26 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
e. Identifikasi Senyawa menggunakan H-NMR dan C-NMR
Sedikit sampel padat kira-kira 10 mg, kemudian dilarutkan dalam pelarut kloroform bebas proton untuk NMR, setelah dilarutkan
kemudian dimasukkan kedalam tabung khusus NMR untuk dianalisis.
3.3.4 Preparasi a Pembuatan Reagen untuk Uji Antiinflamasi
1. Larutan TBS Tris Buffer Saline pH 6,3 Sebanyak 1,21 g Tris base dan 8,7 g NaCl dilarutkan dalam
1000 mL akuades. Kemudian pH di adjust sampai sampai 6,3 menggunakan asam asetat glasial Mohan, 2003.
2. Penyiapan variant konsentrasi Na Diklofenak sebagai kontrol positif. Pembuatan larutan induk sebesar 10.000 ppm
Na diklofenak dengan pelarut metanol. Kemudian dilakukan pengenceran menjadi
1000, 100, 10, dan 1 ppm. 3. Penyiapan variant konsentrasi senyawa hasil modifikasi sampel
Pembuatan larutan induk sebesar 10.000 ppm baik senyawa hasil modifikasi dengan pelarut metanol. Kemudian dilakukan
pengenceran menjadi 1000, 100, 10, dan 1 ppm.. 4. Pembuatan BSA 0,2 wv
Sebanyak 0,2 gr BSA dilarutkan dalam TBS 100 ml Williams et
al.,2008.
3.3.5 Uji In vitro Antiinflamasi Williams, et al.,2008
Pengujian aktivitas senyawa hasil modifikasi terhadap denaturasi BSA:
a. Pembuatan larutan uji
Larutan uji 5 mL terdiri dari larutan 50 µL larutan sampel yang kemudian di tambah dengan BSA hingga volume 5 mL sehingga
didapatkan variant konsentrasi menjadi 100; 10; 1; 0,1 dan 0,01 ppm.
b. Pembuatan Larutan Kontrol Negatif
Larutan kontrol negatif 1 5 mL terdiri dari 50 µL metanol yang kemudian di tambah dengan BSA hingga volume 5 mL.
27 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
c. Pembuatan Larutan Kontrol Positif
Larutan kontrol positif 5 mL terdiri dari 50 µL larutan natrium diklofenak yang kemudian ditambah dengan BSA hingga volume
mencapai 5 mL sehingga didapatkan variant konsentrasi menjadi 100; 10; 1; 0,1 dan 0,01 ppm.
Setiap larutan diatas dipanaskan selama 5 menit pada suhu 72 – 73
C. Lalu didiamkan selama 25 menit pada suhu ruang dan diukur turbiditasnya dengan
spektrofotometri Uv-Vis HITACHI pada panjang gelombang 660 nm.
Persentase inhibisi dari denaturasi atau presipitasi BSA dikalkulasikan dengan rumus berikut :
inhibisi =
Beberapa AINS seperti indometasin, ibufenak, asam flufenamik dan asam salisilat memiliki kemampuan dalam mencegah denaturasi BSA yang dipanaskan
pada pH patologis yakni 6,2-6,5. Pada uji BSA, jika senyawa sampel menghambat denaturasi dengan persen inhibisi 20 maka dianggap memiliki aktivitas
antiinflamasi dan layak untuk dikembangkan lebih lanjut Williams et al., 2008.
28 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan modifikasi senyawa etil para-metoksisinamat yang diisolasi dari tanaman kencur melalui proses nitrasi gugus fungsi reaktif
yang dimiliki yaitu gugus aromatis, olefin dan ester. Tujuan modifikasi dilakukan adalah untuk melihat pengaruh penambahan suatu gugus nitro pada senyawa etil
para metoksisinamat terhadap aktivitas antiinflamasinya. Uji antiinflamasi dilakukan secara invitro dengan menggunakan Bovine Serum Albumin BSA
dengan prinsip inhibisi denaturasi protein.
4.1 Modifikasi Struktur etil p-metoksisinamat
Gugus fungsi NO dalam struktur senyawa antiinflamasi telah diketahui berperan dalam mempertahankan aliran darah mukosa lambung
dan mencegah kepatuhan leukosit pada endotel vaskular sirkulasi splanknikus salah satu peristiwa paling awal setelah pemberian AINS
sehingga dapat melawan efek merugikan dari COX-1 dan cedera mukosa tidak terjadi Halen et al, 2009. Menurut Umar et al 2012 etil p-
metoksisinamat EPMS memiliki aktivitas anagesik antiinflamasi dengan mekanisme kerja secara non selektif menghambat COX-12. Berdasarkan
hal tersebut, dalam rangka meningkatkan aktivitas antiinflamasi dari EPMS, maka dipandang perlu untuk ditambahkan gugus NO pada posisi aromatis
dari senyawa EPMS sebagai upaya untuk meningkatkan efikasi aktivitas antiinflamasi EPMS
Pada percobaan pendahuluan, reaksi nitrasi langsung pada EPMS dapat menghasilkan beberapa senyawa EPMS yang ternitrasi yang memiliki
kepolaran yang sama sehingga pada proses pemisahan senyawa tersebut menjadi sulit untuk dilakukan. Untuk itu, perlu dilakukan alternatif metoda
yaitu merubah EPMS menjadi bentuk asam p-metoksisinamat APMS, yang selanjutnya APMS dinitrasi dengan mereaksikan dengan HNO
3
. Hasil nitrasi selanjutnya diubah lagi menjadi bentuk esternya melalui proses
esterifikasi dengan etanol.