24 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
bahan pembantu lain : Aquadest, etil asetat, n-heksan, methanol,etanol p.a dan TBS Tris Buffer Saline.
3.3 Prosedur penelitian 3.3.1 Modifikasi Senyawa EPMS
a. Hidrolisis etil p-metoksisinamat
Sebanyak 1,5 gram NaOH 0,0375 mol dilarutkan dengan etanol pro analisis dalam gelas kimia dengan pengadukan menggunakan
magnetik stirer. Kemudian ditambahkan senyawa EPMS sebanyak 5 gram 0,024 mol ke dalamnya dan suhu dijaga pada 60
C dan reaksi berlangsung selama 3 jam. Pengecekan reaksi dilakukan menggunakan
KLT. Hasil reaksi di filtrasi, filtrat yang di dapat ditambahkan HCl 15 hingga mencapai pH 4 dan menghasilkan serbuk berwarna putih. Residu
berupa senyawa hasil hidrolisis kemudian di keringkan Mufidah,2014 yang dimodifikasi. Hasil reaksi di monitor dengan KLT
b. Nitrasi Hasil hidrolisis
Sebanyak 2,5 gram APMS 0,014 ditambahkan kedalam 10 mL asam nitrat 65 0,22 mol dalam suhu -15
C dengan cara mereaksikannya didalam gelas kimia yang berisi es. Kemudian di iradiasi
menggunakan microwave pada 450 W selama 2 menit. Setelah iradiasi, campuran reaksi di tuangkan kedalam akuades dingin kemudian di filtrasi,
maka akan di dapatkan padatan berwarna kuning Bose et al, 2006.
c. Esterifikasi Senyawa Hasil Nitrasi
500 mg senyawa hasil nitrasi dilarutkan kedalam etanol sebanyak 50 mL di dalam erlenmeyer tertutup menggunakan magnetik stirer dan
dipanaskan sampai senyawa larut didalamnya. Tambahkan asam sulfat pekat 0,2 mL, 4 mmol. Campuran reaksi kemudian diletakkan dalam
waterbath yaitu gelas kimia yang berisi air lalu diiradiasi dalam microwave oven biasa dengan kekuatan 300 W selama 30 menit. Hasil
reaksi di filtrasi menggunakan etil asetat dan akuades. Didapatkan padatan berwarna cokelat Guang Li, 2009.
25 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3.3.2 Pemisahan dengan Kromatografi Kolom Fraksinasi
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kromatografi kolom yang mengacu pada metode yang digunakan oleh
Waters 1985. Silika gel 60 digunakan sebagai fase diam. Sedangkan fase gerak yang digunakan menggunakan sistem fase gerak dengan polaritas
bertingkat. Masing-masing fraksi yang telah dipisahkan, dimonitor profilnya melalui KLT menggunakan KLT Silica gel 60 F254 E-merck
dengan fasa diam silika gel dan fase gerak n-heksan : etil asetat 4:1 Hidajati.,2008.
3.3.3 Identifikasi Senyawa a. Identifikasi Organoleptis
Senyawa yang didapat baik senyawa murni etil p- metoksisinamat maupun hasil modifikasi, kemudian diidentifikasi
warna, bentuk, dan juga bau yang dihasilkan.
b. Pengukuran titik leleh
Senyawa yang didapat dari hasil modifikasi kemudian diidentifikasi titik lelehnya menggunakan alat melting point dengan merk “melting
point SMP 10 ”.
c. Identifikasi senyawa menggunakan FTIR
Sedikit sampel padat kira-kira 1-2 mg, kemudian ditambahkan bubuk KBr murni kira-kira 200 mg dan diaduk hingga rata. Kemudian
sampel pelet KBr yang terbentuk diambil dan kemudian ditempatkan dalam tempat sampel pada alat spektrofotometri inframerah untuk
dianalisis hidayati,2012.
d. Identifikasi senyawa menggunakan GCMS
Kolom yang digunakan adalah HP-5MS 30 m x 0,25 mm ID x 0,25 µm; suhu awal 70
C selama 2 menit, dinaikkan ke suhu 285 C
dengan kecepatan 20 Cmin selama 20 menit. Suhu MSD 285
C. Kecepatan aliran 1,2 mLmin dengan split 1:100. Parameter scanning
dilakukan dari massa paling rendah yakni 35 sampai paling tinggi 550 Umar et al, 2012.
26 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
e. Identifikasi Senyawa menggunakan H-NMR dan C-NMR