8 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
nitrogen membentuk nitramin dan bila menyerang oksigen membentuk nitrat ester. Pada proses masuknnya gugus -NO
2
kedalam senyawa dapat terjadi dengan menggantikan kedudukan beberapa atom atau gugus yang
ada dalam senyawa. Umumnya nitrasi yang banyak dijumpai adalah nitrasi -NO
2
menggantikasi ataom H Yulianto, 2010. Nitrating agent adalah reaktan elektrofilik, dimana reaksi akan terjadi
pada atom karbon dari cincin aromatik yang mempunyai kepadatan elektron terbesar. Gugus -NO
2
yang masuk dapat membentuk posisi ortho, meta, dan para. Jumlah isomer pada produk tergantung pada substituen ini.
Substituen meta menyebabkan kepadatan elektron lebih besar dibandingkan substituen ortho dan para, sehingga yield produk nitrasi akan didominasi
isomer meta Yulianto, 2010. Mekanisme nitrasi aromatik yang mengikuti prinsip substitusi
elektrofilik dengan berbagai step sehingga menghasilkan suatu senyawa nitro aromatik dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.7 Mekanisme Nitrasi Aromatik
2.4 Esterifikasi
Ester asam karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugus
–COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan mereaksikan asam karboksilat dengan alkohol.
9 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Reaksi inilah yang disebut dengan reaksi esterifikasi. Esterifikasi menggunakan katalis asam dan merupakan reaksi yang reversibel.
Gambar 2.8 reaksi umum esterifikasi
Laju esterifikasi asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya.
Reaksi esterifikasi bersifat reversible. Untuk memperoleh rendemen yang tinggi dari reaksi esterifikasi, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi
ester. Satu tehnik untuk mencapai ini adalah menggunakan salah satu zat pereaksi secara berlebihan Fessenden, 1986.
2.5 Perkembangan NO-AINS
Salah satu pengembangan yang sangat menjanjikan dalam modifikasi struktur AINS dewasa ini adalah dengan penambahan gugus
donor NO yang memiliki tujuan untuk mempertahankan aliran darah
mukosa lambung dan mencegah kepatuhan leukosit pada endotel vaskular
10 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sirkulasi splanknikus salah satu peristiwa paling awal setelah pemberian AINS sehingga dapat melawan efek merugikan dari COX-1 dan cedera
mukosa tidak terjadi Halen et al., 2009. Perbandingan antara aspirin dan 3-nitroxymethyl phenyl 2-
acetoxybenzoate NCX-4016 secara kuantitatif basis mol menunjukkan bahwa NCX-4016 menunjukkan potensi antiinflamasi yang lebih besar Al-
swayeh, 2000. Dan efek pelepasan NO pada NCX-4016 tidak mengiritasi atau
menimbulkan tukak peptik Takeuchi, 1998. Selain pada aspirin, modifikasi struktur senyawa antiinflamasi dengan penambahan NO juga
dilakukan pada naproxen, ibuprofen, flurbiprofen, dan ketoprofen Halen et al., 2009.
2.6 Identifikasi 2.6.1 Kromatografi
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi deferensial dinamis dalam sistem
yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu di antaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat
itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul
atau kerapatan muatan ion. Deangan demikian, masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik
Departemen Kesehatan, 1995. Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut
terdistribusi diantara dua fase, satu diantaranya diam fase diam, yang lainnya bergerak fase gerak. Fase gerak membawa zat
terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut
dibawa melewati media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak
sebagai zat penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang
11 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
diaktifkan, silika gel, dan resin penukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan
fase gerak. Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cairan pada suatu penyangga yang inert berfungsi sebagai fase diam Departemen
Kesehatan,1995. Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis
kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam penetapan kadar dan pengujian Farmakope Indonesia adalah Kromatografi Kolom,
Kromatografi Gas, Kromatografi Kertas, Kromatografi Lapis Tipis, dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Kromatografi kertas dan