Profil Subjek Penelitian GAMBARAN UMUM SEKOLAH PGRI 1 CIPUTAT TANGSEL

penelitian ML, D, JD, sebagian mengaku dalam wawancaranya dengan peneliti bahwa mereka dalam kehidupan sosialnya di lingkungan sekitar mereka tidak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, walaupun di sekolah mereka sering menerima perilaku kekerasan dari seniornya. Dalam hal sosial dengan lingkungan sekitarnya, baik itu di sekolah maupun di rumah sebab mereka tidak terlalu mengucilkan diri dari lingkungan sekitarnya. Mereka tetap bermain dengan teman-teman sebayanya dan bersosialisasi dengan orang sekitar lingkungannya serta jika ada kegiatan di lingkungan mereka tetap mengikuti dan berpartisipasi. Seperti yang diungkapkan oleh informan D: ³PDQJVLKNDNVD\DVXNDGLSDODNLQPDXJLPDQDWDSLLWXJDQJHEXDWVD\DWDNXWXQWXN bersosialisasi sama temen-WHPHQVD\D\DQJODLQ´ 53 2. Profil Keluarga Selain siswa, keluarga dari siswa yang menjadi subjek penelitian ini juga menjadi informan dalam penelitian ini. Keluarga yang dipilih adalah para orang tua yang anaknya menjadi pelaku kekerasan atau yang menjadi korban kekerasan berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, orang tua yang diwawancarai sebanyak 6 orang karena 2 orang tua siswa yang masih lengkap orang tuanya namun salah satu dari orang tua mereka yang sibuk bekerja, 1 orang tua yang single parent karena salah satu orang tuanya sudah meninggal, 1 orang tua siswa yang suaminya sudah meninggal namun sudah menikah lagi, 1 orang tua siswa yang single parent karena bercerai, 1 orang tua siswa yang menjadi korban pemalakan. Dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: 53 Wawancara pribadi dengan informan D, Ciputat pada tanggal 4 November 2011 Tabel 5: Profil Keluarga Subjek Penelitian No Informan Orang Tua Informan Jumlah Anak Pendidikan Terakhir Jenis Kelamin 1 F AS 3 S1 Laki-laki 2 E CS 3 D3 Perempuan 3 MS R 1 SMA Perempuan 4 TA SR 2 S1 Perempuan 5 ML N 3 D3 Perempuan 6 AR A 2 SMA Perempuan Sumber : hasil wawancara dengan informan Keluarga yang menjadi informan memiliki latar belakang ekonomi yang berbeda-beda, berikut ini adalah kondisi ekonomi keluarga subjek penelitian. Tabel 6 Latar Belakang Ekonomi Keluarga No Nama Tingkat Ekonomi 1 AS Menengah Ke atas 2 CS Menengah ke atas 3 R Menengah Ke bawah 4 SR Menengah Ke atas 5 N Menengah 6 A Menengah Sumber: Hasil wawancara dengan keluarga informan Klasifikasi tingkat pendapatan di atas di peroleh dengan menggunakan skala pendapatan melalui sebelumnya penulis melakukan wawancara terlebih dahulu terhadap orang tua siswa, klasifikasi tingkat pendapatan sebagai berikut: a. Kurang dari Rp 500.000 Bawah b. Rp.500.000 sampai Rp.1000.000Menengah Kebawah c. Rp 1000.000 sampai Rp 3000.000Menengah d. Lebih dari Rp 3000.000Menengah Keatas Informan AS termasuk kategori menengah ke atas karena penghasilannya sekitar 4 juta sebagai hasil bekerja di suatu perusahaan swasta yang bergerak pada bidang kontraktor. Sementara itu istrinya sebagai ibu rumah tangga. Informan CS merupakan ibu rumah tangga, tetapi dia termasuk kategori menengah ke atas karena profesi suaminya sebagai dokter yang membuka praktek mampu memberikan penghasilan bagi keluarganya. Penghasilan suaminya Ibu CS sebulannya menerima gaji sekitar diatas 3 juta. Informan R merupakan ibu rumah tangga tetapi dia termasuk kategori kelas menengah ke bawah. Walaupun sebagai Ibu rumah tangga yang single parent karena suaminya telah meninggal penghasilan yang didapatkannya merupakan hasil dari santunan dari orang lain. Perbulannya Ibu R mendapatkan uang sebesar 1Juta. Informan SR merupakan seorang pedagang yang memiliki toko di Tanah Abang. Dari penghasilan tokonya, Ibu Informan SR sebulannya mendapat 3-4 Juta tergantung sepi atau ramainya pembeli. Dilihat dari penghasilannya, oleh karena itu, SR merupakan kategori keluarga menengah ke atas. Informan N berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta, tetapi dia termasuk kategori kelas menengah. Dari pekerjaan ini, Ibu N mendapatkan penghasilan sebesar 2 juta belum di tambah dari penghasilan suaminya sebagai wirausaha. Informan A merupakan ibu rumah tangga, tetapi dia termasuk kategori kelas menengah. Penghasilan yang didapatkan A adalah hasil dari suami yang bekerja sebagai kontraktor. Dari penghasilan ini, ibu A mendapatkan penghasilan 3 Juta dengan 2 orang anak.

BAB IV SENIORITAS DAN PERILAKU KEKERASAN DI KALANGAN SISWA

A. Penyebab Kekerasan Yang Dilakukan oleh Siswa Senior Terhadap Siswa Junior

Penelitian ini menemukan bahwa faktor yang menyebabkan siswa senior melakukan aksi kekerasan adalah faktor teman sebaya dan lingkungan sekolah dimana mereka berada, keluarga serta media massa. a. Teman Sebaya Teman sebaya dan lingkungan sekolah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi siswa untuk melakukan tindak kekerasan karena melalui teman sebaya dan lingkungan sosialnya siswa belajar dengan cara meniru lingkungan sekitar mereka. Hal ini sejalan dengan teori belajar sosial yang menyatakan bahwa perilaku seseorang terutama mereka yang pada usia anak-anak dan remaja sangat dipengaruhi oleh proses belajar dengan cara meniru lingkungan sosialnya. Dari hasil pengamatan penulis lakukan ditemukan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya ketika acara MOS berlangsung terjadi aksi kekerasan yang dilakukan oleh panitia senior, karena maraknya terjadi aksi kekerasan yang berlangsung pada saat MOS akhirnya sekolah mengeluarkan kebijakan pada tahun 2008 tentang pelarangan aksi kekerasan apapun yang di lakukan oleh panitia ketika MOS berlangsung. Kebijakan tersebut terkait dengan pasal 54 UU No.23 tahun 2002 tersebut mengenai lingkungan sekolah wajib menjadi zona antikekerasan. Hubungan antara siswa senior dengan siswa junior akan berjalan baik apabila dilakukan dengan sikap positif. Misalnya adalah pada saat MOS berlangsung pihak panitia MOS yang umumnya adalah siswa senior tidak melakukan kekerasan. Maka tidak ada gap antara siswa senior dengan siswa junior. Salah satu contohnya adalah ketika Masa Orientasi Siswa MOS tidak ada aksi kekerasan yang dilakukan oleh siswa senior sebagai panitia. Menurut para informan ketika acara penerimaan siswa baru sekolah menerapkan sistem pada MOS para panitia tidak memperbolehkan adanya aksi kekerasan. Seperti yang diungkapkan oleh E: ³6HNRODK NDQ GDK QJHODUDQJ DGDQ\D DNVL NHNHUDVDQ SDGD VDDW 026 MDGL SDV 026 acaranya perkenalan lingkungan sekolah, ngebimbing anak-anak. Kadang kalo anak- DQDNVXVDKGLELODQJLQEDUXDNXPDUDKLQ´ 54 Dipertegas oleh TA: ³.DOR ODJL 026 ELDVDQ\D NDQ SHUNHQDODQ OLQJNXQJDQ VHNRODK SHUPDLQDQ NDGDQJ mereka juga suka aku kerjain. Aku suruh nyanyi ke depan kelas, kalo ga aq omelin kalo PHUHNDVXVDKGLELOQJLQWDSLFXPDEHFDQGDDMD´ 55 Diperkuat oleh MS: ³3DOLQJQJHUMDLQDGHNHODVEDUXVXUXKQ\DQ\LNHGHSDQNHODVWDSLJDSDNHNHNHUDVDQILVLN NDQGDKJDEROHKGDULSLKDNVHNRODK´ 56 Dari pihak sekolah juga mengeluarkan larangan bahwa pada saat MOS panitia tidak boleh melakukan kekerasan fisik. Pada saat MOS berlangsung pihak sekolah selalu mengawasi pelaksanaan MOS melalui bagian kesiswaan. Diungkapkan oleh Ibu I: ³2KDOKDPGXOOLODKSDGDVDDW026tidak ada tindak kekerasan fisik dari panitia ke siswa peserta MOS. 57 Dipertegas oleh Bapak S: 54 Wawancara pribadi dengan F , Ciputat, 4 November 2011. 55 Wawancara pribadi dengan TA, Ciputat, 4 November 2011. 56 Wawancara pribadi dengan MS, Ciputat, 28 Oktober 2011. 57 Wawancara pribadi dengan Ibu I, Ciputat, 20 Oktober 2011. Apabila panitia MOS memberikan sanksi bagi siswa peserta MOS, seperti disuruh push up maka siswa peserta MOS akan langsung lapor kepada orang tuanya dan orang tuanya akan langsung datang ke sekolah. Panitia MOS juga diawasi oleh pembinanya agar tidak melakukan kekerasan bersifat fisik. Pihak sekolah telah mengeluarkan kebijakan pada tahun 2008 yaitu pelarangan adanya tindak kekerasan pada saat MOS berlangsung. 58 Sayangnya kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah mengenai pelarangan adanya kekerasan pada saat MOS berlangsung tidak terealisasikan dengan baik. Menurut para siswa kekerasan senior tidak terjadi pada saat MOS berlangsung, namun terjadi setelah MOS yaitu ketika proses belajar mengajar berlangsung. Menurut pengakuan dari pelaku aksi kekerasan terjadi kekerasan yang dilakukan oleh siswa senior entah pada saat istirahat, pulang sekolah ketika siswa-siswa suka nongkrong sebelum mereka pulang kerumah. Kekerasan yang dilakukan siswa senior ke siswa junior melalui aksi pemalakan, tawuran yang direalisasikan melalui bentakan, cacian yang merupakan sebuah tradisi dan sangat sulit untuk dihilangkan yang dilakukan oleh pelaku kekerasan. Diungkapkan oleh FF: ³DQJ saya liat sih bentakan, cacian mang dah tradisi di sekolah ini dan susah banget buat menghilangkannya. 59 Dipertegas oleh S: ³HQWDNDQFDFLDQPDQJGDKWXUXQPHQXUXQGDULDOXPQL´ 60 Diperkuat oleh E: ³HQWDNDQFDFLDQPDQJGDKWUDGLVLQ\DND\DJLWXGLVHNRODKLQL´ 61 58 Wawancara pribadi dengan Bapak S, Ciputat, 20 Oktober 2011. 59 Wawancara pribadi dengan FF , Ciputat, 28 Oktober 2011. 60 Wawancara pribadi dengan S, Ciputat, 28 Oktober 2011.