11 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
diaktifkan, silika gel, dan resin penukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan
fase gerak. Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cairan pada suatu penyangga yang inert berfungsi sebagai fase diam Departemen
Kesehatan,1995. Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis
kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam penetapan kadar dan pengujian Farmakope Indonesia adalah Kromatografi Kolom,
Kromatografi Gas, Kromatografi Kertas, Kromatografi Lapis Tipis, dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis umumnya lebih bermanfaat untuk tujuan identifikasi, karena mudah dan sederhana. Kromatografi kolom
memberikan pilihan fase diam yang lebih luas dan berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa secara kuantitatif dari suatu
campuran Departemen Kesehatan,1995.
a. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis
tipis adalah
metode pemisahan
fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir fase diam, ditempatkan pada penyangga berupa pelat
gelas, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan ditotolkan berupa bercak atau pita awal. Setelah pelat atau
lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok fase gerak, pemisahan terjadi selama
perambatan kapiler pengembangan. Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan dideteksi Stahl Egon dalam
Khoirunni’mah, 2013. Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi
lapis tipis adalah yang paling banyak digunakan untuk analisis obat dilaboratorium farmasi. Metode ini hanya memerlukan investasi
kecil untuk perlengkapan dan menggunakan waktu yang singkat untuk menyelesaikan analisis 15-60 menit, memerlukan jumlah
12 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
cuplikan yang sangat sedikit kira-kira 0,1 g. Selain itu, hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak mungkin terjadi,
kebutuhan ruangan minimum, dan penanganannya sederhana Stahl Egon dalam
Khoirunni’mah, 2013. Totolkan Larutan uji dan Larutan baku, menurut cara yang
tertera pada masing-masing monografi dengan jarak antara lebih kurang 1,5 cm dan lebih kurang 2 cm dari tepi bawah lempeng, dan
biarkan mengering tepi bawah lempeng adalah bagian lempeng yang pertama kali dilalui oleh alat membuat lapisan pada waktu
melapiskan zat penjerap. Ketika bekerja dengan lempeng, gangguan fisik harus terhindarkan dari zat penjerap Departemen kesehatan,
1995.
Gambar 2.9 Skema kromatografi Lapis Tipis
Beri tanda pada jarak 10 cm hingga 15 cm diatas titik penotolan. Tempatkan lempeng pada rak penyangga, hingga tempat
penotolan terletak di sebelah bawah, dan masukkan rak ke dalam bejana kromatografi. Pelarut dalam bejana harus mencapai tepi
bawah lapisan penjerap, tetapi titik penotolan jangan sampai terendam. Letakkan tutup bejana pada tempatnya, dan biarkan sistem
hingga pelarut merambat 10 cm hingga 15 cm di atas titik penotolan, umumnya diperlukan waktu lebih kurang 15 menit hingga 1 jam.
Keluarkan lempeng dari bejana ,buat tanda batas rambat pelarut, keringkan lempeng di udara,dan amati bercak mula-mula dengan
13 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
cahaya ultraviolet gelombang pendek 254nm dan kemudian dengan cahaya ultraviolet gelombang panjang 366 nm. Ukur dan catat
jarak tiap bercak dari titik penotolan serta catat panjang gelombang untuk tiap bercak yang diamati. Tentukan harga Rf untuk bercak
utama. Jika diperlukan, semprot bercak dengan pereaksi yang ditentukan, amati dan bandingkan kromatogram zat uji dengan
kromatogram baku pembanding Departemen kesehatan, 1995.
b. Kromatografi Kolom