Konseptualisasi Partai Politik Islam

partai yang memiliki platform dengan ideologi Islam, seperti Partai Persatuan Pembangunan PPP dan Partai Keadilan Sejahtera PKS. Kedua, partai yang secara formal tidak mencantumkan Islam sebagai basis ideologinya, tapi basis utama konstituennya Islam, seperti Partai Amanat Nasional PAN dan Partai Kebangkitan Bangsa PKB. 19 Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai partai Islam, dapat disimpulkan secara umum bahwa partai Islam merupakan sekumpulan orang beragama Islam yang membentuk suatu organisasi politik dengan menjadikan Islam Al Qur’an dan hadits sebagai dasar perjuangannya untuk menyampaikan aspirasi, ide, dan cita-cita umat Islam dalam bernegara. Pendapat Greg Fealy dalam “Divided Majority, Limits of Indonesian Political Islam”, partai Islam terdiri atas dua: partai Islam pluralis dan partai Islamis. Pertama, partai Islam pluralis pluralist Islamic Parties yaitu partai yang berasaskan Pancasila namun menampilkan identitas Islam dan berbasis pada massa Islam seperti PAN dan PKB. Kedua, Partai Islamis Ismalist Parties yang merupakan partai berasaskan Islam dan mendukung ide-ide formalisasi syariat Islam dan amandemen UUD 1945. Contoh yang termasuk dalam partai Islamis antara lain PPP, PKS, dan PBB. 20 19 http:www.bbc.co.ukindonesiannewsstory200903090324_partai10.sht ml diakses pada 24 Juli 2015 pukul 03.15 WIB 20 Shahram Akbarzadeh dan Abdullah Seed, Islam and Political Legitimacy, London and New York: RoutledgeCurzon, 2003, h. 164-165. Ideologi Partai Politik Islam Setiap partai tentu memiliki asas partai tertentu di mana ia menjadi landasan, haluan, dan platform partai dalam meniti kehidupan partainya. Nilai asas merupakan ruh partai itu yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi yang menggerakkan kehidupan partai. 21 Nilai asas inilah yang menentukan identitas suatu partai, apakah ia partai dengan label agama atau nasionalisme. Secara umum, ideologi berarti gagasan, keyakinan, nilai, dan pandangan hidup dalam negara atau politik. Jadi, pemikiran atau pandangan politik tertentu sudah inheren dengan kehidupan partai. Meskipun suatu partai mengusung program yang universal, tapi partai politik tetap tidak bisa lepas dari pandangan tertentu yang menjadi nilai dasar dalam menentukan ciri dan identitas partainya. 22 Ideologi suatu partai tercermin dari visi dan misi yang diusung partai tersebut. Visi dan misi dapat dilihat berdasarkan program-program yang diperjuangkan suatu partai. Setiap partai tentu akan memprioritaskan program-program yang sesuai dengan ideologi mereka. Pada masa Orde Baru sempat terjadi ketegangan antara agama dengan pemerintah. Hal ini terjadi dengan adanya pelarangan partai-partai yang secara khusus didasarkan pada agama tertentu karena semuanya harus berasas Pancasila, meskipun masih memperbolehkan adanya partai tertentu yang memiliki pijakan orientasi spiritual di dalam programnya. Contohnya Partai Persatuan Pembangunan PPP yang dilarang berasaskan Islam tetapi 21 Fatwa, Satu Islam Multipartai, h. 94. 22 Ibid., h. 95. diperbolehkan membuat program-program partai yang didasarkan pada semangat spiritualisme Islam. 23 Jatuhnya pemerintahan Soeharto pada Mei 1998 menjadi tahapan baru dalam sejarah Indonesia. BJ. Habibie yang maju menggantikan Soeharto menyatakan ketersediaannya untuk mempercepat pemilihan umum dan memberi kesempatan yang luas kepada rakyat untuk membentuk partai. 24 Kemunculan kembali partai-partai Islam seiring dengan penghapusan Undang-Undang Keormasan 1985 yang mewajibkan semua organisasi, apakah politik maupun sosial dan keagamaan untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya dasar ideologi organisasinya. Tak mengherankan, penghapusan itu berdampak pada munculnya partai-partai politik yang kembali mengusung kembali Islam sebagai dasar ideologinya. 25 PPP yang sudah lebih dari dua dekade dipaksa menanggalkan asas Islam, meneguhkan kembali diri sebagai partai berasas Islam. Ka’bah yang sebelumnya dilarang dijadikan sebagai lambing partai dan diganti simbol bintang dipakai menjadi simbol kembali oleh PPP. Partai lainnya yang sering diidentikkan dengan partai nasionalis religius seperti PKB dan PAN, tetap menonjolkan warna Islamnya dan memiliki basis pendukung dari kelompok Islam seperti Nahdatul Ulama NU dan Muhammadiyah. 23 Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca- Orde Baru, Jakarta: Kencana, 2010, h. 307-306. 24 Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2010, h. 298. 25 Azyumardi Azra, “Faktor Islam di Indonesia pasca-Soeharto” dalam Chris Manning dan Peter van Diermen, ed., Indonesia di Tengah Transisi Aspek-aspek Sosial Reformasi dan Kritis, Yogyakarta: LKiS, 2000, h. 375. Hal ini tidak lepas dari fakta adanya keinginan untuk menyalurkan kepentingan dan memperebutkan suara pemilih Islam. 26

D. Konseptualisasi Pemberitaan

Berita menurut KBBI, sebuah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yg hangat. Menurut Sudirman Tebba, berita adalah jalan cerita tentang peristiwa 27 . Menurut Ashadi Siregar, sesuatu disebut sebagai berita jika mengandung nilai-nilai tertentu seperti significance penting, magnitude besar, timelines waktu, proximity dekat, prominance tenar, human interest manusiawi. 28 a. Significance penting : Suatu peristiwa yang penting dan mampu memengaruhi kehidupan khalayak atau kejadian yang mampu memberi dampak bagi kehidupan orang banyak menjadi layak untuk diberitakan. Berita tentang penyebaran penyakit mers yang dapat membahayakan memiliki nilai berita tinggi, supaya masyarakat lebih waspada dan menjaga diri. b. Magnitude besar : Kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat bila dijumlahkan dalam angka menarik untuk diberitakan. Kenaikan harga kebutuhan pokok, harga BBM, harga barang-barang menjadi penting dan menarik diberitakan. 26 Marijan, Op.cit.,, h. 308-309. 27 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru Ciputat: Kalam Indonesia, 2005, h. 55. 28 Nurudin, Jurnalisme Masa Kini Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 52. c. Timelines waktu : Berita terkait dengan waktu. Suatu peristiwa yang baru terjadi menarik untuk diberitakan. Keadaan selalu berubah dan khalayak ingin mengetahui informasi terkini. Peristiwa yang sudah terjadi pada masa lalu juga dapat diaktualisasikan kembali menjadi berita yang hangat dan pantas diberitakan. d. Proximity kedekatan : Unsur kedekatan proximity menjadi daya tarik khalayak untuk mengikuti berita. Kedekatan adalah kejadian yang dekat dari pembaca, baik secara geografis maupun emosional. Pemberitaan mengenai kejadian yang terjadi di ibu kota tentu akan lebih menarik bagi warga Indonesia daripada berita yang terjadi di daerah Timur Tengah. Dalam memilih berita, wartawan akan melihat secara geografis bagaimana kedekatannya dengan pembaca atau pemirsanya. Sedangkan kedekatan emosional berarti kedekatan berdasarkan ikatan emosi antara pembaca dengan sebuah kejadian. e. Prominance tenarpopuler : Name make news, itu adalah prinsip umum dalam dunia jurnalistik. Seseorang yang biasa, tanpa prestasi, tanpa kasus, dan tidak terkenal di publik, tidak memiliki nilai untuk dijadikan berita. Berbeda jika orang tersebut adalah presiden, politikus, pengusaha sukses, artis, atau pelaku kejahatan luar biasa yang terkenal. Orang-orang yang terkenal di khalayak memiliki nilai tersendiri untuk dijual dalam kemasan berita. f. Human Interest manusiawi: Human Interest manusiawi adalah kejadian yang dapat menyentuh perasaan pembaca, kejadian mengenai orang biasa yang berada dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi yang biasa. Berita tentang anak kecil yang bertahun-tahun tinggal di atas becak bersama ayahnya yang sakit-sakitan memiliki nilai berita yang tinggi. Bagaimana perjuangan anak kecil tersebut menghidupi dirinya sendiri dan ayahnya yang tidak berdaya tentu mengundang rasa iba bagi pembaca. Setiap media memiliki kriteria masing-masing tentang nilai berita. Hal itu disesuaikan dengan visi, misi, dan kepentingan media. Media yang berafiliasi pada partai tertentu jelas akan menganggap berita tentang ketua umumnya mengandung nilai berita untuk disiarkan di medianya. Sementara media lain belum tentu menganggap demikian. 29 Berdasarkan bentuk penyajiannya, berita dibagi menjadi tiga: berita langsung spotnews, berita komprehensif comprehensive news, dan feature. 30 Pertama, berita langsung spotnews merupakan jenis berita yang padat informasi mengenai kejadian yang baru saja terjadi. Berita tentang terjadinya tabrakan kereta api dengan mobil pengangkut bahan bakar di perlintasan rel Bintaro, apa penyebab terjadinya kecelakaan tersebut, berapa korban jiwa, bagaimana proses evakuasi berlangsung, dapat dituangkan wartawan menjadi sebuah berita langsung spot news. 29 Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, h. 51-52. 30 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 56. Kedua, laporan komprehensif atau disebut juga sebagai berita investigasi karena sering digali sendiri oleh wartawan tanpa menunggu terjadinya peristiwa. 31 Berita jenis ini menjelaskan latar belakang peristiwa yang ditulis serta menunjukkan kecenderungannya. Dalam membuat laporan komprehensif, wartawan dituntut untuk melihat suatu kejadian dari berbagai dimensi. Sesuatu yang tampak biasa dapat diolah menjadi laporan yang menarik. Ketiga, features yang menurut Siregar adalah kejadian yang dapat menyentuh perasaan atau menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan rinci, lengkap, dan mendalam. Menurut Mc. Kinney, feature adalah suatu tulisan yang berada di luar tulisan yang bersifat berita langsung di mana pegangan utama 5 W + 1 H dapat diabaikan. 32 Feature atau soft news menuntut kemampuan wartawan untuk menggali suatu peristiwa atau situasi dan menata informasi ke dalam suatu cerita yang menarik dan logis. Tulisan dengan bentuk feature lebih menggambarkan sisi kemanusiaan human interest. Dalam penulisannya, berita harus mampu menarik perhatian khalayak pembaca. Khalayak tertarik terhadap sebuah berita karena memang beritanya menarik dan penting untuk diiketahui atau karena gaya penulisan berita yang memikat. Gaya penulisan yang menarik perhatian adalah gaya penulisan yang mampu menjelaskan permasalahan yang rumit dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami pembacanya. Dalam 31 Ibid., h. 104. 32 Ibid., h. 110.