Perilaku Seks Bebas Dikalangan Mahasiswa ( Studi Kasus Terhadap Mahasiswa Di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang).

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

PERILAKU SEKS BEBAS DIKALANGAN MAHASISWA

(Studi Kasus Terhadap Mahasiswa di Kecamatan Medan Baru dan

Kecamatan Medan Selayang, Medan)

SKRIPSI

Diajukan Oleh: Mita Ranita Ritonga

060901004

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Medan

2011


(2)

UNIVERISITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Mita Ranita Ritonga NIM : 060901004

Judul : Perilaku Seks Bebas Dikalangan Mahasiswa

( Studi Kasus Terhadap Mahasiswa Di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang).

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Dra Lina Sudarwati, M.si) (Dra. Lina Sudarwati, M.si) NIP. 196212031989032001 NIP.196212031989032001

Dekan

(Prof. Dr. Badaruddin, M.si) NIP.196805251992031002


(3)

Abstrak

Perilaku seks bebas merupkan hubungan seksual atau sexual intercourse antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan tanpa adanya pernikahan yang sah. Sek bebas merupakan sebuah aib dan masalah besar karena merupakan perilaku menyimpang dan bertentangan dengan aturan normatif maupun harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Namun perilaku tersebut cenderung disukai oleh sebagian anak-anak muda khususnya dalam penelitian ini adalah mahasiswa di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang. Padahal mahasiswa tersebut merupakan generasi intelektual yang seharusnya berperilaku sesuai dengan norma dan

nilai-nilai yang baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong mahasiswa melakukan perilaku seks bebas dan bagaimana akibatnya terhadap pelaku seks bebas tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Tehnik pengumpulan data dilakukan memakai teknik wawancara mendalam (dept interview), observasi dan studi kepustakaan. Dalam proses pengumpulan datanya dilakukan dengan snowboll sampling yakni tekik pengumpulan data dimana informan awal dipilih berdasarkan kriteria penelitian, kemudian mereka diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan-rekan lainnya sehingga diperoleh informan tambahan. Penelitian ini dilakukan terhadap 10 orang informan. Adapun informan tersebut 6 berasal dari mahasiswa dan 2 orang dari masyarakat di kecamatan Medan Baru dan 2 orang dari kecamatan Medan Selayang.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terjadi pergeseran nilai keperawanan (virginitas) bagi kalangan pelaku seks bebas, kurang pentingnya penghargaan keperawanan bagi pelaku terhadap nilai keperawanan (virginitas), pelaku seks bebas menjadi manusia yang permisif terhadap perilaku seks, makna hubungan pacaran pelaku seks lebih mengarah ke orientasi seks bukan kearah pengenalan, perilaku seks bebas tersebut mempengaruhi nilai sebagian pelaku seks jika dilihat dari Indeks Prestasi kumulatif (IPK) mereka yang dibawah 3,00.

Kecenderungan diatas dipicu oleh dorongan nafsu seks, kekurangtaatan terhadap ajaran agama, tekanan dari pasangan, terpengaruh teman, lemahnya kontrol sosial baik teman satu kost, pemilik kost maupun masyarakat sekitar dimana teman pelaku, pemilik kost serta masyarakat sekitar bersikap permisif terhadap perilaku pelaku seks bebas, kebebasan ruang untuk penyaluran hasrat, akses pornografi yang sangat mudah dan orientasi materi juga menjadi salah satu faktor yang mendorong pelaku melakukan seks bebas.


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan rahmat hidayah dan izin ku ucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT karena atas berkat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari saudara pembaca demi perbaikan skripsi ini. Atas bimbingan dan bantuan yang diterima penulis dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini hingga selesai, serta selama perkuliahaan di Universitas Sumatera Utara Medan, maka dengan hati yang tulus saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.si, selaku Ketua Jurusan Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan dan selaku Dosen pembimbing.

4. Bapak Drs Junjungan Simanjuntak M,si sebagai Dosen Wali yang telah memberikan pengarahan bagi penulis selama berkuliah di Departemen Sosiologi.

5. Bapak/ibu dosen serta staf dan Pegawai Universitas Sumatera Utara Medan.


(5)

6. Segenap mahasiswa di kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang untuk kesediaannya memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

7. Segenap masyarakat kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang atas kesediaannya memberikan informasi bagi peneliti dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

8. Ayahanda A. Siregar dan Ibunda R. Dalimunthe yang sangat saya cintai yang telah banyak berkorban demi selesainya studi saya dan menjadi motivasi terbesar untuk saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Abang saya tercinta Bry Gusman Siregar dan adik saya Roy Gafur Siregar yang banyak berkorban baik pikiran maupun tenaga demi selesainya studi saya serta adik-adik saya Muhammad Khalid Siregar, Gustama Putra Siregar dan Tinty Nur Siregar yang selalu memberikan dukungan dan menjadi salah satu motivasi bagi saya.

10.Adik-adik saya Mei Yuliana Siregar, Bujing Rambe, Samawati Munthe Muhammad Gopal Siregar, Sahrul Siregar, Adil Siregar yang terus-terusan nanya “kapan kakak wisuda?” dan menjadi dukungan dan motivasi terbesar bagi saya.

11.Keluarga besar kak Masri Rambe, keluarga besar kak Masita Rambe, Keluarga besar Mak Alda dan Wahid Ritonga yang telah banyak membantu saya haturkan terima kasih sebanyak-banyaknya.


(6)

12.Sahabat-sahabat saya terCinta Rosida Rambe, Rini Handayani Siregar, Tampan Munthe, Dani Ritonga, Nurbeza Ritonga, Irma Suryani Nainggolan, Debora HF Hutagalung, Viana Rovinita Saragih.

13.Adik-adik tercinta 83.A Sri Mulyana dan Dwi Pratiwi Wulandari yang bersedia meminjamkan Laptopnya saya ucapkan terima kasih.

14.Kawan-kawan di Departemen Sosiologi stambuk 2006

15.Kawan seperjuanganku jalan-jalan Lydia Theresia Simanjuntak “kantong tipis yang penting Happy”.

16.Kawan seperjuanganku Rizki Verina Simorangkir SELAMAT KAWAN……….

Medan, Juni 2011 Penulis


(7)

Daftar Isi

Abstrak ... i

... Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 ... Latar Belakang ... 1

1.2 ... Perumusan Masalah ... 5

1.3 ... Tujuan Penelitian ... 6

1.4 ... Manfaat Penelitian... 6

1.5 ... Defenisi Konsep ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Penyimpangan Perilaku Dalam Kajian Sosiologi ... 9

2.2 Gaya Hidup di Perkotaan ... 19

BAB III. METODE PENELITIAN ... 24

3.1 ... Jenis Penelitian ... 24


(8)

3.2 ... Lokasi Penelitian ... 24

3.3 ... Unit Analisis dan Informan Penelitian ... 24

3.4 ... Tehnik Pengumpulan Data ... 26

3.5 ... Interpretasi Data ... 27

3.6 ... Jadwal Kegiatan Penelitian... 27

3.7 ... Keterbatasan Penelitian... 28 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN

INTERPRETASI DATA ... 29

4.1 ... Deskripsi Lokasi penelitian ... 29

4.1.1 Keadaan Geografis kecamatan

Medan Baru ... 29

4.1.2 Keadaan Penduduk kecamatan

Medan Baru ... 29

4.1.3 Keadaan Perekonomian kecamatan


(9)

4.1.4 Keadaan Sosial Budaya kecamatan Medan Baru ... 32

4.1.5 Keadaan Geografis kecamatan

Medan Selayang ... 34

4.1.6 Keadaan Penduduk kecamatan

Medan Selayang ... 36

4.1.7 Keadaan Perekonomian kecamatan

Medan Selayang 37

4.1.8 Keadaan Sosial Budaya kecamatan

Medan Selayang 38

4.2 ... Profil Informan ... 41

...

4.3 Temuan Data Penelitian Terhadap

Perilaku Seks Bebas ... 47

4.3.1 Pandangan Informan Pelaku

Tentang Seks Bebas ... 47

4.3.2 Awal Mahasiswa Melakukan Seks

Bebas ... 53

4.3.3 Tempat Yang Dipergunakan

Untuk Melakukan Seks


(10)

4.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa Melakukan

Sek Bebas ... 58

4.3.5 Akibat Perilaku Seks Bebas Terhadap Informan Pelaku ... 65

4.3.6 Upaya Mencegah Kehamilan ... 71

4.3.7 Sikap Teman Terhadap Pelaku Seks Bebas ... 73

4.3.8 Virginitas Dalam perkawinan ... 75

4.3.9 Sikap Masyarakat Terhadap Pelaku Seks Bebas ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 80

Daftar Tabel Tabel 1 Jumlah Penduduk kecamatan Medan Baru ... 30

Tabel 2 Jumlah Sarana pariwisata kecamatan Medan Baru ... 31

Tabel 3 Jumlah Sarana Rumah Makan kecamatan Medan Baru ... 32


(11)

Tabel 6 Jumlah Penduduk kecamatan Medan Selayang ... 36

Tabel 7 Jumlah Sarana pariwisata kecamatan Medan Selayang ... 37

Tabel 8 Jumlah Sarana Rumah Makan kecamatan Medan Selayang ... 38

Tabel 9 Jumlah Sarana Ibadah kecamatan Medan Selayang ... 39


(12)

Abstrak

Perilaku seks bebas merupkan hubungan seksual atau sexual intercourse antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan tanpa adanya pernikahan yang sah. Sek bebas merupakan sebuah aib dan masalah besar karena merupakan perilaku menyimpang dan bertentangan dengan aturan normatif maupun harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Namun perilaku tersebut cenderung disukai oleh sebagian anak-anak muda khususnya dalam penelitian ini adalah mahasiswa di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang. Padahal mahasiswa tersebut merupakan generasi intelektual yang seharusnya berperilaku sesuai dengan norma dan

nilai-nilai yang baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong mahasiswa melakukan perilaku seks bebas dan bagaimana akibatnya terhadap pelaku seks bebas tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Tehnik pengumpulan data dilakukan memakai teknik wawancara mendalam (dept interview), observasi dan studi kepustakaan. Dalam proses pengumpulan datanya dilakukan dengan snowboll sampling yakni tekik pengumpulan data dimana informan awal dipilih berdasarkan kriteria penelitian, kemudian mereka diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan-rekan lainnya sehingga diperoleh informan tambahan. Penelitian ini dilakukan terhadap 10 orang informan. Adapun informan tersebut 6 berasal dari mahasiswa dan 2 orang dari masyarakat di kecamatan Medan Baru dan 2 orang dari kecamatan Medan Selayang.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terjadi pergeseran nilai keperawanan (virginitas) bagi kalangan pelaku seks bebas, kurang pentingnya penghargaan keperawanan bagi pelaku terhadap nilai keperawanan (virginitas), pelaku seks bebas menjadi manusia yang permisif terhadap perilaku seks, makna hubungan pacaran pelaku seks lebih mengarah ke orientasi seks bukan kearah pengenalan, perilaku seks bebas tersebut mempengaruhi nilai sebagian pelaku seks jika dilihat dari Indeks Prestasi kumulatif (IPK) mereka yang dibawah 3,00.

Kecenderungan diatas dipicu oleh dorongan nafsu seks, kekurangtaatan terhadap ajaran agama, tekanan dari pasangan, terpengaruh teman, lemahnya kontrol sosial baik teman satu kost, pemilik kost maupun masyarakat sekitar dimana teman pelaku, pemilik kost serta masyarakat sekitar bersikap permisif terhadap perilaku pelaku seks bebas, kebebasan ruang untuk penyaluran hasrat, akses pornografi yang sangat mudah dan orientasi materi juga menjadi salah satu faktor yang mendorong pelaku melakukan seks bebas.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi intelektual yang seharusnya mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang baik. Mahasiswa seharusnya lebih mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Secara umum, tuntutan dan harapan masyarakat adalah menginginkan agar mahasiswa menjadi manusia bermoral dan intelek sehingga mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada, juga diharapkan mampu menjadi inovator pembangunan di dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Mahasiswa merupakan generasi yang seharusnya dituntut untuk mengembangkan profesionalisme mereka untuk membangun negara dan menegakkan norma.

Namun kondisi ini ironis dengan status dan lebel tersebut karena berdasarkan kenyataan di lapangan ditemukan perilaku-perilaku menyimpang yang justru dilakukan oleh kalangan mahasiswa sendiri, seperti mabuk-mabukan, penganiayaan, pencurian, membunuh, memeras, menjambret, berkelahi dengan senjata tajam, tawuran, perjudian, penyalahgunaan narkoba serta perilaku seks bebas (http://sugiartoagribisnis.wordpress com).


(14)

Berdasarkan data yang ditemukan di media terdapat beberapa kasus penyimpangan yang dilakukan mahasiswa seperti ditemukan video porno yang pelakunya adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang diberi judul seperti (“ bandung lautan asmara tahun 2001”, “Reality Show Cah Uniska, “Mesum di Kampus” tahun 2009, “Ekseksusi Mahasiswa Budi Luhur tahun 2010” dan lainnya.

(http://www.wikidot.com//html).

Berdasarkan hasil penelitian tahun 2004 oleh perusahaan riset International Synovate atas nama DKT Indonesia terhadap remaja berusia 14-24 tahun sebanyak 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya mengungkapkan bahwa 64% remaja mengaku secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus mengenai seks. 65% informasi tentang seks mereka dapat melalui teman, 35% dari film porno,19% dari sekolah dan 5% dari orang tua (http://www.harianku.com/2008/11/seks-bebas-di-kalangan-remaja.html).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dr. Andik wijaya kepada 202 pelajar dikota Malang Jawa Timur antara lain menyebutkan bahwa 95 % remaja kota Malang pernah terlibat pornografi. Dari hasil penelitian tersebut, 85 responden menyatakan pernah, 110 sering dan sisanya mengaku setiap hari selalu terlibat dalam hal-hal yang berbau pornografi. Responden yang diteliti terdiri atas 52% laki-laki dan 48% perempuan, 8% berusia antara 13-15 tahun, 65,3% berusia 16-18 tahun dan 26,7% berusia diatas 18 tahun. Dalam penelitian ini terungkap hampir 16% responden telah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan 100% dari mereka yang telah bertunangan mengaku telah melakukan hubungan seksual. Semua yang melakukan tadi


(15)

mengaku mendapat gagasan itu dari vcd porno, teman, internet, dan media lainnya (Jaguar, Ngabela, Pornografi Buat Siapa, (http://www.Sobatmuda.multiply.com// tang /bidik;).

Penelitian yang sama dilakukan oleh BKKBN tahun 2008 terhadap mahasiswa yang tinggal di rumah kost, dimana jumlah populasi sebanyak 2000 orang dari 16 perguruan tinggi di Yogyakarta dan diperoleh 1660 responden atau seksitar 83% dari jumlah populasi. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa 97,5 % mahasiswa telah hilang keperawanannya dan 90 % diantaranya pernah melakukan aborsi. Dari penelitian tersebut bisa kita ketahui bahwa terdapat kecenderungan seks bebas dikalangan mahasiswa (http://one.indoskripsi.com/node/647).

Hasil penelitian di atas memungkinkan juga berlaku di kota Medan. Sebab kota Medan sebagai kota pendidikan banyak dijadikan tempat oleh mahasiswa luar daerah untuk melanjutkan studinya. Kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang merupakan salah satu kawasan yang dikenal sebagai daerah pemukiman mahasiswa karena disitu terdapat beberapa kampus seperti Universitas Sumatera Utara, Universitas Darma Agung, Universitas Medan Area, Universitas Santo Thomas dan beberapa akademi lainnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aktivitas malam di kafe-kafe, rumah kontrakan maupun rumah kost tanpa induk semang yang rentan sekali terhadap perilaku seks bebas.

Aktivitas malam kafe-kafe di kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang ini tidak terlepas dari perilaku hedonisme. Kegiatan seks bebas menjadi salah satu bentuk produk kultural manusia yang cukup lama. Dari waktu ke waktu selalu ada kreasi yang dilakukan mulai dari yang terang-terangan hingga yang terselubung lewat aktivitas


(16)

hiburan malam. Kafe remang-remang seolah tak lengkap tanpa kehadiran layanan seks kilat yang tidak berhubungan hiburan. Kafe dijadikan tempat “nongkrong” dan ajang berkumpul sambil minum dan makan bagi kaula muda itu ternoda dengan adanya fasilitas ruang berpenyekat bagai kamar dengan lampu penerangan yang remang-remang sehingga digunakan sebagai ajang berkumpul berubah fungsi menjadi ajang bermesum. Kafe-kafe ini bisa didatangi kalangan mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umum. Selain kafe remang-remang juga terdapat lokasi rekreasi di sekitar kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang ini yang berpotensi bagi pengunjungnya untuk melakukan kegiatan yang melanggar hukum dan norma-norma agama seperti rumah kitik-kitik yakni rumah yang biasanya hanya terbuat dari dinding tepas namun cukup aman dari jangkauan umum untuk melakukan berbagai aktivitas.

Rumah kontrakan atau rumah kost tanpa induk semang begitu rentan terhadap terjadinya perilaku seks bebas. Namun rumah kontrakan atau rumah kost tanpa induk semang lebih banyak dijadikan pilihan oleh mahasiswa sebagai tempat tinggal sementara selama kuliah dari pada rumah kontrakan yang ada pengawasan dari pemiliknya serta rumah kost yang ada induk semangnya, sebab mereka merasa tidak bebas dalam melakukan segala aktivitas sesuai yang di inginkan termasuk perilaku seks bebas. Yang lebih memprihatinkan lingkungan masyarakat sekitar yang cenderung “lepas tangan” dan “menutup mata”. Hal ini disebabkan masyarakat perkotaan yang cenderung permisif sehingga tidak memperhatikan dan mempermasalahkan semua aktivitas yang ada disekelilingnya. Hal ini berimplikasi kepada longgarnya pengawasan.

Disamping itu faktor lain seperti warung internet yang menjamur di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang ini memudahkan orang-orang mengakses


(17)

berbagai situs di internet termasuk video porno secara bebas tanpa pengawasan. Pemasaran blue film dalam bentuk dvd dan vcd yang menyebar luas di masyarakat. Vcd serta dvd porno secara bebas dan mudah didapatkan mahasiswa.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, pada malam hari disekitar lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara ditemukan remaja yang berpasang-pangan duduk diatas motor dengan penerangan yang remang-remang bahkan gelap sembari bercumbu mengumbar nafsu. Diantara sekian banyak pasangan-pasangan tersebut sebagian diantara mereka berstatus mahasiswa.

Perilaku seks bebas dikalangan mahasiswa yang masih berstatus belum menikah melanggar norma dan susila, akan tetapi dalam fakta kenyataannya banyak pemuda yang berstatus mahasiswa yang justru melakukannya. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti maka diperoleh data bahwa perilaku seks bebas ditemukan dikalangan mahasiswa yang tinggal di kost-kostan di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang. Fenomena seks bebas yang terjadi dikalangan mahasiswa di lokasi ini terselubung dan masih belum diungkap oleh media massa atau peneliti akademis. Sehingga seks bebas yang terjadi di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang ini tidak terungkap ke khalayak masyarakat. Oleh sebab itu saya tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul : Perilaku Seks Bebas Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus Terhadap Mahasiswa di Kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:


(18)

1. Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi mahasiswa melakukan perilaku seks bebas?

2. Bagaimana akibatnya terhadap pelaku seks tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor apa yang mendorong mahasiswa melakukan perilaku seks bebas.

2. Untuk mengetahui bagaimana akibatnya terhadap pelaku seks tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan sekaligus dijadikan bahan rujukan bagi studi maupun penelitian lain yang berhubungan dalam bidang kajian mengenai gaya hidup dan penyimpangan sosial di perkotaan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap pengelola kost, masyarakat, dunia pendidikan, aparat pemerintah agar lebih peduli terhadap generasi muda seperti mahasiswa.

1.6. Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi suatu abstraksi mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan


(19)

suatu gejala (Moleong, 1997:67). Disamping mempermudah dan memfokuskan penelitian juga menghindari kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini maka dibuat batasan-batasan konsep yang digunakan yakni :

1. Seks bebas dalam pengertian agama Islam adalah Zina yaitu nama bagi hubungan seksual antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan tanpa nikah yang sah atau bukan karena pernikahan yang subhat, atau nama bagi perbuatan seorang laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan, yang menurut naluri manusia wajar tetapi dilarang oleh syara' karena diluar nikah (Nasikun, 1984:43-44).

2. Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konseksuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.

3. Nilai adalah penghargaan yang diberikan oleh masyarakat kepada segala sesuatu yang baik, penting, pantas dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama.

4. Norma adalah petunjuk hidup yang berisi perintah ataupun larangan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur


(20)

semua perilaku manusia didalam masyarakat guna mencapai ketertiban dan kedamaian.

5. Anomi adalah suatu keadaan tanpa kaidah yang tercipta akibat tidak selarasnya harapan masyarakat dengan kenyataan-kenyataan sosial.

6. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi intelektual yang seharusnya mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang baik. Mahasiswa seharusnya lebih mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Secara umum, tuntutan dan harapan masyarakat adalah menginginkan agar mahasiswa menjadi manusia bermoral dan intelek sehingga mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada, juga diharapkan mampu menjadi inovator pembangunan di dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Mahasiswa merupakan generasi yang seharusnya dituntut untuk mengembangkan profesionalisme mereka untuk membangun negara dan menegakkan norma.

Namun kondisi ini ironis dengan status dan lebel tersebut karena berdasarkan kenyataan di lapangan ditemukan perilaku-perilaku menyimpang yang justru dilakukan oleh kalangan mahasiswa sendiri, seperti mabuk-mabukan, penganiayaan, pencurian, membunuh, memeras, menjambret, berkelahi dengan senjata tajam, tawuran, perjudian, penyalahgunaan narkoba serta perilaku seks bebas (http://sugiartoagribisnis.wordpress com).


(22)

Berdasarkan data yang ditemukan di media terdapat beberapa kasus penyimpangan yang dilakukan mahasiswa seperti ditemukan video porno yang pelakunya adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang diberi judul seperti (“ bandung lautan asmara tahun 2001”, “Reality Show Cah Uniska, “Mesum di Kampus” tahun 2009, “Ekseksusi Mahasiswa Budi Luhur tahun 2010” dan lainnya.

(http://www.wikidot.com//html).

Berdasarkan hasil penelitian tahun 2004 oleh perusahaan riset International Synovate atas nama DKT Indonesia terhadap remaja berusia 14-24 tahun sebanyak 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya mengungkapkan bahwa 64% remaja mengaku secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus mengenai seks. 65% informasi tentang seks mereka dapat melalui teman, 35% dari film porno,19% dari sekolah dan 5% dari orang tua (http://www.harianku.com/2008/11/seks-bebas-di-kalangan-remaja.html).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dr. Andik wijaya kepada 202 pelajar dikota Malang Jawa Timur antara lain menyebutkan bahwa 95 % remaja kota Malang pernah terlibat pornografi. Dari hasil penelitian tersebut, 85 responden menyatakan pernah, 110 sering dan sisanya mengaku setiap hari selalu terlibat dalam hal-hal yang berbau pornografi. Responden yang diteliti terdiri atas 52% laki-laki dan 48% perempuan, 8% berusia antara 13-15 tahun, 65,3% berusia 16-18 tahun dan 26,7% berusia diatas 18 tahun. Dalam penelitian ini terungkap hampir 16% responden telah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan 100% dari mereka yang telah bertunangan mengaku telah melakukan hubungan seksual. Semua yang melakukan tadi


(23)

mengaku mendapat gagasan itu dari vcd porno, teman, internet, dan media lainnya (Jaguar, Ngabela, Pornografi Buat Siapa, (http://www.Sobatmuda.multiply.com// tang /bidik;).

Penelitian yang sama dilakukan oleh BKKBN tahun 2008 terhadap mahasiswa yang tinggal di rumah kost, dimana jumlah populasi sebanyak 2000 orang dari 16 perguruan tinggi di Yogyakarta dan diperoleh 1660 responden atau seksitar 83% dari jumlah populasi. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa 97,5 % mahasiswa telah hilang keperawanannya dan 90 % diantaranya pernah melakukan aborsi. Dari penelitian tersebut bisa kita ketahui bahwa terdapat kecenderungan seks bebas dikalangan mahasiswa (http://one.indoskripsi.com/node/647).

Hasil penelitian di atas memungkinkan juga berlaku di kota Medan. Sebab kota Medan sebagai kota pendidikan banyak dijadikan tempat oleh mahasiswa luar daerah untuk melanjutkan studinya. Kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang merupakan salah satu kawasan yang dikenal sebagai daerah pemukiman mahasiswa karena disitu terdapat beberapa kampus seperti Universitas Sumatera Utara, Universitas Darma Agung, Universitas Medan Area, Universitas Santo Thomas dan beberapa akademi lainnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aktivitas malam di kafe-kafe, rumah kontrakan maupun rumah kost tanpa induk semang yang rentan sekali terhadap perilaku seks bebas.

Aktivitas malam kafe-kafe di kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang ini tidak terlepas dari perilaku hedonisme. Kegiatan seks bebas menjadi salah satu bentuk produk kultural manusia yang cukup lama. Dari waktu ke waktu selalu ada kreasi yang dilakukan mulai dari yang terang-terangan hingga yang terselubung lewat aktivitas


(24)

hiburan malam. Kafe remang-remang seolah tak lengkap tanpa kehadiran layanan seks kilat yang tidak berhubungan hiburan. Kafe dijadikan tempat “nongkrong” dan ajang berkumpul sambil minum dan makan bagi kaula muda itu ternoda dengan adanya fasilitas ruang berpenyekat bagai kamar dengan lampu penerangan yang remang-remang sehingga digunakan sebagai ajang berkumpul berubah fungsi menjadi ajang bermesum. Kafe-kafe ini bisa didatangi kalangan mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umum. Selain kafe remang-remang juga terdapat lokasi rekreasi di sekitar kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang ini yang berpotensi bagi pengunjungnya untuk melakukan kegiatan yang melanggar hukum dan norma-norma agama seperti rumah kitik-kitik yakni rumah yang biasanya hanya terbuat dari dinding tepas namun cukup aman dari jangkauan umum untuk melakukan berbagai aktivitas.

Rumah kontrakan atau rumah kost tanpa induk semang begitu rentan terhadap terjadinya perilaku seks bebas. Namun rumah kontrakan atau rumah kost tanpa induk semang lebih banyak dijadikan pilihan oleh mahasiswa sebagai tempat tinggal sementara selama kuliah dari pada rumah kontrakan yang ada pengawasan dari pemiliknya serta rumah kost yang ada induk semangnya, sebab mereka merasa tidak bebas dalam melakukan segala aktivitas sesuai yang di inginkan termasuk perilaku seks bebas. Yang lebih memprihatinkan lingkungan masyarakat sekitar yang cenderung “lepas tangan” dan “menutup mata”. Hal ini disebabkan masyarakat perkotaan yang cenderung permisif sehingga tidak memperhatikan dan mempermasalahkan semua aktivitas yang ada disekelilingnya. Hal ini berimplikasi kepada longgarnya pengawasan.

Disamping itu faktor lain seperti warung internet yang menjamur di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang ini memudahkan orang-orang mengakses


(25)

berbagai situs di internet termasuk video porno secara bebas tanpa pengawasan. Pemasaran blue film dalam bentuk dvd dan vcd yang menyebar luas di masyarakat. Vcd serta dvd porno secara bebas dan mudah didapatkan mahasiswa.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, pada malam hari disekitar lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara ditemukan remaja yang berpasang-pangan duduk diatas motor dengan penerangan yang remang-remang bahkan gelap sembari bercumbu mengumbar nafsu. Diantara sekian banyak pasangan-pasangan tersebut sebagian diantara mereka berstatus mahasiswa.

Perilaku seks bebas dikalangan mahasiswa yang masih berstatus belum menikah melanggar norma dan susila, akan tetapi dalam fakta kenyataannya banyak pemuda yang berstatus mahasiswa yang justru melakukannya. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti maka diperoleh data bahwa perilaku seks bebas ditemukan dikalangan mahasiswa yang tinggal di kost-kostan di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang. Fenomena seks bebas yang terjadi dikalangan mahasiswa di lokasi ini terselubung dan masih belum diungkap oleh media massa atau peneliti akademis. Sehingga seks bebas yang terjadi di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang ini tidak terungkap ke khalayak masyarakat. Oleh sebab itu saya tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul : Perilaku Seks Bebas Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus Terhadap Mahasiswa di Kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:


(26)

1. Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi mahasiswa melakukan perilaku seks bebas?

2. Bagaimana akibatnya terhadap pelaku seks tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor apa yang mendorong mahasiswa melakukan perilaku seks bebas.

2. Untuk mengetahui bagaimana akibatnya terhadap pelaku seks tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan sekaligus dijadikan bahan rujukan bagi studi maupun penelitian lain yang berhubungan dalam bidang kajian mengenai gaya hidup dan penyimpangan sosial di perkotaan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap pengelola kost, masyarakat, dunia pendidikan, aparat pemerintah agar lebih peduli terhadap generasi muda seperti mahasiswa.

1.6. Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi suatu abstraksi mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan


(27)

suatu gejala (Moleong, 1997:67). Disamping mempermudah dan memfokuskan penelitian juga menghindari kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini maka dibuat batasan-batasan konsep yang digunakan yakni :

1. Seks bebas dalam pengertian agama Islam adalah Zina yaitu nama bagi hubungan seksual antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan tanpa nikah yang sah atau bukan karena pernikahan yang subhat, atau nama bagi perbuatan seorang laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan, yang menurut naluri manusia wajar tetapi dilarang oleh syara' karena diluar nikah (Nasikun, 1984:43-44).

2. Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konseksuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.

3. Nilai adalah penghargaan yang diberikan oleh masyarakat kepada segala sesuatu yang baik, penting, pantas dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama.

4. Norma adalah petunjuk hidup yang berisi perintah ataupun larangan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur


(28)

semua perilaku manusia didalam masyarakat guna mencapai ketertiban dan kedamaian.

5. Anomi adalah suatu keadaan tanpa kaidah yang tercipta akibat tidak selarasnya harapan masyarakat dengan kenyataan-kenyataan sosial.

6. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.


(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penyimpangan Perilaku dalam Kajian Sosiologi

Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial.

Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Menurut Robert M.Z Lawang perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulakan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan secara terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu lintas,buang sampah sembarangan dll. Sedangkan penyimpangan seksunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lain-lain (Kamanto Sunarto 2006:78).


(30)

Perilaku menyimpang dalam defenisi umum tersebut dapat dibedakan dari abnormalitas statis. Ada kesepakatan bahwa perilaku menyimpang tidak berarti menyimpang dari norma-norma tertentu. Konsep perilaku menyimpang ini juga perlu dibedakan dari perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan yang menyimpang. Karena tidak semua tingkah laku yang tidak diinginkan menyimpang dari aturan-aturan normatif, dan dilain pihak dan belum tentu perilaku menyimpang dari aturan normatif itu tidak diinginkan.

Dalam penelitian ini telah dipilih bahwa konsep perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang dinilai menyimpang dari aturan-aturan normatif. Konsep ini akan dibedakan dari gejala-gejala lain yang sering sekali diklasifikasikan sebagai perilaku menyimpang seperti kelainan dalam pribadi seseorang, tingkah laku yang statis abnormal, tingkah laku yang kurang diinginkan secara sosial dan peranan yang menyimpang.

Menurut Soerjono Soekanto perilaku menyimpang disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah-laku umum. Disebut sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus menjadi ”penyakit”. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu fungsinya.

Semua tingkah laku yang sakit secara sosial tadi merupakan penyimpangan sosial yang sukar diorganisir, sulit diatur dan ditertibkan sebab para pelakunya memakai cara pemecahan sendiri yang tidak umum, luar biasa atau abnormal sifatnya. Biasanya


(31)

mereka mengikuti kemauan dan cara sendiri demi kepentingan pribadi. Karena itu deviasi tingkah laku tersebut dapat mengganggu dan merugikan subyek pelaku sendiri dan atau masyarakat luas. Deviasi tingkah laku ini juga merupakan gejala yang menyimpang dari tendensi sentral atau menyimpang dari ciri-ciri umum rakyat kebanyakan.

Deviation merupakan penyimpangan terhadap kaidah atau norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kaidah timbul dalam masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dengan masyarakatnya. Diadakannya kaidah serta peraturan di dalam masyarakat bertujuan supaya ada konformitas warga masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan (Soerjono Soekanto, 1990:237).

Jadi, norma-norma sosial adalah apa yang harus dan dilarang dalam masyarakat. Norma-norma tersebut diciptakan dan dibentuk karena individu sebagai anggota masyarakat saling berhubungan dan berinteraksi. Selanjutnya norma tersebut berfungsi untuk mengarahkan, menyalurkan, dan membatasi hubungan-hubungan anggota masyarakat pada umumnya.

Dalam setiap masyarakat, norma sosial biasanya terpusat pada kegiatan sehari-hari yang bermakna bagi anggota-anggotanya. Norma sosial yang terpusat itu dinamakan pranata sosial, contohnya keluarga. Keluarga merupakan konkritisasi dari sejumlah norma sosial yang mengatur hubungan antar jenis, hubungan orang tua dengan anak, sosialisasi dalam keluarga, mengatur dan mengarahkan hubungan sehari-hari meskipun dalam keluarga ada kekhususan normatif dimana berhubungan dengan pribadi-pribadi dalam keluarga tersebut. Akan tetapi dapat juga diketemukan


(32)

aspek-aspek umum dalam kehidupan berkeluarga dan aspek-aspek umum ini erat hubungannya dengan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu yang memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain dan norma ini merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang.

Berbicara tentang norma, erat hubungannya dengan nilai. Karena nilai yang dimiliki seseorang ikut mempengaruhi perilakunya. Menurut Milton Rokeach, nilai merupakan suatu tipe keyakinan yang dipusatkan didalam sistem kepercayaan pada diri seseorang, mengenai bagaimana seseorang harus bertingkah laku atau apa yang tidak boleh dilakukan (Sekarningsih, 1993: 108).

Pada dasarnya norma itu muncul mempertahankan atau memelihara nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, karena nilai itu adalah gambaran mengenai apa yang baik, yang diinginkan, yang pantas, yang berharga yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Untuk menjaga itu, maka disusunlah suatu norma yang mampu memelihara nilai-nilai tersebut. Apabila perilaku atau tindakan yang terjadi dalam masyarakat tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat tersebut, maka ia dikatakan menyimpang.

Dalam hal ini perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dibedakan atas empat macam yaitu:

1. Perilaku menyimpang yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan. 2. Penyimpangan seksual dalam arti perilaku yang lain dari biasanya. 3. Bentuk-bentuk konsumsi yang berlebihan, misalnya alkohol.


(33)

4. Gaya hidup yang lain dari yang lain.

Akan tetapi penyimpangan apapun yang terjadi haruslah selalu dilihat dari segi dimana dalam suatu masyarakat tertentu telah digariskan terlebih dahulu apa yang normal terhadap masyarakat itu. Dasarnya adalah bahwa penyimpangan itu tidak selalu sama untuk setiap masyarakat.

Di Indonesia, secara umum penyimpangan perilaku pada remaja diartikan sebagai kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Penyimpangan perilaku remaja ini mempunyai sebab yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak

kriminal (Kartono, 1998).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk penyimpangan yang dilakukan remaja karena tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial yang berlaku. Bentuk-bentuk kenakalan remaja antara lain : bolos sekolah, merokok, berkelahi, tawuran, menonton film porno, minum minuman keras, seks diluar nikah, menyalahgunakan narkotika, mencuri, memperkosa, berjudi, membunuh, kebut-kebutan dan banyak lagi yang lain.


(34)

Beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja antara lain: 1. Pengaruh teman sebaya

Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Remaja lebih banyak bergaul dan menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. Jika remaja mempunyai masalah pribadi atau masalah dengan orang tuanya, maka ia akan lebih sering membicarakan dengan teman-temannya karena mereka merasa lebih nyaman berbagi dengan teman dibanding dengan keluarga. Teman sebaya merupakan faktor penting dalam mengatasi perubahan dan permasalahan yang mereka hadapi. Pengaruh teman sangat lah besar dalam pembentukan watak dan kepribadian remaja, karena remaja akan cenderung bersikap sesuai dengan teman sebayanya atau kelompoknya.

2. Faktor keluarga

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orang tua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Pola pengasuhan anak juga berpengaruh besar, anak yang nakal kebanyakan berasal dari keluarga yang menganut pola menolak karena


(35)

mereka selalu curiga terhadap orang lain dan menentang kekuasaan (Bagong Narwoko, 2007:94).

3. Media Massa

Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu singkat, informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya dengan mudah diterima. Oleh karena itu media massa seperti surat kabar, TV, film, majalah mempunyai peranan penting dalam proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru terhadap remaja. Mereka akan cenderung mencoba dan meniru apa yang dilihat dan ditontonnya. Tayangan adegan kekerasan dan adegan yang menjurus ke pornografi, ditengarai sebagai penyulut perilaku agresif remaja, dan menyebabkan terjadinya pergeseran moral pergaulan, serta meningkatkan terjadinya berbagai pelanggaran norma susila (Bagong Narwoko, 2007:96).

Robert K. Merton mengemukakan bahwa penyebab perilaku menyimpang dapat dilihat dari sudut struktur sosial dan budaya, dimana dinyatakan diantara segenap unsur-unsur sosial dan budaya terdapat dua unsur yang terpenting, yaitu kerangka aspirasi-aspirasi dan unsur-unsur yang mengatur kegiatan-kegiatan untuk mencapai aspirasi-aspirasi tersebut. Dengan kata lain ada nilai sosial budaya yang merupakan rangkaian dari konsepsi-konsepsi abstrak yang hidup di dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai apa yang baik dan apa yang buruk, serta norma-norma yang mengatur kegiatan manusia untuk mencapai cita-cita tersebut. Nilai sosial tersebut berfungsi sebagai pedoman dan pendorong perilaku manusia didalam hidupnya. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya dengan dengan norma-norma atau apabila tidak ada keselarasan antara aspirasi-aspirasi dengan


(36)

saluran-saluran yang tujuannya untuk mencapai cita-cita tersebut, maka terjadilah perilaku yang menyimpang atau deviant behavior (Soekanto, 1990:238).

Kelakuan yang menyimpang tersebut akan terjadi apabila manusia mempunyai kecenderungan untuk lebih mementingkan suatu nilai sosial daripada norma-norma yang ada untuk mencapai cita-cita tersebut. Sehingga manusia akan berusaha untuk mencapai suatu cita-cita melalui jalan yang semudah-mudahnya tanpa ada suatu kesadaran akan tanggung jawab tertentu.

Memudarnya pegangan orang pada norma-norma menimbulkan suatu keadaan yang tidak stabil dan keadaan tanpa norma-norma. Emile Durkheim menamakannya dengan anomie (Soerjono Soekanto, 1990:239). Perilaku menyimpang dibedakan antara lain: Perilaku menyimpang yang tidak disengaja dikarenakan si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Perilaku menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan, mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang Becker (dalam Soerjono Soekanto, 1990:239).

Soerjono Soekanto (2004:70), menjelaskan beberapa jenis lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku remaja yaitu:


(37)

a. Orang tua, saudara-saudara dan kerabat yang merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh dalam diri remaja. Melalui lingkungan ini, remaja mengenal lingkungan dan jenis pergaulan-pergaulan berikutnya yang akan menambah banyak pengaruh yang lain. Usia remaja merupakan usia pancaroba di mana masih dalam rangka mencari indentitas tertentu, di mana pencarian identitas ini pertama tertuju pada sosok dalam diri orang tua, kerabat atau saudaranya. Jika tidak diperoleh dari orang tua, kerabat atau saudara ini, maka pelarian pencarian identitas tersebut akan beralih ke lingkungan berikutnya, bisa teman sepermainan atau teman di sekolah.

b. Kelompok sepermainan, merupakan teman-teman bermain di luar rumah dan luar sekolah, bisa mempengaruhi remaja baik positif maupun negatif.

c. Kelompok pendidikan, yaitu pergaulan di sekolah, yang melibatkan pergaulan siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Adanya pembiasaan dalam perbuatan baik dan mulia di sekolah, diharapkan bisa memberikan pengaruh positif dalam pembentukan karakter dan kebiasaan baik bagi remaja, sebab lingkungan sekolah juga berperan dalam mempengaruhi perilaku remajanya. Beberapa hal yang merusak atau mengganggu proses asimilasi remaja dengan keluarganya sehingga remaja mencari kenyamanan bergaul di luar keluarga adalah :

1) Tidak ada saling pengertian mengenal dasar-dasar kehidupan bersama 2) Terjadinya konflik mengenai otonomi, di mana satu pihak orang tua ingin

agar anaknya dapat mandiri, di lain pihak keluarga mengekangnya 3) Terjadinya konflik nilai-nilai yang tidak diserasikan


(38)

5) Ketiadaan rasa saling menolong dan kebersamaam dalam keluarga 6) Adanya masalah dalam hubungan antara ayah dan ibu

7) Jumlah anak yang banyak yang kurang mendapatkan kasih sayang orang tua

8) Campur tangan pihak luar keluarga

9) Kedudukan sosial ekonomi yang berada di bawah standard

10) Pekerjaan orang tua yang tidak seimbang, seperti jabatan ibu yang lebih tinggi dari ayah

11) Aspirasi orang tua yang tidak disesuaikan dengan kenyataan yang terjadi 12) Konsepsi peranan keluarga yang menyimpang dari kenyataan

13) Timbulnya favoritisme di kalangan anggota keluarga, yang ini akan menimbulkan perhatian yang kurang adil merata dan seimbang di antara anggota keluarga

14) Pecahnya keluarga yang disebabkan konflik ayah, ibu dan anak-anaknya 15) Persaingan tajam di antara anak-anak yang menyolok.

Semua kondisi tidak kondusif bagi pembentukan kepribadian remaja di atas, apabila terjadi maka yang pertama menjadi korban adalah anak-anaknya terutama dalam usia remaja, di mana sosok figur panutan masih dibutuhkan dalam kerangka pembentukan identitasnya (Soerjono Soekanto, 2004:70).

Jadi, sebab-sebab perilaku yang menyimpang pada remaja ini tidak hanya terletak pada lingkungan famili, tetapi juga disebabkan oleh konteks kulturalnya. Dengan demikian, karier kenakalan remaja itu jelas dipupuk oleh lingkungan sekitar yang buruk atau yang jahat.


(39)

2.2 Gaya Hidup di Perkotaan

Menurut Bagong Suyanto, salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus perubahan jaman adalah para remaja. Karena remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik yakni labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju status dewasa, dan sebagainya.

Secara sosiologis, remaja umumnya amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka mudah sekali terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi kejiwaan yang labil, remaja mudah terpengaruh dan labil. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau memikirkan dampak negatifnya. Di berbagai komunitas dan kota besar yang metropolitan, tidak heran jika hura-hura, seks bebas, menghisap ganja dan zat adiktif lainnya cenderung mudah menggoda para remaja (Bagong Suyanto, 2004).

Remaja adalah suatu fase dalam kehidupan manusia dalam mencari jati dirinya dan biasanya dalam upaya pencarian jati diri tersebut ia mudah untuk terikut dan terimbas hal-hal yang tengah terjadi disekitarnya, sehingga turut membentuk sikap dan pribadi mereka.

Gaya hidup (lifestyle) menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah, 2002). Menurut Chaney (dalam Idi Subandy, 1997) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma


(40)

yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya:

a. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

b. Gaya Hidup Instan

Gaya hidup instan merupakan pola hidup ingin mendapatkan segala sesuatu (prestasi, ketenaran, kekayaan, popularitas, moral, dan sebagainya) secara mudah tanpa proses yang panjang. Dalam hal ini pandangan hidup bisa menyangkut perilaku, kebiasaan, etika, moral, hukum, adat istiadat yang mempengaruhi perilaku atau pandangan seseorang tentang dunia ini. Merebaknya gaya hidup instan di kalangan remaja tidak bisa dilepaskan dari mentalitas sebagian mereka dan juga masyarakat yang ingin meraih segala sesuatu dengan cepat dan mudah. Gaya hidup instan berkembang karena di dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua orang terlibat dalam prosedur, metode, atau proses mencapai tujuan dengan jalan paling cepat, tepat namun dengan hasil optimum. Itulah sebabnya manusia berlomba menciptakan “mesin pemercepat proses” untuk menghemat waktu, biaya, daya, dan tujuan kemudahan. Sebagai contoh, mesin kalkulator, telepon genggam, computer dan lainnya. Kemudahan-kemudahan yang diusung alat-alat teknologi ini mempengaruhi perilaku, pola hidup, pandangan, falsafah hidup, tidak saja para


(41)

remaja tetapi juga anak-anak, bahkan mungkin sebagian besar orang tua. Hal ini terlihat dari perubahan perilaku masyarakat yang ingin mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa menghiraukan, apakah cara yang di tempuh wajar atau tidak.

c. Gaya Hidup Permisif

Masyarakat permisif merupakan masyarakat yang memaklumi perilaku menyimpang dan menganggap kesalahan sebagai suatu kewajaran. Ungkapan yang muncul adalah “itu kan biasa”, “semua orang juga melakukan” terhadap, misalnya seks bebas, pornografi, perjudian dan korupsi. Masyarakat Permisif terbentuk karena Individualisme Ekspresif dan Individualisme Utilitarianisme. Individualisme Ekspresif menginginkan kebebasan dan bebas dari kontrol kelompok. Sedangkan Individualisme Utilitarianisme mengedepankan untung-rugi dan persaingan. Kedua individualisme tersebut meski tidak saling terkait tetapi membuat anggota Masyarakat Permisif tidak peduli. Ketidakpedulian berakibat permisif. Sebaliknya, kepedulian membuat orang lain terganggu. Padahal sebelumnya mereka tidak mengganggu orang yang peduli dengan ketidakpeduliannya. Akibatnya nilai luhur terkikis dan dosa berkembang dengan cepat.

d. Gaya Hidup Bebas

Banyak generasi muda yang menuntut kebebasan dalam banyak hal. Batas-batas moral dilanggar, nasihat-nasihat bijak tidak mendapatkan tempat. Nilai-nilai luhur yang terasa penuh aturan mereka dobrak, tergantikan dengan nilai-nilai baru dengan semangat liberalisme. Barangsiapa yang menentang semangat


(42)

perubahan ini dicap sebagai berpikiran kolot, fanatik serta ketinggalan zaman. Tidak jarang mereka yang menetang mendapat pengasingan diri. Seakan-akan kebebasan menjadi pandangan hidup dalam menyongsong masa depan. Pada akhirnya, tidak sedikit generasi muda yang terjerumus dalam anomaly seperti yang paling nge-trend saat ini pergaulan bebas yang berlanjut pada sex bebas. Banyak diantara mereka yang menjadikan ini semua sebagai gaya hidup masa kini.

Berdasarkan penelitian Lucky Lutvia (dalam Astuti, 2007) mengenai gaya hidup remaja di kota Bandung, disimpulkan bahwa remaja saat ini dipengaruhi oleh hal-hal berikut:

1. Transformasi budaya

Budaya massa atau budaya populer yang berkembang melalui media massa elektronik dan cetak sangat berpengaruh terhadap pilihan gaya hidup seseorang,misalnya gaya berbicara atau bahasa, gaya berbusana, selera hiburan seperti musik dan film. Trend tersebut begitu bebas mengalir mempengaruhi setiap pemirsa maupun pembacanya, ditambah lagi dengan acara musik dari luar negeri yang diolah dalam video klip televisi yang secara visual bisa kita lihat penampilan penyanyi dan pemain musiknya. Cara mereka berdandan dan berbusana sudah pasti sesuai dengan budaya mereka (Lutvia, 2001:34).

2. Mengadopsi dari Gaya Barat

Ini banyak dipengaruhi oleh selebritis dalam negeri melalui iklan-iklan, film dan sinetron yang dilihat dan akhirnya ditiru oleh remaja. Seperti istilah gaya funky, funk rock, metal, hip-hop, sporty, streetwear dan ska beserta penggunaan aksesorisnya


(43)

yang mereka tiru sebagai usaha untuk mengaktualisasikan dirinya serta seolah-olah ingin mensejajarkan diri dengan bintang idolanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup dapat berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan, modeling dari artis yang di idola kan, gaya hidup yang hanya mengejar kenikmatan semata sampai dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam pola perilakunya.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam aspek kehidupan tertentu pada objeknya. Alasannya adalah karena penelitian kualitatif dapat memberikan keleluasaan dan kesempatan peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam terutama permasalahan yang akan dingkat tergolong hal yang sensitif.

2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah kota Medan yaitu kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang. Alasan pemilihan lokasi ini yaitu karena kawasan kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang ini daerah pemukiman mahasiswa karena terdapat beberapa kampus yakni Universitas Sumatera Utara, Universitas Darma Agung, Universitas Santo Thomas, Universitas Medan Area dan beberapa akademi lainnya. Juga lokasi kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang berdekatan.

2.3 Unit Analisis dan Informan


(45)

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1999:22). Adapun yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang pernah melakukan seks bebas selama masih terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi dan tinggal di kost-kostan di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang dan seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang.

2.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa pelaku seks bebas.

2. Masyarakat dilingkungan tempat tinggal mahasiswa yang melakukan seks bebas dan masyarakat tersebut mengetahui adanya perilaku seks bebas tersebut.

Pengambilan informan dilakukan dengan snowball sampling yaitu teknik sampling dimana responden awal dipilih berdasarkan kriteria penelitian, kemudian mereka diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan-rekan lainnya sehingga diperoleh lagi informan tambahan.

Adapun kriteria-kriteria mahasiswa pelaku adalah sebagai berikut: 1. Masih terdaftar sebagai mahasiswa disebuah perguruan tinggi. 2. Pernah dan masih melakukan hubungan seks pranikah saat ini.

3. Mahasiswa tersebut tinggal di kost-kostan di sekitar kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang.


(46)

4. Perilaku seks bebas tersebut dilakukan dengan pacar. 5. Belum menikah.

Berdasarkan kriteria tersebut maka di peroleh 6 orang informan yang di jadikan sumber data dalam penelitian ini.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, tehnik pengumpulan data yang dilakukan yakni:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Dalam penelitian ini data penelitian di peroleh dengan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada objek penelitian.

2. Wawancara Mendalam (in-Dept Interview)

Wawancara mendalam merupakan proses tanya jawab secara langsung antara peneliti dan informan yang sifatnya terbuka dengan harapan informan dapat mengungkapkan informasi atau data yang diharapkan. Apabila menggunakan panduan atau pedoman wawancara maka hanya sebatas instrumen pembantu bagi si peneliti yang tidak bersifat monoton. Wawancara dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan menggunakan bantuan alat perekam.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara penelitian kepustakaan dapat berupa foto, artikel, jurnal, internet, dokumen atau catatan-catatan lainnya yang diangap relevan dengan masalah yang diteliti.


(47)

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi yang akurat diperoleh dari lapangan. Data-data yang diperoleh dari lapangan diatur, diurutkan, dikelompokkan kedalam kategori, pola, atau uraian tertentu. Disini peneliti mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan sebagainya yang dipelajari dan ditelaah secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik (Moleong, J Lexy 2006:151).

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Pra Observasi √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal penelitian

√ √

4 Seminar Proposal penelitian √ 5 Revisi Proposal Penelitian √ 6 Penelitian ke Lapangan √ 7 Pengumpulan dan Analisis

Data

8 Bimbingan √ √ √


(48)

10 Sidang Meja Hijau √

3.8 Keterbatasan Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian ini mengalami banyak kendala yang menjadi keterbatasan penelitian. Adapun yang menjadi keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan kemampuan dalam pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah.

2. Keterbatasan dalam mendapatkan teori dalam pemahaman analisis data

3. Pemilihan teori yang cocok dan analisis yang agak rumit sehingga membutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam menyelesaikannya.

4. Keterbatasan untuk mendapatkan informan karena penelitian ini menyangkut masalah pribadi dan bersifat sensitif.


(49)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN TEMUAN DATA

4.1. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1.1Keadaan Geografis Kecamatan Medan Baru

Kecamatan Medan Baru merupakan salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Baru mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Medan Sunggal dan kecamatan Medan Selayang

- Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Medan Polonia - Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Medan Johor - Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Medan Petisah.

Luas Wilayah kecamatan Medan Baru adalah 5,84 km².

4.1.2 Keadaan Penduduk Kecamatan Medan Baru

Kecamatan Medan Baru mempunyai jumlah penduduk sebesar 43.822 jiwa dengan kepadatan penduduk adalah 7.571 jiwa/km² yang terdapat di 6 kelurahan yakni


(50)

Babura, Padang Bulan, Darat, Merdeka, Titi Rante dan Petisah Hulu. Untuk lebih lengkapnya penulis membuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dirinci menurut Kelurahan di kecamatan Medan Baru Tahun 2008

No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Titi Rante 4152 4834 8986

2 Padang Bulan 4264 4649 8913

3 Merdeka 3621 3762 7383

4 Darat 1660 1445 3105

5 Babura 3881 4460 8341

6 Petisah Hulu 3050 4042 7092

Jumlah 20.629 23.193 43.822

Sumber : Badan Pusat Statistik 2009

Dilihat dari data kependudukan di atas, maka jumlah penduduk yang paling padat terdapat di kelurahan Titi Rante dengan jumlah penduduk sebanyak 8986 jiwa. Sedangkan kelurahan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah kelurahan Darat dengan jumlah penduduk sebanyak 3105 jiwa. Jumlah laki-laki dengan jumlah perempuan dapat dilihat bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari pada jumlah laki-laki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jumlah perempuan mendominasi di kecamatan Medan Baru.


(51)

Perekonomian di kecamatan Medan Baru cukup lancar. Setiap barang-barang yang di butuhkan dengan mudah dapat dijumpai di pasar di kecamatan Medan Baru. Sejumlah pasar, mall dan pertokoan yang belum ramai mendukung kegiatan perekonomian di kecamatan Medan Baru. Di kecamatan Medan Baru terdapat 12 swalayan, 1 mall/plaza, 109 toko dan 2 pasar. Kecamatan Medan Baru memiliki beberapa fasilitas pariwisata diantaranya hotel, karoke dan bilyar. Untuk lebih lengkapnya penulis membuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Hotel, Bioskop, Night club/Karoke dan Bilyard menurut Kelurahan di kecamatan Medan BaruTahun 2008

No Kelurahan Hotel/Losmen Bioskop Night club/Karoke

Bilyard

1 Titi Rante 0 0 0 0

2 Padang Bulan 0 0 0 0

3 Merdeka 1 0 0 1

4 Darat 2 0 1 0

5 Babura 4 0 1 3

6 Petisah Hulu 2 0 1 2

Jumlah 9 0 3 6

Sumber : Badan Pusat Statistik 2009

Selain itu kecamatan Medan Baru juga memiliki beberapa restauran dan warung makan yang cukup banyak dan yang terbanyak terdapat di kelurahan Padang Bulan. Untuk lebih lengkapnya penulis membuat tabel sebagai berikut:


(52)

Tabel 4.3

Jumlah Rumah Makan/Restoran dan Warung Makan per Kelurahan di kecamatan Medan Baru tahun 2008

No Kelurahan Restoran/ R.Makan Warung Makan/Minum

1 Titi Rante 33 29

2 Padang Bulan 39 46

3 Meredeka 38 24

4 Darat 11 15

5 Babura 38 26

6 Petisah Hulu 36 32

Jumlah 195 172

Sumber : Badan Pusat Statistik 2009

4.1.4 Keadaan Sosial Budaya Kecamatan Medan Baru

Penduduk kecamatan Medan Baru merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai agama yakni agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Hindu dan Budha. Kehidupan keagamaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa semakin berkembang sehingga terbina hidup rukun diantara sesama umat beragama. Kerukunan antar umat beragama tersebut menjadikan penduduk merasa bersatu dan tetap memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa. Adapun komposisi mengenai tempat ibadah umat


(53)

beragama di Kecamatan Medan Baru adalah Mesjid, Gereja, Langgar dan kelenteng. Untuk lebih lengkapnya penulis membuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4

Jumlah Sarana Ibadah Menurut Kelurahan di kecamatan Medan Baru Tahun 2008 No Kelurahan Mesjid Langgar Gereja Kelenteng Jumlah

1 Titi Rante 3 1 6 0 10

2 Padang Bulan 2 4 3 0 9

3 Merdeka 3 2 2 0 7

4 Darat 1 1 0 0 2

5 Babura 3 3 3 0 9

6 Petisah Hulu 2 4 4 2 12

Jumlah 14 15 18 2 49

Sumber : Badan Pusat Statistik 2009

Rumah ibadah merupakan tempat masyarakat untuk bersembahyang atau berdo’a atau beribadah. Hal ini dapat dilihat pada data dalam tabel diatas, kecamatan Medan Baru mempunyai tempat beribadah yang di dominasi oleh rumah ibadah atau Gereja yang berjumlah 18 bangunan, sedangkan rumah ibadah lainnya seperti Mesjid berjumlah 14 bangunan dan diikuti juga jumlah rumah ibadah Langgar yang berjumlah 18 serta rumah ibadah Kelenteng berjumlah 2 bangunan.

Di bidang pendidikan, wilayah kecamatan Medan Baru merupakan kawasan pendidikan. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan


(54)

martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan sekolah.

Wilayah kecamatan Medan Baru merupakan kawasan pemukiman mahasiswa karena terdapat beberapa Perguruan Tinggi yang sudah dikenal secara Nasional seperti Universitas Sumatera Utara, Universitas Dharma Agung serta beberapa akademi lainnya. Dibawah ini dapat dilihat tabel mengenai tingkat pendidikan di kecamatan Medan Baru:

Tabel 4.5

Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di kecamatan Medan Baru tahun 2008

Tingkat Pendidikan Sekolah (Unit)

1 TK 15

2 SD Negeri 14

3 SD Swasta 12

4 SLTP Negeri 1

5 SLTP Swasta 10

6 SLTA Negeri 1

7 SLTA Swasta 28

Jumlah 83

Sumber : Badan Pusat Statistik 2009

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di kecamatan Medan Baru sudah berkembang. Jumlah sekolah ada sebanyak 83 unit. Dengan demikian pendidikan yang diberikan kepada generasi penerus dapat berjalan dengan lancar di mulai dari pendidikan dasar (TK dan SD), Menengah (SLTP dan SLTA) sampai pada pendidikan


(55)

Kecamatan Medan Baru terdapat 4 Unit Rumah Sakit dan I Unit Puskesmas, 10 BPU dan 1 BKIA.

4.1.5 Keadaan Geografis Kecamatan Medan Selayang

Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan. Kecamatan Medan Selayang merupakan pemekaran dari Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan. Sebelum menjadi kecamatan yang defenitif terlebih dahulu melalui proses Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Kepala Daerah Tk. I Sumatera Utara Nomor : 138/402/K/1991. tentang Penetapan dan Perubahan Kecamatan Perwakilan kecamatan Medan Selayang dengan jumlah 5 kelurahan. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 1991 tentang pembentukan beberapa kecamatan Medan di Sumatera Utara termasuk delapan Kecamatan Pemekaran di Kota Medan secara resmi “Perwakilan Kecamatan Medan Selayang” menjadi kecamatan Defenitif yaitu “Kecamatan Medan Selayang”. Kemudian Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 146.1/1101/k/1994 tentang pembentukan 7 kelurahan persiapan di Kota Medan maka Kecamatan Medan Selayang berkembang dari 5 kelurahan Menjadi 6 Kelurahan Yaitu : Kelurahan Asam Kumbang,Tanjung Sari, Padang Bulan Selayang I, Padang Bulan Selayang II, Beringin, Sempakat

Kondisi Fisik kecamatan Medan Selayang secara geografis berada di wilayah Barat Daya Kota Medan. Kecamatan Medan Selayang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :


(56)

- Sebelah Selatan Berbatasan dengan kecamatan Medan Tuntungan - Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Medan Polonia - Sebelah Barat Berbatasan dengan kecamatan Medan Baru

Luas wilayah kecamatan Medan Selayang adalah. 12.81 km2 .

4.1.6 Keadaan Penduduk Kecamatan Medan Selayang

Kecamatan Medan Selayang mempunyai jumlah penduduk sebesar 84913 jiwa dengan kepadatan penduduknya 6.688 yang terdapat di 6 kelurahan dan 63 lingkungan. Untuk lebih lengkapnya penulis membuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Sempakata 4562 4395 8957

2 Beringin 3727 3935 7662

3 PB Selayang I 4966 4807 9773 4 PB Selayang II 6491 7953 14445 5 Tanjung Sari 14919 14400 29319 6 Asam kumbang 7375 7384 14758

Jumlah 42040 42873 84913

Sumber : Badan Pusat Statistik 2009

Dilihat dari data kependudukan di atas, maka jumlah penduduk yang paling padat terdapat di kelurahan Tanjung Sari yakni sebanyak 29.319 jiwa. Sedangkan


(57)

kelurahan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah kelurahan Beringin dengan jumlah penduduk sebanyak 7.662 jiwa. Jumlah laki-laki dengan jumlah perempuan dapat dilihat bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari pada jumlah laki-laki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jumlah perempuan mendominasi di kecamatan Medan Selayang.

4.1.8 Keadaan Perekonomian Kecamatan Medan selayang

Perekonomian di kecamatan Medan Selayang cukup lancar. Setiap barang-barang yang di butuhkan dengan mudah dapat dijumpai di pasar di kecamatan Medan Selayang. Sejumlah pasar dan pertokoan yang belum ramai mendukung kegiatan perekonomian di kecamatan Medan Selayang. Di kecamatan Medan Selayang terdapat 12 swalayan.Kecamatan Medan Selayang juga memiliki beberapa fasilitas pariwisata di antaranya hotel, karoke, dan bilyard seperti yang terdapat di tabel berikut ini :

Tabel 4.7

Jumlah Hotel, Bioskop, Night club/Karoke dan Bilyard menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Kelurahan Hotel/Losmen Bioskop Night club/Karoke

Bilyard

1 Sempakata 1 0 3 4

2 Beringin 0 0 0 2

3 PB Selayang I 0 0 3 3

4 PB Selayang II 1 0 1 2


(58)

Jumlah 3 0 8 14

Sumber : Badan Pusat Statistik 2009

Restoran dan warung makan juga banyak terdapat di kecamatan Medan Selayang dan yang terbanyak ada di kelurahan Tanjung Sari. Untuk lebih lengkapnya penulis membuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.8

Jumlah Rumah Makan/Restoran dan Warung Makan per Kelurahan di kecamatan Medan Selayang tahun 2008

No Kelurahan Restoran/ R.Makan Warung Makan/Minum

1 Sempakata 28 32

2 Beringin 11 21

3 PB Selayang I 9 17

4 PB Selayang II 10 47

5 Tanjung Sari 62 33

6 Asam Kumbang 14 27

Jumlah 134 177

Sumber : Badan Pusat Statistik 2009

4.1.8 Keadaan Sosial Budaya Kecamatan Medan Selayang

Penduduk kecamatan Medan Selayang merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai agama yakni agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Hindu dan Budha. Kehidupan keagamaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa semakin berkembang sehingga terbina hidup rukun diantara sesama umat beragama. Kerukunan antar umat


(59)

beragama tersebut menjadikan penduduk merasa bersatu dan tetap memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa. Adapun komposisi mengenai tempat ibadah umat beragama di Kecamatan Medan Selayang adalah Mesjid, Gereja, Langgar dan Kelenteng. Untuk lebih lengkapnya penulis membuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.9

Jumlah Sarana Ibadah Menurut Kelurahan di kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 No Kelurahan Mesjid Langgar Gereja Kelenteng Jumlah

1 Sempakata 4 0 6 0 10

2 Beringin 4 0 3 0 7

3 PB Selayang I 6 3 6 0 15

4 PB Selayang II 9 3 5 0 17

5 Tanjung Sari 13 5 11 0 29

6 Asam Kumbang 5 3 3 1 12

Jumlah 41 14 34 1 90

Sumber : Badan Pusat Statistik 2009

Rumah ibadah merupakan tempat masyarakat untuk bersembahyang atau berdo’a atau beribadah. Hal ini dapat dilihat pada data dalam tabel diatas, kecamatan Medan Selayang mempunyai tempat beribadah yang di dominasi oleh rumah ibadah atau Mesjid yang berjumlah 41 bangunan, rumah ibadah atau Gereja berjumlah 34 bangunan dan diikuti juga jumlah rumah ibadah Langgar yang berjumlah 14 serta rumah ibadah Kelenteng berjumlah 1 bangunan.


(60)

Di bidang pendidikan, wilayah kecamatan Medan Selayang merupakan kawasan pendidikan. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan sekolah.

Wilayah kecamatan Medan Selayang merupakan kawasan pemukiman mahasiswa karena terdapat perguruan tinggi yang sudah dikenal seperti Universitas Medan Area dan Universitas Katholik. Di bawah ini dapat dilihat tabel mengenai tingkat pendidikan di kecamatan Medan Selayang.

Tabel 4.10

Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Kecamatan Medan Selayang tahun 2008

No Tingkat Pendidikan Sekolah (Unit)

1 TK 20

2 SD Negeri 8 3 SD Swasta 18

4 SLTP Negeri 2

5 SLTP Swasta 12

6 SLTA Negeri -

7 SLTA Swasta 8

8 Perguruan Tinggi 2 Jumlah 70

Sumber : Badan Pusat Statistik 2009

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di kecamatan Medan Selayang sudah berkembang. Jumlah sekolah ada sebanyak 70 Unit. Sehingga pendidikan yang diberikan kepada generasi penerus dapat berjalan dengan lancar di


(61)

mulai dari pendidikan dasar (TK dan SD), Menengah (SLTP dan SLTA), dan sampai pada pendidikan tingkat mahasiswa (Perguruan Tinggi). Sedangkan dalam bidang kesehatan di wilayah kecamatan Medan Selayang terdapat 4 Unit Rumah Sakit, 1 Unit Puskesmas, 11 BPU dan 8 BKIA.

4.3 Profil Informan Mahasiswa 4.3.1 LW (Pr, 21 tahun)

LW merupakan seorang perempuan yang berusia 21 tahun. LW tinggal atau kost di kelurahan Padang Bulan kecamatan Medan Baru. LW merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. LW merupakan mahasiswa di salah satu universitas negeri di Medan Fakultas Sastra dan saat ini berada pada semester enam. LW lahir dari keluarga yang cukup mapan. Kedua orang tua LW bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Gunung Tua. LW diberi uang saku Rp 1500.000,00 setiap bulan.

LW merupakan seorang perempuan yang cantik, berkulit putih dan bermata sipit. Cukup sulit awalnya untuk melakukan pendekatan dan berdialog dengan salah satu informan ini. Pribadinya tertutup apalagi saat ditanyakan mengenai hal seputar perilaku seks bebas. Setelah dilakukan langkah-langkah persuasif dan menekankan bahwa segala informasi dari data yang didapatkan akan dirahasiakan latarbelakangnya, barulah kemudian gadis ini membuka diri dan bersedia menjadi informan penelitian.

Ketika dilakukan wawancara, akhirnya dapat terungkap bahwa informan telah melakukan hubungan seks ketika masih duduk di kelas 2 SMA dan berlanjut hingga


(62)

pertamanya dan mereka putus setelah tamat SMA. Setelah 4 bulan di bangku kuliah ia pacaran dengan mahasiswa yang berasal dari kampungnya yang juga sedang kuliah di Medan. Walaupun mereka berasal dari universitas yang berbeda tetapi mereka sering bertemu.

4.3.2 FZ ( Pr, 23 tahun)

FZ merupakan seorang perempuan yang berusia 23 tahun. FZ tinggal atau kost di kelurahan Padang Bulan kecamatan Medan Baru. FZ merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara. FZ merupakan mahasiswa di salah satu universitas negeri di medan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan saat ini berada pada semester sepuluh. FZ lahir dari ekonomi keluarga yang kurang mampu. Ayah FZ bekerja sebagai buruh bangunan sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan orang tua FZ tidak menetap karena gaji yang diterima ayah FZ kadang keluar kadang tidak. FZ jarang diberi uang saku oleh orang tuanya, kadang 3 bulan sekali hanya diberikan Rp 500.000,00. FZ lebih sering diberi uang oleh pacarnya yang tinggal di Lubuk Pakam.

FZ merupakan seorang gadis yang terkesan kasar, cerewet dan terbuka sehingga membuat peneliti tidak sulit untuk mendapatkan informasi. Setelah ditekankan bahwa informasi dari data yang didapatkan akan dirahasiakan latarbelakangnya, informan ini secara langsung menjelaskan perihal perilaku seks bebas yang dilakukannya. FZ pertama kali melakukan hubungan seks disebabkan karena dirayu terus oleh sang pacar dan terinspirasi oleh film porno yang di sewa pacarnya yang ditonton bersama ketika ia masih duduk di kelas 2 SMA dan berlanjut hingga ia


(63)

kuliah dengan pasangan yang sama. Di Medan, F.Z tinggal satu kamar dengan adiknya yang juga kuliah di salah satu universitas negeri di Medan. Ia dan kawan-kawannya menyewa rumah kontrakan di daerah Medan Baru. Mereka mencari kost-kostan yang induk semangnya jauh dari kost, karena mereka kurang suka kost-kostan yang terlalu ketat dengan alasan susah keluar jika mau mengerjakan tugas-tugas kuliah atau belajar kelompok, karena kalau kost-kostan yang tinggal bersama ibu kost pada umumnya mempunyai peraturan dan batasan.

4.3.3. BR (Pr, 22 tahun)

BR merupakan seorang perempuan yang berusia 22 tahun. BR ini lahir di Tarutung pada tanggal 12 juni 1988. BR tinggal atau kost di Tanjung Sari kecamatan Medan Selayang. BR merupakan mahasiswa di salah satu universitas negeri di medan Fakultas Sastra dan saat ini berada pada semester sepuluh. Semasa hidup, ayah BR merupakan pegawai negeri sedangkan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. BR di beri uang saku oleh orang tuanya Rp 500.000,00 per bulan.

BR merupakan gadis yang terkesan pendiam dan tertutup namun karena BR merupakan teman peneliti sehingga ia cukup terbuka. BR mulai melakukan seks bebas ketika ia kuliah pada semester 5. Kost yang ditempati BR sekarang termasuk kost yang bebas karena laki-laki bisa keluar masuk kapan saja. Ia juga pernah mengajak pacarnya menginap jika kakak BR tidak di kost.

4.3.4 ST (Pr, 21 tahun)

ST merupakan seorang perempuan yang berusia 21 tahun. ST ini lahir di Rantau Prapat pada tanggal 6 januari 1990. ST tinggal atau kost di kelurahan Padang Bulan kecamatan Medan Baru. ST merupakan mahasiswa di salah satu universitas negeri di


(64)

Medan fakultas Ekonomi dan saat ini berada pada semester enam. Kedua orang tua ST bekerja sebagai petani. Setiap bulannya ST diberi uang saku oleh orang tuanya sebesar Rp 700.000,00.

ST merupakan gadis yang terkesan bersahabat, murah senyum dan terbuka. Ia merupakan teman peneliti sehingga ia sangat terbuka ketika dilakukan wawancara mengenai perilaku seks bebas yang dilakukannya. Bahkan ketika peneliti memberitahu judul skripsi peneliti, salah satu informan ini secara langsung menawarkan untuk menjadi informan. ST melakukan seks bebas ketika masih duduk di bangku kelas 2 dan berlanjut hingga ia kuliah dengan pasangan yang berbeda. Ia melakukan seks bebas awalnya karena dirayu oleh pacarnya. Namun setelah keperawanannya hilang, ia semakin sering berhubungan intim dengan setiap pacarnya karena menganggap tidak ada hal yang penting untuk dijaga. Mereka melakukan hubungan seks tanpa harus takut ketahuan ibu kost.

4.3.5 HL (Pr, 21 tahun)

HL merupakan seorang perempuan berusia 21 tahun. HL ini lahir di Tarutung pada tanggal 9 februari 1990. HL tinggal di kelurahan Tanjung Sari kecamatan Medan Selayang. HL adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Kedua orang tuanya berprofesi sebagai guru. HL mendapat kiriman uang belanja sebesar Rp 1.000.000,00 per bulan. Saat ini HL semester dua di salah satu universitas swasta di Medan. Informan yang satu ini merupakan seorang gadis yang ramah namun awalnya cukup sulit melakukan pendekatan dan berdialog. Namun setelah di tekankan bahwa segala informasi yang di dapatkan akan di rahasiakan latarbelakangnya, barulah informan ini membuka diri dan bersedia menjadi informan penelitian. Ketika dilakukan wawancara, akhirnya terungkap


(1)

razia-razia terhadap kost-kostan perlu dilakukan agar mahasiswa tidak mempunyai ruang untuk melakukan hal-hal yang melanggar aturan atau norma.


(2)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Perilaku seks bebas ditemukan dikalangan mahasiswa di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang. Perilaku seks bebas yang terjadi di kalangan mahasiswa merupakan bentuk dari tindakan penyimpangan mahasiswa yang seharusnya tidak terjadi, karena mahasiswa merupakan generasi intelektual yang seharusnya mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada dan mampu menjadi inovator dalam pembangunan dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Terjadi pergeseran makna atau nilai keperawanan bagi pelaku seks bebas. 2. Kurang pentingnya penghargaan keperawanan bagi pelaku terhadap nilai keperawanan (virginitas). Keperawanan (virginitas) merupakan tanda suci bagi sebagian orang yang harus dijaga namun pelaku seks bebas menganggap tidak penting menjaga keperwanan terbukti dengan perilaku seks bebas yang mereka lakukan.

3. Makna hubungan pacaran lebih mengarah ke orientasi seks bukan kearah pengenalan.

4. Mahasiswa yang tinggal di tempat kost cenderung akan lebih terpengaruh terhadap perilaku seks bebas. Hal ini disebabkan lemahnya kontrol sosial baik teman satu kost, pemilik kost maupun masyarakat sekitar terhadap perilaku seks bebas.


(3)

5. Baik pelaku seks, teman pelaku serta masyarakat sekitar bersikap permisif terhadap perilaku pelaku seks bebas.

6. Orientasi materi juga menjadi salah satu faktor yang medorong pelaku melakukan seks bebas.

7. Untuk beberapa orang mempengaruhi nilai mereka jika dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif rata-rata dibawah 3,00

5.2Saran

1. Perilaku seks bebas dikalangan mahasiswa haruslah disikapi secara lebih serius karena mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang seharusnya terhindar dari hal-hal negatif sehingga diperlukan sanksi yang tegas terhadap pelaku seks bebas tersebut.

2. Hendaknya para orang tua, masyarakat dan dunia pendidikan mensosialisasikan pentingnya makna atau nilai virginitas kepada generasi muda khususnya dalam penelitian ini mahasiswa.

3. Diharapkan dunia pendidikan memberikan pengetahuan tentang bahaya perilaku seks bebas, begitu juga halnya dengan keluarga karena dunia pendidikan dan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang sangat signifikan.

4. Hendaknya para mahasiswa harus memahami konsep pacaran yang baik. Sehingga para mahasiswa dalam pacaran dilandasi dengan cinta bukan hanya dilandasi nafsu belaka.

5. Tingkat kontrol orang tua, pemilik kost, masyarakat, dunia pendidikan maupun aparat pemerintah sangat dibutuhkan dalam mengawasi perilaku mahasiswa.


(4)

6. Pemahaman norma-norma hendaknya lebih dipahami para mahasiswa dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia Astuti, Sri.2007. Gaya Hidup Remaja Pedesaan. Jurnal Sosiologi. 1(2):71

Astuti, sumarwi.2009. Kecenderungan Anak Berperilaku Negatif Ditinjau dari Keharmonisan Orang Tua. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, ,2(2)

Ginting, Perdana.2004. Dugem. Bandung:CV.Yrama Widya

Jonathan.2006. Methode penelitian kuantitatif dan kualitatif: Yogyakarta. Graha Ilmu. Kartono, Kartini.1998. Patologi Sosial: Jakarta. Rajawali.

Mutiaratu, Fadia.2008.Fornografi dan Dampak Buruk Bagi Perkembangan Jiwa Remaja. Jakarta. Geananta.

Moleong, J Lexy. 2006. Filsafat Penelitian sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suyanto,Bagong & narwoko, Dwi. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.jakarta. Kencana

Surbakti, EB. 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta. Elex Media Komputindo. Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Sunarto, Kamanto.2000. Pengantar Sosiologi, Edisi kedua,Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.


(6)

Sumber Internet :

Sugiarto.2010. Seks Bebas Dikalangan Remaja (Pelajar dan Mahasiswa), Penyimpangan, Kenakalan atau Gaya hidup, (Online),(http://journal.wordpress. html,diakses18oktober2010Pukul 11.20).

http://one.indoskripsi.com/node/647 diakses tgl 5 april 2010 pkl16.10.

(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1985/01/26/KRI/mbm.19850126.K40011.id .html) (diakses 25 oktober 2010 pkl 14.25).

(http://www.harianku.com/2008/11/sekss-bebas-di-kalangan-remaja.html.

(http://ariesadenata.blogspot.com/2010/02/tawuran.html. (diakses 25 oktober 2010 pkl 14.00)

(http://www.wikidot.com//video/html). (diakses 25 oktober 2010 pkl 14.15).

http://sugiartoagribisnis.wordpress.com/2010/07/14/sekss-bebas-di-kalangan-remaja-pelajar-dan-mahasiswa-penyimpangan-kenakalan-atau-gaya-hidup). (diakses 25 oktober 2010 pkl 16.00).