37 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4.2.3 Esterifikasi Senyawa hasil Nitrasi
Senyawa hasil esterifikasi hasil nitrasi memiliki karakteristik sebagai berikut :
Warna : kuning
Bau : tidak ada bau
Bentuk : kristal
Pengukuran titik leleh dilakukan dengan menggunakan melting point “smp 10”, sehingga didapatkan rentang titik leleh 101-105
C. Penafsiran spektrum IR senyawa esterifikasi hasil nitrasi dari hasil
bilangan gelombang absorbansi gugus fungsi yang spesifik ditunjukkan pada Tabel 4.1. Lampiran 7. Ditemukan pita serapan pada bilangan
gelombang v 3065,02 – 3031,26 cm
-1
adalah serapan yang spesifik vibrasi ulur ikatan antar atom C-H aromatik. Keberadaan aromatik ini juga
ditunjukkan dengan adanya ikatan antar atom C=C pada bilangan gelombang v 1602,91 cm
-1
. Aromatik disubstitusi para dapat ditunjukkan dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang v 825,57 cm
-1
. Pada bilangan gelombang 2974,36
– 2882,74 cm
-1
menunjukkan adanya ikatan atom antar C-H alifatik. C-O yang berikatan dengan gugus aromatik
ditunjukkan dengan bilangan gelombang 1261,50 – 1220,03 cm
-1
. Pita serapan pada bilangan gelombang v 1690,68
– 1679,11 cm
-1
merupakan serapan spesifik vibrasi ulur dari gugus C=O karbonil, dan serapan vibrasi
C-O pada pita serapan v 1334,80 – 1316,47 cm
-1
, serapan dari kedua gugus tadi menunjukkan terdapatnya ester. Dan diperkuat dengan munculnya pita
serapan pada bilangan gelombang v 2300-2000 cm
-1
. Lalu terdapatnya gugus nitro pada posisi aromatik dapat ditunjukkan dengan adanya pita
serapan pada bilangan gelombang v 1570 – 1300 cm
-1
lihat lampiran 7.
38 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tabel 4.1 Daftar daerah spektrum IR senyawa esterifikasi hasil nitrasi
Ikatan Daerah Absorbansi v, cm
-1
C=O
1690,68 – 1679,11
C-O
1334,80 -1316,47
C-H aril
3065,02 – 3031,26
C=C aril 1640,53
– 1604,84 C-H alifatik
2974,36 – 2882,74
C-O aril
1261,50 – 1220,03
Ester COOR 2300-2000
Aromatik posisi para
825,57
Nitro aromatik 1570
– 1300
Hal ini menunjukkan bahwa reaksi esterifikasi ini telah berhasil dilakukan dimana ditunjukkan dengan munculnya gugus nitro aromatik
pada spektrum IR. Analisa selanjutnya dilakukan dengan menggunakan GCMS.
Interpretasi GCMS menunjukkan bahwa senyawa ini muncul pada waktu retensi 11,960 yang memiliki berat molekul 251 dengan fragmentasi massa
pada 251; 206; 178; 161; 134; 103; dan 77 Lihat Lampiran 8. Adapun fragmentasi senyawa ini adalah sebagai berikut.
39 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Data analisa spektrum IR dan interpretasi GCMS dikonfirmasi kembali dengan menggunakan analisa yang terakhir yaitu H-NMR dan C-
NMR. Interpretasi analisa NMR berupa nilai pergeseran kimia δ dalam satuan ppm Pavia et al., 2008. Untuk hasil analisa senyawa esterifikasi
dengan H-NMR dan C-NMR Lampiran 9 ditunjukkan pada tabel 4.2 dengan panduan gambar 4.11.
Gambar 4.11 senyawa Etil p-metoksisinamat
Tabel 4.2 Data Pergeseran kimia δ Spektrum
1
H NMR dan
13
C NMR senyawa EPMS dan senyawa hasil esterifikasi CDCl
3,
500 MHz
No Pergeseran Kimia δ,ppm
Senyawa Esterifikasi Posisi
Etil p-metoksisinamat
13
C NMR
1
H NMR
13
C NMR Hasali, 2013
1
H NMR Mufidah, 2014
15 14,453
1,32 t, 3H, J=7,15 15
14,60 1,33 t, 3H, J=7.15
11 56,928
3,98 s, 3H 11
55,89 3,82 s, 3H
14 60,886
4,25 q, 2H, J=7,15 14
60,77 4,25 q, 2H, J=7.15
6 114,053
7,99 d, 1H, J=1,95
68 114,77
7,47 d, 2H, J=8,45 8
114,053
7,67 d,d, 1H, J=9,1; 1,95
2 119,146
6,37 d, 1H, J=15,55 2
116,28 6,31 d, 1H, J=15,6
9 125,089
7,11 d, 1H, J=9,1
4 127,65
- 4
127,387 -
59 130,19
6,90 d, 2H, J=9,05 5
133,616 -
3 141,666
7,59 d, 1H, J=15,6 3
144,13 7,65 d, 1H, J=16,25
7 154,142
- 7
161,29 -
1 166,618
- 1
167,55 -
40 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Interpretasi NMR pada penelitian ini di bandingkan dengan hasil interpretasi NMR pada senyawa etil p-metoksisinamat pada penelitian Mufidah 2014 dan
Hasali 2013. Spektrum H
1
NMR memberikan sinyal pada pergeseran kimia 1,32 ppm 3H berbentuk triplet dan juga muncul pada 4,25 ppm 2H berbentuk
quartet. Pada sinyal ini, terbentuk lebih downfield hal ini dikarenakan adanya ikatan dengan oksigen. Spektrum H
1
NMR memberikan sinyal pada pergeseran kimia 3,98 ppm 3H dan muncul dengan bentuk singlet. Sinyal ini lebih ke arah
downfield karena berikatan dengan oksigen -OCH
3
, metoksi. Pergeseran kimia 6,37 ppm 1H berbentuk doublet memiliki hubungan dengan puncak pada
pergeseran kimia 7,59 ppm 1H yang berbentuk doublet, dengan rentang nilai konstanta kopling yang sama yaitu 15,6 Hz. Bentuk dari sinyal ini adalah olefin
dengan proton berkonfigurasi trans. Kemudian pada pergeseran kimia 7,11 ppm 1H, 7,67 ppm 1H dan 7,99 ppm 1H merupakan proton-proton dari benzen
yang tersubstitusi. Pola sinyal pada pergeseran kimia 7,67 ppm menunjukkan bahwa 1 proton terkopling secara ortho dengan 1 proton pada sinyal 7,11 ppm
dengan nilai konstanta kopling yaitu 9,1 Hz. Dan terkopling secara metha dengan 1 proton pada sinyal 7,99 ppm dengan nilai konstanta kopling yaitu 1,95 ppm.
Dari data interpretasi IR, GCMS, dan H
1
NMR dan
13
C NMR, senyawa hasil esterfifikasi hasil nitrasi asam p-metoksisinamat adalah Etil 4-metoksi 6-Nitro
sinamat.
Gambar 4.12 senyawa etil 4-metoksi 6-nitro sinamat
41 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4.3 Pengujian Aktivitas Antiinflamasi dan Hubungan Struktur Aktivitas