasionalis , artinya ideologi parpol Islam “digadaikan” dan visinya
disesuaikan demi memperoleh kekuasaan. Terbukti pada Pemilu 2014 lalu, parpol Islam terpecah menjadi dua kubu. PKB dan PPP merapat ke
PDIP, sedangkan PAN dan PKS memilih untuk mendukung Gerindra.
Analisis Teks Berita Elektabilitas Parpol Islam Mampu Usung Capres
terbit 15 Maret 2014. a.
Struktur Makro
Tema dari pemberitaan ini adalah potensi parpol Islam untuk mencalonkan capres dari kalangan sendiri jika dilihat dari jumlah
elektabilitas seluruh parpol Islam saat itu. Sub topik yang membangun gagasan inti dalam tulisan ini antara lain;
a. Hasil Survei Koalisi parpol Islam menjadi pemberitaan yang menarik di Harian
Republika karena terdapat beberapa berita yang secara spesifik membahas koalisi tersebut. Survei yang berkaitan dengan
elektabilitas partai sering dilakukan untuk memetakan kekuatan masing-masing parpol, termasuk parpol Islam. Hasil survei dari
Cirus Surveyors Group saat itu, elektabilitas koalisi parpol Islam dinilai mampu melebihi ambang batas pencalonan presiden sebesar
20 persen suara. Hasil survei persentase jumlah elektabilitas suara parpol Islam dijabarkan dalam berita ini beserta persentase sebaran
pemilih parpol Islam. b. Kepentingan politik
Dikatakan salah seorang narasumber yang diwawancarai Republika, parpol Islam sulit bersatu karena masing-masing parpol memiliki
kepentingan politik, baik itu kepentingan kelompok maupun individu.
b. Struktur Superstruktur Skematik
Berita diawali dengan lead “Idealnya parpol Islam mulai urun
rembu k untuk membentuk aliansi strategis.” Dari lead, mulai terbaca
bagaimana wartawan akan mengarahkan pembaca, yakni untuk berpikir bahwa parpol Islam perlu segera menetapkan strategi untuk Pemilihan
Presiden 2014. Paragraf 1,2,3,4, dan 5 menyajikan pemikiran dari Pengamat
Komunikasi Politik Untirta Banten Iman Mukhroman yang mendorong
parpol Islam untuk segera menetapkan sosok capres yang akan diusung. Komentar verbal ditulis wartawan pada paragraf 3, sebagaimana yang
dijadikan lead oleh wartawan , “Idealnya parpol Islam mulai urun rembuk
untuk membentuk aliansi strategis menuju koalisi pencapresan. Di paragraf 3, Iman mencontohkan beberapa nama yang memungkinkan
untuk diusung parpol Islam. Kemudian, di paragraf 4 dan 5, pernyataan Iman mengarahkan parpol Islam untuk berkoalisi dan mengusung satu
nama pasangan. “Pascapemilu 9 April nanti baru akan terlihat polarisasi sesungguhnya capres parpol Islam dan bisa terulang kekuatan poros
parpol Islam.” Kutipan langsung dari pendapat Iman tersebut menguatkan ide pokok dari berita ini, yaitu parpol Islam mampu
mengusung capres dari kalangannya sendiri. Paragraf 6 dan 7 berisi pernyataan dari Wakil Ketua Umum PPP
Hasrul Azwar yang mendukung kerangka berpikir paragraf-paragraf sebelumnya terkait pengusungan capres hasil koalisi parpol Islam.
“Semua bisa.” Kalimat langsung menguatkan pemikiran tersebut. Paragraf 8,9, dan 10 menyajikan hasil survei dari Cirus Surveyors Group
yang menunjukkan jumlah total elektabilitas parpol Islam jika digabung mencapai 24,6 persen, melebihi ambang batas pencalonan presiden.
Paragraf 11 dan 12 menutup berita dengan pemikiran dari Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia Sri Budi Eko
Wardani yang menyetujui kemungkinan koalisi parpol Islam. “Harus menciptakan perubahan yang signifika
n.” Kutipan langsung dari Sri Budi tersebut menutup berita.
Pada berita ini, wartawan menyajikan pendapat-pendapat tokoh yang mendukung satu tema besar, yakni koalisi parpol Islam dinilai
mampu untuk mengusung pasangan dari kalangan parpol Islam sendiri.
c. Struktur Mikro
Pada analisis struktur mikro, hal yang harus diperhatikan adalah semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.
Semantik
Semantik terdiri atas tiga emelen utama, yaitu latar, detil, dan maksud.
a Elemen latar secara umum terdapat pada 1 dan 2. Latar belakang
penulisan berita ini karena adanya survei yang menyatakan elektabilitas koalisi parpol Islam mampu melebihi ambang batas
pencalonan presiden. Latar ini menggambarkan kemungkinan parpol Islam untuk berhasil maju dalam Pemilihan Presiden jika mau
berkoalisi dan mengusung capres dari kalangannya sendiri. b
Elemen detil secara umum terdapat pada paragraf 2, 4, dan 6. Pada berita ini terangkum hasil survei dari Cirus Surveyors Group
mengenai elektabilitas parpol Islam menjelang pemilu legislatif 2014.
c Elemen maksud secara umum terdapat pada paragraf 7 dan 9.
Pendapat-pendapat yang dimuat adalah pendapat yang mendukung terbentuknya koalisi di antara parpol Islam.
d Elemen praanggapan, menjelaskan suatu kejadian yang tidak terjadi
atau belum terjadi, tapi digunakan wartawan untuk menjelaskan pernyataan yang dapat dipercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan
lagi kebenarannya. Tulisan ini menyajikan elemen praanggapan sejak dari lead
“koalisi parpol Islam akan menjadi kekuatan tersendiri di parlemen.” Pernyataan tersebut secara utuh berada pada
paragraf 8 dan merupakan pendapat dari Bendahara Umum Dewan Pengurus Pusat DPP PKB Baharudin Nasori.
Sintaksis
Sintaksis meneliti kalimat pada teks dengan memperhatikan koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti.
a Elemen koherensi
Elemen koherensi terdapat pada beberapa paragraf seperti pada
paragraf 2, ditemukan kata hubung “kemudian” untuk
menghubungkan secara urut kalimat “Partai Persatuan Pembangunan PPP 7,3 persen, dan Partai Amanat Nasional
PAN 4,9 persen” dengan “Partai Keadilan Sejahtera PKS 3,8 persen dan Partai Bulan Bintang PBB 0,8 persen.”
Pada paragraf 4, terdapat elemen koherensi pembeda. Kata
hubung “sedangkan” membedakan kalimat “Kebanyakan
pemilih PKB berada di Jawa Tengah-DIY 26,3 persen dan Jawa Timur 32,9 persen” dengan “Pemilih PAN yang terbesar berada
di Jawa Barat 19,6 persen dan Jateng- DIY 16,8 persen.”
Pada paragraf 8, terdapat konjungsi “karena” yang digunakan
untuk menyatakan sebab- akibat. “Parpol Islam, menurut dia, sulit
unt uk bersatu karena terganjal kepentingan politik.” Menurut
narasumber, yang menyebabkan parpol Islam sulit bersatu adalah terganjal kepentingan politik.
Koherensi sebab- akibat juga ditemukan pada paragraf 12. “Peran
NU yang menerima azas Pancasila itu juga final, konstribusi NU
menyatukan semua unsur yang ada sehingga dengan unsur itu
menerima semua golongan.”
Pada paragraf 13, ditemukan konjungsi pertentangan “namun”
yang menjelaskan dua kalimat yang saling bertolak belakang. Pernyataan “ketika menghadapi isu kebangsaan, parpol Islam
dulu anti Masyumi dan NU pernah bersatu” ditentang dengan kalimat “parpol Islam akan mengalami hambatan ketika
menyikapi siapa capres yang harus diusung.” Mayoritas bentuk kalimat yang digunakan wartawan adalah
bentuk aktif. Wartawan meletakkan Parpol Islam sebagai subyek dari pernyataan.
b Elemen bentuk kalimat
Kalimat-kalimat aktif yang ditemukan dalam berita ini antara lain: Paragraf 1
: “hasil survei terbaru Cirus Surveyors Group menunjukkan elektabilitas koalisi parpol Islam mampu melebihi
ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen suara. ”
Kalimat aktif
Paragraf 10: “PKB, kata dia, menargetkan 20 persen suara dengan seratus kursi di DPR. kalimat aktif
Paragraf 12: “NU memiliki peran luar biasa terhadap negara, terutama dalam dalam mewujudkan persatuan NKRI. Kalimat
aktif Paragraf 13: “Ketika menghadapi isu kebangsaan, misalnya,
parpol Islam dulu anti Masyumi dan NU pernah bersatu. ”
Kalimat aktif Paragraf 12 :“Parpol Islam akan mengalami hambatan ketika
menyikapi siapa capres yang harus diusung. ” Kalimat aktif.
c Elemen kata ganti
Kata ganti yang terdapat pada tulisan ini adalah kata ganti yang digunakan untuk menyebutkan narasumber sebagai variasi dalam
penyebutan. Kata ganti yang digunakan adalah “dia”.
Retoris
Dalam berita berjudul Elektabilitas Parpol Islam Mampu Usung Capres terbit 15 Maret 2014, wartawan menggunakan elemen grafis
berupa foto siluet foto seseorang dengan background tampilan hasil survei elektabilitas bakal capres koalisi partai Islam simulasi 9 nama.
Caption
yang digunakan adalah “Capres Islam Peneliti Cirus Surveyors
Group Ian Suherlan memaparkan hasil survei elektabilitas tokoh Islam di kantor Harian Republika,
Jakarta, Jum’at 143.” Wartawan juga menampilkan hasil persentase elektabilitas parpol Islam dalam bentuk
statistik chart. Elemen grafis ditambahkan untuk menonjolkan
pemberitaan yang dimuat, bahwa berita ini dianggap penting oleh wartawan.
Tabel Analisis Teks Berita Elektabilitas Parpol Islam Mampu Usung Capres terbit 15 Maret 2014
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
TopikTema Tema dari pemberitaan ini adalah potensi
parpol Islam untuk mencalonkan capres dari kalangan sendiri jika dilihat dari jumlah
elektabilitas seluruh parpol Islam saat itu
Super struktur
Skematik
SkemaAlur Awal : Berita diawali dengan lead yang
mendukung isi cerita, kemampuan parpol Islam untuk mengusung capres jika
berkoalisi Tengah : Paragraf 5 dan 6 menunjukkan
hasil survei elektabilitas parpol Islam yang dinilai cukup tinggi bila digabungkan
Akhir : Berita ditutup dengan pernyataan dari Direktur Pusat Kajian Politik Sri Budi
Eko bahwa koalisi antara parpol Islam sangat memungkinkan
Struktur Mikro
Latar Latar penulisan berita ini dapat dilihat pada
paragraf 1 dan 2, adanya survei yang
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Semantik
menyatakan elektabilitas koalisi parpol Islam mampu melebihi ambang batas
pencalonan presiden
Detil Elemen ini dapat ditemukan pada paragraf
2,4, dan 6 yang menyajikan hasil survei dari Cirus Surveyors Group
Maksud Elemen maksud terdapat di paragraf 7 dan 9,
wartawan menjabarkan pendapat-pendapat yang mendukung terbentuknya koalisi
parpol Islam
Praanggapan Elemen ini terlihat pada lead dengan
penggunaan kata akan untuk sesuatu yang belum tentu terjadi
Struktur Mikro
Sintaksis
Koherensi Koherensi pada berita ini antara lain
kemudian, karena, sehingga, namun
Bentuk kalimat
Kalimat-kalimat pada berita ini cenderung menggunakan kalimat aktif seperti
penggunaan kata menargetkan, mewujudkan,menghadapi, menyikapi
Kata Ganti Kata ganti yang terdapat dalam berita ini
adalah kata ganti dia
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Stuktur Mikro
Retoris
Grafis Wartawan menampilkan elemen grafis
berupa foto siluet seseorang dengan background tampilan hasil survei
elektabilitas bakal capres koalisi partai Islam
Pada analisis teks berita ini, Republika kembali menghadirkan wacana koalisi di antara parpol Islam. Hasil survei dari Cirus Surveyors
Group menunjukkan kemampuan parpol Islam untuk melebihi ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen suara, yaitu dengan
berkoalisi, meski dalam perwujudannya dinilai akan sulit karena adanya perbedaan kepentingan politik. Meski demikian, dalam berita ini,
Republika lebih menekankan kemampuan koalisi parpol Islam untuk mencalonkan capres dari kalangan sendiri.
Pada Pemilu 2014 lalu, perolehan suara partai tidak ada yang memenuhi syarat dari Komisi Pemilihan Umum KPU untuk
mengajukan presiden. Oleh sebab itu, parpol harus bergabung untuk memperoleh suara minimal 20 persen. Meski wacana koalisi antara
parpol Islam marak terdengar menjelang Pemilu 2014 lalu, namun kenyataannya parpol Islam tidak berkoalisi dan lebih memilih berkoalisi
dengan parpol nasionalis. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan antara parpol Islam serta tidak adanya tokoh kuat yang mampu menyatukan parpol Islam dalam satu wadah.
Analisis Teks Berita Saatnya Tetapkan Capres Islam terbit 20 Maret
2014 a.
Struktur Makro
Inti dari tulisan ini adalah untuk mendorong parpol Islam segera menentukan nama capres yang akan maju dalam pemilihan presiden 2014
guna mengimbangi popularitas dari Jokowi PDIP. Subtopik yang terdapat dalam tulisan ini antara lain;
a. Popularitas Jokowi Joko Widodo atau lebih akrab disapa Jokowi adalah salah seorang
capres yang namanya disebut-sebut akan mewakili PDIP maju dalam Pilpres 2014 lalu. Namanya terus melambung seiring dengan
seringnya Jokowi diberitakan media massa. Ini menyebabkan sosoknya menjadi populer dan disukai masyarakat. Popularitas
Jokowi dinilai lebih menonjol dibanding nama-nama lainnya. Karena itu, parpol Islam diminta untuk segera mengusung sejumlah nama
untuk menandingi populeritas Jokowi. b. Hasil Survei
Hasil survei Cirus Surveyors Group, elektabilitas parpol Islam jika digabung dapat mencapai 24,6 persen suara, melebihi ambang batas
pencalonan presiden. Hasil survei menunjukkan urutan persentase perolehan suara parpol Islam, di mana PKB memimpin dengan 7,8
persen suara, PPP 7,3 persen suara, PAN 4,9 persen suara, PKS 3,8 persen suara, dan PBB 0,8 persen.
c. Isu bersama Berita ini menjelaskan pendapat-pendapat narasumber tentang
kemungkinan parpol Islam untuk berkoalisi. Koalisi parpol Islam dinilai mampu terwujud ketika menyikapi isu bersama seperti isu
kebangsaan. Parpol Islam tidak perlu ikut melakukan perebutan kekuasaan dan pembagian jatah menteri.
b. Struktur Superstruktur skematik
Berita ini diawali dengan lead “Koalisi parpol Islam akan
menjadi kekuatan tersendiri di parlemen” menjadi intro dari berita ini. Lead tersebut mendukung judul dari berita yang menunjukkan isi dari
keseluruhan berita yang disajikan wartawan, yakni kemampuan dari parpol Islam untuk mengusung capres jika mereka berkoalisi.
Paragraf 1,2,3,4,5, dan 6 berisi hasil survei dari Cirus Surveyors Group yang menyajikan data elektabilitas parpol Islam yang mampu
melebihi ambang batas pe ncalonan presiden. “Jadi, total elektabilitas
parpol Islam jika digabung mencapai 24,6 persen.” Kutipan dari Direktur Eksekutif Cirus Surveyors Group Andrinof Chaniago digunakan
wartawan untuk menegaskan pemikiran sebelumnya. Paragraf 7 dan 8 adalah pendapat dari Wakil Ketua Umum PPP
Hasrul Azwar yang menyatakan koalisi parpol Islam akan menjadi kekuatan yang cukup besar dan mempu mengusung capres dari kalangan
parpol Islam sendiri. Di paragraf 7, ia mengutarakan kemungkinan parpol Islam untuk berkoalisi sulit terjadi karena terganjal kepentingan politik.
Paragraf 9 dan 10 menerangkan pernyataan dari Bendahara Umum Dewan Pengurus Pusat DPP PKB Baharudin Nasori, koalisi
parpol Islam mungkin saja terjadi dan akan menjadi kekuatan tersendiri di parlemen.
Paragraf 11 dan 12 menguatkan pendapat sebelumnya dari Baharudin Nasori. Ketua DPP PKB Marwan Jafar mengatakan PKB
ingin berada dalam pemerintahan mendatang. “PKB siap ikut Indonesia. Karena, secara religius, PKB mewakili NU dan dari partai diwakili
PKB.” Kutipan langsung digunakan wartawan untuk menegaskan keinginan PKB untuk duduk di kursi pemerintahan nantinya.
Berita ditutup dengan paragraf yang berisi pendapat dari Direktur Pusat Kajian Politik UI Sri Budi Eko Wardani, koalisi parpol
Islam sangat mungkin terjadi ketika menyikapi isu yang berkembang. Menurutnya, parpol Islam akan menghadapi kendala ketika menentukan
capres yang kemudian harus diusung.
c. Struktur Mikro
Pada analisis struktur mikro, hal yang harus diperhatikan adalah semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.
Semantik
Semantik terdiri atas tiga emelen utama, yaitu latar, detil, dan maksud.
a Elemen latar dapat diperhatikan pada paragraf 1,2,3, dan 4. Latar
belakang penulisan berita ini adalah untuk mendorong parpol Islam segera menentukan nama capres yang akan diusung guna
mengimbangi popularitas Jokowi dari PDIP. b
Elemen detil secara umum terdapat pada paragraf 9 dan 10, berisi detil hasil survei dari Cirus Surveyors Group yang menunjukkan
elektabilitas parpol Islam menjelang pemilu legislatif 2014. c
Elemen maksud secara umum terdapat pada paragraf 4,5,6,7 dan 8. Pendapat-pendapat yang mendukung parpol Islam untuk
bersatu membentuk koalisi poros tengah dimunculkan dalam berita ini.
Sintaksis
Sintaksis meneliti kalimat pada teks dengan memperhatikan koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti.
a Elemen koherensi
Elemen koherensi dapat dilihat pada paragraf 4. Konjungsi
“meski” menghubungkan kalimat pada paragraf sebelumnya dengan kalimat “meski dirasa sulit, Iman menuturkan, akan lebih
efektif lagi jika PKS, PAN, PKB, PPP, dan PBB bisa bergabung dan berani mengusung satu pasangan. Tentu, pasangan yang
dipilih bisa menandingi Jokowi.”
Pada paragraf 9 ditemukan kata hubung “kemudian” untuk
menghubungkan secara urut kalimat “Partai Persatuan
Pembangunan PPP 7,3 persen, dan Partai Amanat Nasional PAN 4,9 persen” dengan “Partai Keadilan Sejahtera PKS 3,8
persen dan Partai Bulan Bintang PBB 0,8 persen.” Koherensi pembeda terdapat di paragraf 10. “Kebanyakan pemilih
PKB berada di Jawa Tengah-DIY 26,3 persen dan Jawa Timur
32,9 persen. Sedangkan, pemilih PAN yang terbesar berada di
Jawa Barat 19,6 persen dan Jateng-DIY 16,8 persen.
Konjungsi “sedangkan” digunakan untuk membedakan kalimat
sebelum dan sesudahnya. Bahwa, sebaran terbesar pemilih PKB dan PAN berbeda.
Elemen koherensi “dan” terdapat di paragraf 12. “Jangan sampai masih dipusingkan dengan perebutan kekuasaan dan pembagian
jatah menteri.” Perebutan kekuasaan dan pembagian jatah menteri adalah dua hal yang berbeda, tapi dijadikan satu untuk
menerangkan keduanya saling berkaitan. b
Elemen bentuk kalimat Elemen bentuk kalimat dapat diamati dari bagaimana tulisan-
tulisan dalam berita ini dibentuk. Kalimat tersebut antara lain;
Paragraf 1:
“semestinya parpol Islam segera menetapkan sosok
capres yang akan diusung. ” Kalimat aktif
Paragraf 3:
“PKS dan PAN, kata dia, bisa memunculkan sejumlah
nama seperti Hidayat Nurwahid-Hatta Rajasa atau Hatta Rajasa- Ahmad Heryawan.
” Kalimat aktif
Paragraf 3:
“PKB, PPP dan PBB bisa mengangkat Mahfud MD-
Rhoma Irama atau Yusril Ihza Mahendra-Khofifah Indar Parawansa.
” Kalimat aktif
Paragraf 4:
“Pasangan yang dipilih bisa menandingi Jokowi.” Kalimat aktif
Paragraf 8:
“Koalisi partai politik berbasis massa Islam dinilai
mampu mengusung calon presiden capres sendiri. ” Kalimat
pasif. c
Elemen kata ganti Elemen ini terdapat pada paragraf 7. Kutipan pernyataan langsung
dari Wakil Ketua Umum PPP Hasrul Azwar, “kami dari PPP menghendaki bersatu.” Kata ganti “kami” menjelaskan posisi
Hasrul Azwar sebagai narasumber, yakni termasuk dalam golongan parpol Islam.
Analisis Teks Berita Saatnya Tetapkan Capres Islam terbit 20 Maret 2014
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
TopikTema Inti dari tulisan ini adalah untuk mendorong
parpol Islam segera menentukan nama capres yang akan maju dalam pemilihan presiden
2014 untuk mengimbangi popularitas dari Jokowi PDIP
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Super struktur
Skematik
SkemaAlur Awal : Berita dibuka dengan lead yang
merupakan kutipan dari pernyataan Pengamat Politik agar Parpol Islam mulai mengatur
strategi Tengah : Berisi hasil survei yang
menunjukkan elektabilitas parpol Islam mampu melebihi ambang batas pencalonan
presiden Akhir : Berita ditutup dengan saran dari
Direktur Pusat Kajian Politik UI agar parpol Islam dapat bijaksana dalam mengambil
keputusan
Struktur Mikro
Semantik
Latar Elemen latar secara umum dapat dilihat pada
paragraf 1,2,3, dan 4. wartawan mendorong parpol Islam untuk segera menentukan nama
capres yang usung untuk menandingi popularitas Jokowi
Detil Detil dapat dilihat pada paragraf 9 dan 10
yang menjelaskan hasil survei elektabilitas parpol Islam
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Maksud Secara umum, maksud dari berita ini dapat
terlihat pada paragraf 4 sampai 8 yang menyajikan pendapat-pendapat agar parpol
Islam berkoalisi
Struktur Mikro
Sintaksis
Koherensi Elemen ini dapat dilihat dari penggunaan kata
meski, kemudian, sedangkan, dan
Bentuk kalimat
Bentuk kalimat yang digunakan lebih banyak menggunakan kalimat aktif seperti kata
menetapkan, mengangkat, menandingi, mengusung
Kata Ganti Kata ganti yang terdapat pada berita ini
adalah kata ganti kami
Melalui berita ini, Republika terlihat ingin mendorong parpol Islam untuk menentukan nama capres yang akan maju dalam pemilihan
presiden 2014 guna mengimbangi popularitas dari Jokowi PDIP. Pendapat-pendapat narasumber yang meyakini kemungkinan koalisi
terwujud dikemas secara apik oleh Republika agar pembaca mengetahui kekuatan parpol Islam jika bersatu.
Bagian-bagian dari berita ini disusun oleh wartawan untuk menguatkan pendapat bahwa parpol islam mampu mengusung capres jika
berkoalisi. Hambatan yang kemudian akan dihadapi terkait nama capres yang akan diusung diletakkan pada akhir berita. Ini menegaskan bahwa
wartawan ingin mengarahkan pembaca untuk mendukung terbentuknya koalisi parpol Islam. Jika diperhatikan seksama, berita ini adalah berita
yang sama dengan berita sebelumnya yang berjudul “Elektabilitas Parpol Islam Mampu Usung Capres
” 15 Maret 2014. Republika menyajikan berita yang sama lima hari kemudian. Artinya, Republika menganggap
berita ini penting. Berita ini menegaskan kedudukan Republika sebagai media Islam, yaitu untuk mendukung koalisi parpol Islam.
Kenyataan pada Pemilu 2014 lalu, parpol Islam gagal berkoalisi dan lebih memilih berkoalisi dengan parpol nasionalis. Hanya ada dua
capres populer yang diusung, Prabowo Subianto dari Gerindra dan Joko Widodo dari PDIP. Parpol Islam terpecah menjadi dua kubu dan tidak
mampu mengusung capres dari kalangannya sendiri.
B. Kognisi Sosial
Analisis wacana van Dijk tidak hanya membedah struktur teks dalam suatu berita, tapi juga melakukan pendekatan pada kognisi wartawan
atau kesadaran mental wartawan. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan pemakai
bahasa atau wartawan yang bukan merupakan individu netral, melainkan individu yang mempunyai beragam nilai, pengalaman, dan pengaruh
ideologi.
6
Dalam penulisan ini, analisis tidak hanya dilakukan sebatas membeda teks, tetapi juga meneliti proses terbentuknya teks tersebut.
Alur penerbitan berita di harian Republika tidak jauh berbeda dari koran-koran umum lainnya. Wartawan meliput dan membuat berita,
kemudian mengirim berita tersebut ke newsroom. Redaktur memilih berita yang sesuai hasil rapat redaksi untuk kemudian diedit, selanjutnya masuk ke
proses layout.
7
Suatu teks diproduksi dalam suatu proses mental yang melibatkan strategi tertentu seperti seleksi, reproduksi, penyimpulan dan
transformasi. Pada harian Republika, yang berperan penting dalam memproduksi teks adalah wartawan dan redaktur.
Strategi pertama dalam memahami kognisi wartawan adalah dengan melihat proses seleksi pada teks berita. Seleksi dilakukan wartawan
dengan lebih memilih untuk mewawancarai narasumber tertentu daripada meliput konferensi pers. Hal ini menunjukkan wartawan melakukan seleksi
informasi dalam membuat berita. Strategi ini dapat dilihat pada kelima berita yang diteliti. Wartawan mewawancarai berbagai narasumber dari
kalangan parpol Islam. Peneliti telah melakukan wawancara dengan Redaktur Rubrik
“Pesta Demokrasi” Harian Republika, Muhammad Fakhruddin dan Wartawan Politik Senior, Erdy Nasrul mengenai proses produksi berita yang
penulis teliti.
6
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h.260-261.
7
Hasil wawancara dengan Redaktur Rubrik “Pesta Demokrasi” Harian Republika pada 30 Januari 2015.
Berdasarkan wawancara dengan Erdy Nasrul, penentuan narasumber pada rubrik “Pesta Demokrasi” dilakukan menurut inisiatif
masing-masing wartawan. Narasumber yang dipilih adalah narasumber yang kompeten di bidangnya dan sesuai dengan berita yang diliput. Narasumber
juga harus bisa memberikan penilaian yang obyektif, sesuai fakta, bukan berita bohong. Seperti yang dikatakan sebagai berikut:
“Pemilihan narasumber dilakukan secara bebas, wartawan boleh memilih narsum untuk membuat berita. Yang diutamakan
adalah akurasi data, penjabarannya, dan survei. ”
8
Pada berita berjudul Koalisi Parpol Islam Butuh Tokoh Pengikat terbit 11 Februari 2014, narasumber yang dipilih oleh wartawan
adalah Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Pengamat Politik dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Ketua Umum
PPP. Ketiga narasumber tersebut memiliki pandangan yang sama, yaitu mendukung terbentuknya koalisi di antara parpol Islam.
Pada berita Parpol Islam Perlu Figur terbit 13 Februari 2014,
narasumber yang dipilih adalah Peneliti Utama Lembaga Survei Jakarta dan Ketua DPP PKB. Kedua narasumber tersebut mendukung parpol Islam
untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara seperti memainkan peran figur.
Selanjutnya berita dengan judul Parpol Islam Berminat dengan PDIP terbit 12 Maret 2014. Narasumber yang dimuat pemikirannya antara
lain Sekjen PPP, Ketua DPP PKB, Ketua DPP PKS, dan Pengamat Politik
8
Hasil wawancara dengan Wartawan Politik Senior Harian Republika, Erdy Nasrul, pada 21 Februari 2016.
Lingkar Madani Indonesia. Dasar pemikiran keempat narasumber ini sama, yakni untuk mendorong parpol Islam berkoalisi dengan parpol yang
memperoleh suara mayoritas seperti PDIP.
Pada berita berjudul Elektabilitas Parpol Islam Mampu Usung Capres terbit 15 Maret 2014, narasumber yang diwawancarai adalah
Direktur Eksekutif Cirus Surveyors Group, Wakil Ketua Umum PPP, Bendahara Umum DPP PKB, dan Direktur Pusat Kajian Politik UI.
Keempat narasumber memiliki pemikiran yang sama, kemungkinan parpol Islam untuk menyatu dalam koalisi. Meskipun pada pernyataan Wakil Ketua
Umum PPP, koalisi sulit terbentuk karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu.
Berita selanjutnya berjudul Saatnya Tetapkan Capres Islam
terbit 20 Maret 2014. Pada berita ini, wartawan mewawancarai Pengamat Komunikasi Politik Untirta Banten, Wakil Ketua Umum PPP, Direktur
Eksekutif Cirus Surveyors Group, dan Direktur Pusat Kajian Politik UI. Jika
diperhatikan, berita ini sama dengan bengan berita berjudul Elektabilitas Parpol Islam Mampu Usung Capres terbit 15 Maret 2014. Isi dari berita
tersebut sama, hanya ada perbedaan satu narasumber. Hal ini menunjukkan adanya kepentingan Republika untuk memuat satu berita secara berulang.
Langkah kedua adalah dengan reproduksi. Hal ini dilakukan oleh editor. Pada kelima berita ini, redaktur berperan sebagai editor yang
mengedit berita dari newsroom. Redaktur memberi penambahan atau pengurangan pada berita hasil buatan wartawan.