Teori Naratif TINJAUAN TEORITIS

2. Koherensi Material : Suatu jenis koherensi yang merujuk pada kongruensi antara satu cerita dengan cerita lainnya yang berkaitan dengan cerita tersebut. 3. Koherensi Karakterologis : Suatu jenis koherensi mengacu pada kepercayaan terhadap karakter-karakter dalam sebuah cerita. Seseorang yang terkenal memiliki sifat arogan, pelit, suka menghina orang lain, dan pribadi yang tidak menyenangkan. Kemudian ada cerita yang menyatakan bahwa orang tersebut berhati mulia, suka menolong, dan pantas menjadi teladan, tentu cerita tersebut akan sulit diyakini kebenarannya karena tidak memiliki koherensi karakterologis. b. Kebenaran Kebenaran fidelity atau reabilitas dari sebuah cerita juga penting untuk menilai rasionalitas naratif. Fisher 1987 menyatakan, ketika elemen-elemen sebuah cerita merepresentasikan pernyataan-pernyataan akurat mengenai realitas sosial, elemen tersebut mengandung kebenaran. Menurut Fisher, ketika naratif memiliki kebenaran, naratif itu menyusun suatu pertimbangan yang sehat bagi seseorang untuk memegang keyakinan tertentu atau untuk mengambil tindakan. 5 Sedangkan logika dari pertimbangan yang sehat good reason membuat seseorang mampu menilai harga atau nilai dari sebuah cerita sebagai benar dan berharga untuk diterima. 5 Ibid., h. 53. Paradigma naratif meyakini, cerita yang dikisahkan dengan baik, terdiri atas rasionalitas naratif, akan lebih meyakinkan pembaca daripada kesaksian para ahli yang menyangkal akurasi faktual dalam naratif tersebut.

B. Konseptualisasi Ideologi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, ideologi merupakan cara berpikir orang atau suatu golongan. Pemaknaan kata ideologi beragam sesuai dengan disiplin ilmu yang mengkajinya. 6 Dalam politik, ideologi diartikan sebagai paham dan nilai tertentu yang digunakan untuk melingkupi semua usaha mencapai suatu kondisi ideal tertentu. Ideologi memuat ide dan gagasan tentang bagaimana seharusnya dunia ini berjalan karena berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pemikiran, abstrak, dan konseptual. Tak jarang ideologi digunakan sebagai suatu alat dan instrumen untuk mencapai tujuan politik individu, kelompok, atau suatu negara. Hal ini menyebabkan ideologi erat kaitannya dengan kekuasaan. 7 Steger 2002 mendefinisikan ideologi sebagai suatu sistem sebaran ide, kepercayaan beliefs, yang membentuk sistem nilai dan norma serta sistem peraturan ideal yang diterima sebagai fakta dan kebenaran oleh kelompok tertentu. 8 Perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan dalam sistem demokrasi diwujudkan dalam institusi politik, yaitu partai politik. 6 http:kbbi.web.id diakses pada 29 Maret 2015 pukul 08.30 WIB. 7 Firmanzah, Mengelola Partai Politik Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, h. 83-85. 8 Ibid., h. 91. Menurut Lane 962, ideologi politik memiliki lima ciri. Pertama, ideologi politik berkaitan dengan pertanyaan siapa yang akan memimpin, bagaimana mereka dipilih, dan dengan prinsip apa mereka memimpin. Kedua, ideologi mengandung banyak argumen untuk persuasi atau juga melawan ide-ide yang berlawanan. Ketiga, ideologi memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan sebagainya. Kelima, ideologi mencoba merasionalisasi kepentingan kelompok agar layak untuk diperjuangkan. Keenam, ideologi berisi hal-hal yang sifatnya normatif, etis, dan moral. 9 Ideologi dapat diartikan juga sebagai sistem kepercayaan dan norma. Sistem kepercayaan melihat bahwa ideologi memberikan legitimasi bagi para penganutnya untuk berpikir, bersikap, dan bertindak atas suatu permasalahan. Agar sebuah ideologi mampu menjadi sistem kepercayaan, ia harus meyakinkan para penganutnya mengenai kebenaran pemikiran dan ajarannya. Ideologi memuat aturan-aturan tentang apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dianggap tabu, bahkan dilarang. Sedangkan norma adalah aturan yang bersifat sosial dan memiliki muatan hukum ketika ideologi tersebut diterapkan. Ideologi politik memuat secara implisit maupun eksplisit hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pengikutnya. Ketika suatu institusi politik memenangkan pemilihan umum, mereka dapat mematerialisasikan ketentuan-ketentuan dalam ideologi ke undang-undang maupun peraturan pemerintah yang memiliki kekuatan hukum. 10 9 Ibid., h. 92. 10 Ibid., h. 101-102.

C. Konseptualisasi Partai Politik Islam

Partai politik lahir sekitar awal abad ke-20 sebagai sarana bagi setiap warga negara untuk turut berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Kelahirannya pertama kali akibat gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik. Dengan kata lain, partai politik lahir untuk menjembatani antara rakyat dengan pemerintah. Secara umum, yang disebut sebagai partai politik adalah sekelompok manusia terorganisir yang anggota-anggotanya sedikit banyak mempunyai orientasi nilai-nilai serta cita-cita yang sama dan mempunyai tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik serta mempertahankannya guna melaksanakan program yang telah ditetapkan. 11 Keberadaan parpol dalam suatu negara dianggap sebagai salah satu perangkat institusi demokrasi karena fungsinya. Beberapa fungsi parpol antara lain adalah menyerap dan mengartikulasi aspirasi atau kepentingan rakyat, sarana sosialisasi dan komunikasi politik, dan media penyaluran perbedaan pendapat yang terjadi di masyarakat. Keberadaan parpol yang kuat menjadi faktor penting dalam kehidupan berbangsa. 12 Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem multi-partai, di mana terdapat banyak partai politik yang berdiri sebagai bentuk masyarakat yang majemuk, baik secara kultural maupun sosial ekonomi. Surat Keputusan Wakil Presiden M. Hatta nomor X1949 11 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik Jakarta: Gramedia, 2008, h. 422. 12 Fatwa, Satu Islam Multipartai, Bandung: Mizan, 2000, h. 93. merupakan titik implementasi sistem multipartai di Indonesia. 13 Pada pemilu 1955, nampak terjadi pengelompokkan partai menjadi dua ideologi kelompok, kelompok berideologi Islam dan kelompok berideologi nasionalis sekuler. Menurut Azyumardi Azra, paling sedikit ada dua unsur yang menjadi tanda apakah sebuah partai dapat dis ebut “partai Islam”. Pertama, secara resmi dalam dokumentasi mereka menyatakan Islam sebagai dasar ideologi, seperti Partai Persatuan Pembangunan PPP, Partai Bulan Bintang PBB, dan Partai Keadilan Sejahtera PKS. Kedua, dalam kasus tertentu partai-partai Islam tetap memakai Pancasila sebagai dasar ideologinya tetapi pada saat yang sama juga menggunakan simbol-simbol Islam seperti bintang, kalimat atau tulisan huruf Arab, dan Ka’bah atau simbol-simbol lain yang berhubungan dengan Islam. Contohnya adalah Partai Cinta Damai PCD, Partai Indonesia Baru PIB, Partai Kebangkitan Umat PKU, dan Partai Sarikat Islam Indonesia PSII. 14 Partai Islam, menurut Abul „ala al-Maududi, adalah partai yang memiliki tujuan untuk menegakkan kedaulatan Tuhan di muka bumi dan menjadikan Islam sebagai jalan hidup di dunia. Tokoh-tokoh partai akan dikhususkan kepada orang-orang yang sungguh-sungguh beriman dan bertaqwa, orang-orang yang ikhlas berjuang untuk menegakkan kalimat Allah dan mencari keridhaan-Nya. Orang-orang yang hanya berniat 13 Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik, Jakarta: Lasswell Visitama, 2011, h. 252. 14 Fatwa, Satu Islam Multipartai, h. 12-13.