50
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
Penelitian ini menggunakan teknik analisis wacana Teun van Dijk. Sebuah wacana terbentuk berdasarkan hasil elaborasi dari teks, kognisi
sosial, dan konteks sosial, sebagaimana dijelaskan oleh van Dijk.
1
Penulis memaparkan hasil temuan data dari pemberitaan tentang partai politik Islam dalam Ruprik
“Pesta Demokrasi” di Harian Republika dengan judul Koalisi Parpol Islam Butuh Tokoh Pengikat terbit 11 Februari
2014, Parpol Islam Perlu Figur terbit 13 Februari 2014, Parpol Islam Berminat dengan PDIP terbit 12 Maret 2014, Elektabilitas Parpol Islam
Mampu Usung Capres terbit 15 Maret 2014, dan Saatnya Tetapkan Capres Islam terbit 20 Maret 2014.
Penulis melakukan tiga langkah dalam melakukan penelitian ini. Pertama, penulis melakukan bedah teks mulai dari struktur makro,
superstruktur, hingga struktur mikro. Kedua, penulis mewawancarai wartawan dan redaktur yang bertanggung jawab terhadap kelima berita
tersebut untuk meneliti lebih dalam terkait kognisi sosial pembuat berita. Ketiga, penulis menganalisis konteks sosial yang berkembang di masyarakat
yang melatarbelakangi Republika mengangakat wacana tentang parpol Islam dalam Rubrik “Pesta Demokrasi”.
1
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 224.
A. Analisis Teks
Analisis Teks Berita Koalisi Parpol Islam Butuh Tokoh Pengikat terbit 11 Februari 2014
a. Struktur Makro
Elemen tematik mengarah pada gambaran umum dari suatu teks atau bisa disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dalam
teks. Tema juga sering disebut dengan topik karena sama-sama menggambarkan apa yang ingin diungkapkan wartawan dalam
pemberitaannya. Ketika meliput suatu peristiwa dan memandang suatu masalah, wartawan pasti memiliki sikap mental atau pikiran tertentu.
Topik di sini dipahami sebagai mental atau kognisi wartawan dalam membuat sebuah pemberitaan.
2
Berita ini mengangkat topik pembahasan mengenai peluang parpol Islam untuk menguasai kursi pemerintahan jika bersatu dalam
koalisi. Oleh karena itu, dibutuhkan tokoh pengikat yang mampu menyatukan seluruh parpol Islam. Subtopik yang mendukung berita ini
antara lain; a
Kesamaan Parpol Islam Era demokrasi membuat masyarakat ramai-ramai membentuk partai
politik sebagai sarana partisipasi politik. Pada era ini, lahir banyak partai politik, terutama partai politik dengan ideologi tertentu seperti
Islam. Ideologi dan platform yang dianut partai tersebut sama,
2
Ibid., h.231.
namun partainya berbeda-beda. Dalam berita ini, dijelaskan bahwa parpol Islam memiliki potensi untuk menguasai kursi pemerintahan
setelah Pemilu 2014 jika bersatu dalam koalisi. Sayangnya, faktor pemersatu tersebut belum ditemukan, seperti tokoh pemersatu.
Belum ada yang dapat menyatukan parpol-parpol tersebut menjadi satu kesatuan dalam koalisi.
b Sejarah koalisi parpol Islam
Koalisi parpol Islam bukanlah hal baru. Di berita ini sedikit disinggung sejarah pemilu di Indonesia yang menerangkan bahwa
perjalanan koalisi parpol Islam selalu melemah di tengah perjalanan sampai akhirnya bubar karena tidak adanya kesatuan visi misi yang
jelas. Koalisi parpol Islam terakhir terjadi saat terbentuk koalisi poros tengah yang diusung Amien Rais pada 1999 lalu.
c Koalisi Poros Tengah Jilid Dua
Pada berita ini dijelaskan saran-saran dari beberapa narasumber agar parpol Islam mewujudkan koalisi poros tengah jilid dua agar dapat
memenangkan Pemilu 2014. Cara-cara yang dapat ditempuh juga dijabarkan, antara lain menyusun program bersama, menyamakan
kepentingan politis, dan menciptakan saingan bersama.
b. Struktur Superstruktur
Dalam sebuah teks atau wacana, umumnya terdapat skema atau alur yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun
hingga menjadi satu kesatuan arti. Demikian pula dengan berita,
umumnya skema yang terkandung dalam sebuah berita tidak disusun dengan kerangka linier.
Alur berita dimulai dari paragraf 1,2,3,4 yang berisi pernyataan dari pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI
Syamsuddin Haris. Ia berpendapat, parpol Islam dapat menguasai kursi pemerintahan jika berkoalisi. Namun, koalisi dirasa sulit terjadi karena
tidak ada tokoh pengikat yang menyatukan parpol Islam di Indonesia saat ini. Komentar verbal untuk memperkuat pernyataan tersebut dikutip
wartawan pada paragraf dua, “Mereka ini parpol Islam tidak punya
tokoh. Ada beberapa, tapi didelegitimasi oleh parpol Islam lainnya.” juga menilai bahwa parpol Islam tidak terlalu diminati karena tidak pernah
menunjukkan elektabilitas yang tinggi. Paragraf 5 dan 6 pernyataan dari Pengamat Politik Universitas
Islam Negeri UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Ahmad Norma Pertama. Menurutnya, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan poros
tengah jilid dua seperti dengan menyusun program bersama, menyamakan kepentingan politis, dan menciptakan saingan bersama.
Akan tetapi, ia juga beranggapan koalisi parpol Islam akan sulit terbentuk karena masing-masing dari mereka hanya memikirkan kepentingannya
sendiri. Paragraf 7 dan 8 menutup berita dengan pendapat positif dari
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan PPP Suryadharma Ali yang meyakini koalisi poros tengah bisa terbentuk kembali pada Pemilu
2014.