Konseptualisasi Pemberitaan TINJAUAN TEORITIS
Kedua, laporan komprehensif atau disebut juga sebagai berita investigasi karena sering digali sendiri oleh wartawan tanpa menunggu
terjadinya peristiwa.
31
Berita jenis ini menjelaskan latar belakang peristiwa yang ditulis serta menunjukkan kecenderungannya. Dalam membuat laporan
komprehensif, wartawan dituntut untuk melihat suatu kejadian dari berbagai dimensi. Sesuatu yang tampak biasa dapat diolah menjadi laporan yang
menarik. Ketiga, features yang menurut Siregar adalah kejadian yang
dapat menyentuh perasaan atau menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan rinci, lengkap, dan mendalam. Menurut Mc. Kinney, feature
adalah suatu tulisan yang berada di luar tulisan yang bersifat berita langsung di mana pegangan utama 5 W + 1 H dapat diabaikan.
32
Feature atau soft news menuntut kemampuan wartawan untuk menggali suatu peristiwa atau
situasi dan menata informasi ke dalam suatu cerita yang menarik dan logis. Tulisan dengan bentuk feature lebih menggambarkan sisi kemanusiaan
human interest. Dalam penulisannya, berita harus mampu menarik perhatian
khalayak pembaca. Khalayak tertarik terhadap sebuah berita karena memang beritanya menarik dan penting untuk diiketahui atau karena gaya
penulisan berita yang memikat. Gaya penulisan yang menarik perhatian adalah gaya penulisan yang mampu menjelaskan permasalahan yang rumit
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami pembacanya. Dalam
31
Ibid., h. 104.
32
Ibid., h. 110.
menulis suatu berita, wartawan harus sudah memiliki data lengkap yang diperoleh melalui rumus dasar 5 W + 1 H.
Who siapa : nama lengkap dari orang-orang yang terlibat dan akan diberitakan.
What apa: apa yang akan diberitakan, kasus mengenai apa, kejadian seperti apa yang akan diangkat menjadi berita.
When kapan: kapan hari dan waktu terjadinya peristiwa yang akan diberitakan.
Where dimana: dimana lokasi terjadinya suatu peristiwa yang akan diberitakan.
Why mengapa: sebelum menuangkannya dalam sebuah tulisan, wartawan harus memahami jalan cerita terjadinya suatu peristiwa,
mengapa bisa terjadi dan bagaimana pemecahannya. How bagaimana: Wartawan harus mampu menggali banyak informasi
dari suatu kejadian yang akan diberitakan, bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi dan akibatnya.
Objektivitas Pemberitaan
Sesuatu dinilai objektif apabila ada fakta yang diungkapkan seseorang, apakah orang tersebut melihatnya secara langsung atau fakta
yang didapatnya dari membaca media. Fakta mempunyai dua arti, yaitu:
33
33
Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, h. 76.
1. Fakta ada; keberadaannya berdasar pada apa yang bisa diindera oleh
manusia secara langsung. Ketika terjadi kecelakaan di jalan tol dan seseorang menginderanya melihat, mendengar langsung terjadinya
kecelakaan tersebut, maka sah dikatakan bahwa itu merupakan fakta. 2.
Fakta yang dikonstruksi oleh pikiran seseorang yang dikemukakan pada orang lain. Seseorang yang melihat sebuah kecelakaan di tol,
kemudian menceritakannya pada orang lain. Hal itu adalah fakta, tetapi fakta yang sudah dikonstruksi oleh pikiran orang yang
menyaksikan kecelakaan tersebut. Di sinilah fakta yang menjadi bahan objektivitas seringkali menjadi bias.
Mengungkapkan fakta tidak bisa bebas dari nilai-nilai yang dianut si pengungkap berita. Bahkan, suatu fakta “ada” setelah mendapat
penilaian dari si pengungkap Mursito, 2003.
34
Fakta berdasarkan indera adalah realitas pertama, sedangkan fakta dari berdasarkan penilaian
seseorang adalah realitas kedua karena merupakan hasil konstruksi dalam pikiran orang tersebut.
Fakta-fakta tersebut kemudian tidak hanya dikonstruksi oleh manusia, tetapi oleh sebuah lembaga atau institusi. Fakta yang dikatakan
oleh hukum bisa jadi berbeda dengan fakta yang diungkap pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, rakyat biasa, dan media massa. Objektivitas
antar lembaga tersebut berbeda satu sama lain tergantung nilai-nilai yang dianut.
34
Ibid., h. 77.
Mursito menjelaskan, realitas pada media massa dibangun berdasarkan syarat-syarat dan aturan tertentu. Dengan kata lain, media
massa memiliki batasan, antara lain: news value nilai berita, format penulisan, etika, dan undang-undang.
35
Seorang jurnalis dalam melihat suatu kejadian kemudian memberitakannya merupakan fakta yang sudah dikonstruksi berdasarkan
nilai yang dianut jurnalis tersebut dan media tempat ia bekerja. Dapat dikatakan bahwa objektivitas dalam media massa adalah subjektif karena
sudah dipengaruhi berbagai hal. Artinya, terdapat fakta tetapi telah dicampur dengan konstruksi pikiran jurnalis dan media.
35
Ibid., h. 78.
36