Penyebab Kekerasan Yang Dilakukan oleh Siswa Senior Terhadap Siswa Junior

Apabila panitia MOS memberikan sanksi bagi siswa peserta MOS, seperti disuruh push up maka siswa peserta MOS akan langsung lapor kepada orang tuanya dan orang tuanya akan langsung datang ke sekolah. Panitia MOS juga diawasi oleh pembinanya agar tidak melakukan kekerasan bersifat fisik. Pihak sekolah telah mengeluarkan kebijakan pada tahun 2008 yaitu pelarangan adanya tindak kekerasan pada saat MOS berlangsung. 58 Sayangnya kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah mengenai pelarangan adanya kekerasan pada saat MOS berlangsung tidak terealisasikan dengan baik. Menurut para siswa kekerasan senior tidak terjadi pada saat MOS berlangsung, namun terjadi setelah MOS yaitu ketika proses belajar mengajar berlangsung. Menurut pengakuan dari pelaku aksi kekerasan terjadi kekerasan yang dilakukan oleh siswa senior entah pada saat istirahat, pulang sekolah ketika siswa-siswa suka nongkrong sebelum mereka pulang kerumah. Kekerasan yang dilakukan siswa senior ke siswa junior melalui aksi pemalakan, tawuran yang direalisasikan melalui bentakan, cacian yang merupakan sebuah tradisi dan sangat sulit untuk dihilangkan yang dilakukan oleh pelaku kekerasan. Diungkapkan oleh FF: ³DQJ saya liat sih bentakan, cacian mang dah tradisi di sekolah ini dan susah banget buat menghilangkannya. 59 Dipertegas oleh S: ³HQWDNDQFDFLDQPDQJGDKWXUXQPHQXUXQGDULDOXPQL´ 60 Diperkuat oleh E: ³HQWDNDQFDFLDQPDQJGDKWUDGLVLQ\DND\DJLWXGLVHNRODKLQL´ 61 58 Wawancara pribadi dengan Bapak S, Ciputat, 20 Oktober 2011. 59 Wawancara pribadi dengan FF , Ciputat, 28 Oktober 2011. 60 Wawancara pribadi dengan S, Ciputat, 28 Oktober 2011. Tak sedikit pelaku aksi kekerasan yaitu siswa senior terhadap siswa junior saat ini kemungkinan besar adalah korban dari pelaku aksi kekerasan sebelumnya. Ketika menjadi korban, mereka membentuk pemahaman yang salah bahwa tradisi senioritas biVD ³GLEHQDUNDQ´ meskipun mereka merasakan dampak negatifnya sebagai korban. Hal ini tercermin ketika mereka naik kelas dan sudah menjadi senior, mereka akan balas dendam ke junior-junior mereka. Dijelaskan oleh MS: ³:DNWXVD\DNHODVVD\DGLJLWXLQVDPDNakak kelas, \DJDQWLDQODK´ 62 Di perkuat oleh AR: ³:DNWXVD\DNHODVVD\DMXJDGLNDVDULQWHUXVVXUXKLNXWWDZXUDQGHQJDQGLWDWDUGXOX jadi pas sekarang saya kelas 9 ya gantianlah saya yang ngetatar anak kelas 7. 63 Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa sebenarnya adanya adik kelas tidak selamanya harus dijadikan ajang untuk balas dendam karena menurut mereka adanya junior baru seharusnya di sayangi. Seperti diungkapkan oleh AF: ³GDQ\DDGHNHODVJDFXPDEXDWEDODVGHQGDP´ 64 Dipertegas oleh S: ³D VHlamanya adanya ade kelas ajang buat balas dendam, kalo ade kelasnya ga Q\RORWLQGXOXDQSDVWLVD\DOLQGXQJL´ 65 61 Wawancara pribadi dengan E, Ciputat, 4 November 2011 62 Wawancara pribadi dengan MS, Ciputat, 28 Oktober 2011. 63 Wawancara pribadi dengan AR, Ciputat, 28 Oktober 2011 64 Wawancara pribadi dengan AF, Ciputat, 28 Oktober 2011. 65 Wawancara pribadi dengan S, Ciputat, 28 Oktober 2011. Pelaku aksi kekerasan dalam bersosialisasi dengan teman-temannya tidak sadar melakukan tindakan yang merusak atau menyakiti teman lain. Seperti saling mengejek dengan menyebutkan nama orang tua, jail dengan teman sendiri, merusak barang teman. Sebagaimana diungkapkan oleh JD: ³Saya kadang suka jail kata-katain nama orang tua temen saya. Kalau saya biasanya kata-katain nama orang tua aja, saya sindir-sindir gitu nama orang tuanya.´ 66 Selain yang disebutkan di atas, tindak kekerasan lainnya yang dilakukan oleh siswa SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan yang diperoleh dari proses belajar sosial adalah tawuran. Tawuran adalah tindakan yang dapat merusak baik fisik maupun psikologis, rata-rata siswa SMP PGRI 1 Ciputat pernah ikut tawuran. Pelaku aksi kekerasan mengaku pernah ikut dalam tawuran antar sekolah. Seperti yang di ungkapkan oleh AR: ³6D\DSHUQDKGLDMDNLQWDZXUDQSDVNHODVVDPSDLVHNDUDQJNHODV´ 67 Diperkuat oleh S: ³6D\DSHUnah ikut tawuran pas kelas 8, saya di ajakin sama teman sekelas´ 68 Dipertegas oleh MS: ³6D\DSHUQDKLNXWWDZXUDQSDVNHODVLWXSXQFXPDVHNDOLDMDVD\DLNXWWDZXUDQ´ 69 Dalam aksi tawuran biasanya pelaku tawuran, sebelum tawuran pelaku tawuran nongkrong terlebih dahulu setelah pulang sekolah di dekat daerah sekolah mereka atau di luar wilayah Ciputat. Ketika tawuran senjata yang mereka bawa atau di gunakan apa saja yang ada di jalan. Seperti yang di ungkapkan oleh MS: 66 Wawancara pribdi dengan JD, Ciputat, 4 November 2011. 67 Wawancara pribadi dengan AR, Ciputat, 28 Oktober 2011. 68 Wawancara pribadi dengan S, Ciputat, 28 Oktober 2011. 69 Wawancara pribadi dengan MS, Ciputat, 28 Oktober 2011. ³:DNWXLWXSDVWDZXUDQVD\DEDZDLU´ 70 Dipertegas oleh AR: ³6D\D SDV WDZXUDQ EDZD DSD DMD \DQJ DGD GL MDODQ NDODX DGD ND\X \DQJ VD\D DPELO NDOXDGDEDWXLWX\DQJVD\DDPELO´ 71 Alasan para pelaku yang ikut tawuran sangat beragam, seperti hanya ingin mencari popularitas saja, hanya sekedar ikut-ikutan saja, atau hanya sebuah tradisi yang sudah lama terjadi di sekolah ini dengan alasan dendam lama. Seperti yang di ungkapkan oleh MS: ³6D\D VLK LNXW WDZXUDQ QXPSDQJ WHQDU DMD VHNDOLQ tenarin nama sekolah SMP PGRI 1 DMD´ 72 Di perkuat oleh AR: ³6D\DLNXWWDZXUDQFXPDLNXW-LNXWDQDMD´ 73 Di pertegas oleh MS ³LDVDQ\D WDZXUDQ PDVDODK VHSHOH VLK NDUHQD VDOLQJ HMHN NDOR VHNRODK ODHQ QJHMHN VHNRODKNLWD\D«NLWDEDOHVODK´ 74 Resiko dari keterlibatan pelaku yang ikut tawuran adalah mendapatkan sanksi dari pihak sekolah karena telah membuat citra sekolah buruk. Seperti yang di ungkapkan oleh S: ³3DV VD\D NHWDKXDQ LNXW WDZXUDQ SLKDN VHNRODK PHPDQJJLO RUDQJ WXD VD\D GDQ VD\D GLEHULVDQNVLGLVNRUVVHODPDKDUL´ 75 70 Wawancara Pribadi dengan MS. Ciputat, 28 Oktober 2011. 71 Wawancara pribadi dengan AR, Ciputat, 28 Oktober 2011. 72 Wawancara pribadi dengan MS, Ciputat, 28 Oktober 2011 73 Wawancara pribadi dengan AR, Ciputat, 28 Oktober 2011 74 Wawancara pribadi dengan MS, Ciputat, 28 Oktober 2011. 75 Wawancara pribadi dengan S, Ciputat, 28 Oktober 2011. Rasa kesetiakawanan atau rasa solidaritas muncul ketika saat aksi tawuran, awal pelaku ikut tawuran karena teman mereka yang mengajak untuk ikut tawuran. Karena rasa kesetiakawanan itu yang membuat remaja kadang sulit untuk menolaknya. Seperti yang dijelaskan oleh LA: ³6D\DZDNWXGLDMDNLQWDZXUDQVDPDWHPHQVHNHODV´ 76 Selain teman sekelas yang mengajak pelaku untuk ikut tawuran peran dari alumni dan kakak kelas seperti kelas 3 sangat mempengaruhi pelaku untuk ikut tawuran. Seperti yang diungkapkan oleh AR: ³:DNWXVD\DNHODVGLDMDNLQWDZXUDQVDPDDOXPQLGDQWHPDQVHNHODV´ 77 Diperkuat oleh S: ³6D\D SHUWDPD NDOL GLDMDNLQ WDZXUDQ SDV NHODV ZDNWX LWX VD\D GLDMDNLQ VDPD DOXPQL´ 78 Selain aksi tawuran yang dilakukan oleh pelaku aksi kekerasan, terdapat aksi pemalakan yang dilakukan di sekolah ini. Setelah pelaku menjadi korban pemalakan, ketika mereka menjadi senior maka mereka pun melakukan hal tersebut ke adik kelas mereka. Seperti yang di ungkapkan oleh MS: ³:DNWX VD\D NHODV VD\D MXJD SHUQDK GL SDODNLQ VDPD senior, ya pas saya udah naik kelas dan menjadi senior maka gantianlah saya malak ke adik kelas. Saya belajar malak GDULVHQLRUNRN´ 79 Berdasarkan temuan di lapangan penulis menyimpulkan bahwa pelaku aksi kekerasan yaitu adalah para senior di SMP PGRI 1 Ciputat. Ketika pelaku aksi kekerasan yaitu dalam hal 76 Wawancara pribadi dengan LA, Ciputat, 4 November 2011. 77 Wawancara pribadi dengan AR, Ciputat, 28 Oktober 2011. 78 Wawancara pribadi dengan S, Ciputat, 28 Oktober 2011. 79 Wawancara pribadi dengan MS, Ciputat, 28 Oktober 2011. ini adalah siswa kelas 7 atau kelas 8 yang naik kelas dan menjadi senior maka mereka berhak membalasnya ke adik-adik kelas. Pelaku aksi kekerasan mempunyai hak untuk mengusai dan berkuasa dengan menggunakan aksi pemalakan dan tawuran untuk melakukan aksi kekerasan. Pelaku aksi kekerasan yang tertindas, ia sebagai pelaku juga sebagai target, karena tertindas dan disakiti sehingga ia membalas dendam sebagai pelampiasan atau ketidakberdayaan dan kebencian akan dirinya sendiri. Selain masalah tawuran, kasus pemalakan juga terjadi di sekolah SMP PGRI 1 Ciputat. Pemalakan bisa terjadi baik di dalam maupun di luar sekolah. Uang hasil memalak adik kelas biasanya di gunakan oleh kakak kelas untuk kepentingan diri sendiri seperti untuk jajan, atau kepentingan bersama seperti tambahan untuk saat tawuran. Biasanya siswa yang menjadi korban pemalakan mengetahui uang itu digunakan untuk apa, tapi mereka kadang tidak tahu sama sekali. Bagi korban yang penting mereka sudah memberikan uang dan korban tidak mau tahu alasan uang itu digunakan untuk apa saja. Pemalakannya berupa uang dan siswa yang menjadi korban pemalakan tidak di targetkan memberi nominal uang berapa karena berapa pun nominal uang yang diberikan akan diterima oleh siswa senior. Seperti yang di ungkapkan oleh DR: ³LDVDQ\DXDQJSDODNDQQ\DEXDWNDNDNNHODVMDMDQLQVHQGLUL´ 80 Di perkuat oleh JD: ³6D\DJDWDKXNDNXDQJSDODNDQQ\DEXDWDSD\DQJ penting saya sudah kasih, kalau ada Rp 1000 ya saya kasih aja´ 81 80 Wawancara pribadi dengan DR, Ciputat, 4 November 2011. 81 Wawancara pribadi dengan JD, Ciputat, 4 November 2011. Selain pemalakan, terdapat aksi tawuran yang di perkenalkan untuk adik kelas atau para junior. Dalam aksi tawuran bagi kelas 7 terdapat sistem penataran yaitu memperkenalkan cara- cara tawuran itu bagaimana, karena kelas 7 dianggap belum mengenal apa-apa jadi siswa senior atau alumni mengenalkan tawuran. Hal ini terjadi pada siswa LA yang mengaku menjadi korban penataran oleh siswa senior. Seperti yang di ungkapkan oleh LA: ³:DNWX VD\D NHODV VD\D SHUQDK GLWDWDU VDPD NHODV NHODV WHQWDQJ FDUD-cara tawuran´ 82 Dipertegas oleh JD: ³3DV VD\D NHODV VD\D SHUQDK GLDMDNLQ WDZXUDQ VDPD VHQLRU VD\D GLWDWDU WHUOHELK dahulu. Dikasih pengarahan tentang cara-cara taZXUDQLWXJLPDQD´ 83 Para informan yaitu siswa SMP PGRI 01 Ciputat TANGSEL intensitas pertemua dengan teman-teman sebayanya sangat tinggi. Mereka lebih senang bersama-sama teman-temannya. Arti teman untuk mereka sangat berarti karena mereka merasa sangat nyaman dan siswa tidak memilih-milih teman yang penting teman itu bisa mengerti mereka. Seperti yang di ungkapkan oleh E: ³DJL DNX WXK DUWL WHPHQ VDQJDW SHQWLQJ NDUHQD WHPHQ LWX WHPSDW FXUKDW WDSL GDODP pertemanan sih aku ga milih-milih. Aku sama siapa aja mainnya tapi yang bisa ngertiin DNXGDQDNXPHUDVDQ\DPDQ´ 84 Di pertegas MS: ³7HPHQLWX\DQJELVDQJHUWLLQDNXDSDDGDQ\DGDQDNXQJHUDVDQ\DPDQ´ 85 82 Wawancara pribadi dengan LA, Ciputat, 4 November 2011. 83 Wawancara pribadi dengan JD, Ciputat, 4 November 2011. 84 Wawancara pribadi dengan E, Ciputat, 4 November 2011. 85 Wawancara pribadi dengan MS, Ciputat, 4 November 2011. Selain keberadaan teman sebaya, adanya genk-genk juga dapat mempengaruhi remaja. Dikalangan siswi juga terdapat genk-genkan yang melakukan tindak kekerasan, seperti mengeluarkan kata-kata kasar. Setiap yang ingin masuk menjadi anggota genk harus mengikuti peraturan yang ada di genk tersebut, contohnya: memakai model sepatu yang jenisnya sama, model rambut, gaya berbicara. Dengan siswi masuk genk, maka mengalami proses peniruan tanpa disadari secara langsung. Seperti diungkapkan oleh E: ³DWXKNDNJHQN-JHQNDQPDQJDGDGLVHNRODKLQL1DPDJHQNQ\D³HER[RPPXQLW\´ gayanya itu loh ya ampun ga banget. Mereka cuma pengen popular aja sih kayanya, mulai dari penampilan, gaya pacaran, terus sikap sama omongan mHUHNDVXNDNDVDU´ 86 Di pertegas TA: ³D\DSHQDPSLODQJHQN³FHER[RPPXQLW\WXKKDUXVVHUDJDPPLVDOQ\DVHSDWXZDUQD kaos kaki. Terus gaya pacaran mereka tuh kadang suka ga tahu malu tempatnya dimana. DUDPHUHNDQJRPRQJMXJDNDVDU´ 87 b. Keluarga Selain faktor teman sebaya yang mempengaruhi, faktor keluarga juga mempengaruhi dalam perilaku siswa. Orang tua merupakan sosok panutan bagi anak-anak, dalam segala perilakunya entah itu perilaku baik atau perilaku buruk hal tersebut bisa ditiru oleh anak-anak. Contoh hal apabila ayah atau ibu bertengkar didepan anak-anak hal tersebut tanpa disadari orang tua dapat ditiru dalam tindakan dan perilaku sosialnya atau menjadi sesuatu yang menakutkan bagi anak-anak dan membuat trauma secara psikologis. Seperti yang diungkapkan oleh DR: ³.DODXVD\DOLKDWRUDQJWXDODJLEHUDQWHPVD\DVHGLKWDSLWDNXWEXDWPLVDKLQQ\D´ 88 86 Wawancara pribadi dengan E, Ciputat, 4 November 2011. 87 Wawancara pribadi dengan TA, Ciputat, 4 November 2011. Diperkuat oleh F: ³6D\DVHGLKWDNXWWDSLVD\DFXPDELVDGLDPDMDNDODXOLKDWRUDQJWXDEHUDQWHP´ 89 Selain melahirkkan rasa sedih, pertengkaran orangtua juga bisa secara tidak langsung menjadi proses pembelajaran bagi anak terkait tindak kekerasan. Rasa kecewa, dan sedih bisa diekspressikan dengan melakukan tindakan yang sama kekerasan dalam lingkungan pergaulannya. Seperti dinyatakan oleh AR: ³6D\a sedih, kesel kalo liat orang tua berantem didepan saya, ya udah saya lebih milih sama temen-temen kaya ikut tawuran abiz dirumah orang tua berantem mulu. Itu yang buat saya suka tawuran. ´ 90 Dengan kata lain, ketika orang tua memperlihatkan pertengkaran mereka di depan anak- anak membuat anak-anak menjadi sedih, takut, seram, sekaligus kesal. Anak-anak tetaplah anak- anak, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Anak-anak hanya bisa diam ketika ayah dan ibu mereka bertengkar, bahkan untuk melerai pun mereka takut melakukannya kerena pasti dianggap hanya sebagai anak kecil yang mau tahu persoalan orang dewasa. Walaupun mereka diam tetapi mereka belajar dari hal itu, bahkan mungkin mereka bisa meniru yang dilakukan orang tuanya dengan cara melakukan tindak kekerasan untuk melampiaskan kekesalan mereka. Ketika anak-anak melakukan kesalahan barulah orang tua mengkhawatirkan atau menasehati, tetapi anak-anak kadang suka merasa kesal kalau orang tua menegur mereka. Seperti yang diungkapkan oleh AF: ³3HUDVDDQ VD\D VXND kesel kalau diomelin orang tua, yah walaupun itu saya yang VDODK´ 91 88 Wawancara pribadi dengan DR, Ciputat, 4 November 2011. 89 Wawancara pribadi dengan F, Ciputat, 4 November 2011. 90 Wawancara pribadi dengan AR, Ciputat, 28 Oktober 2011. 91 Wawancara pribadi dengan AF, Ciputat, 28 Oktober 2011. Diperkuat oleh E: ³3HUDVDDQ DNX NDOR ODJL GLRPHOLQ NHVHO NDOR JD DT GLHP DMD DWDX QDQJLV GL NDPDU Makanya kadang aq males kalo lagi di rumah, aq lebih seneng bareng temen-temen aku.´ 92 Dipertegas oleh F: ³3HUDVDDQDNXNHVHONDORODJLGLRPHOLQPDPDKDELVDNXELQJXQJNDORLMLQSXODQJVRUH WHWHSGLRPHOLQDSDODJLNDORJDLMLQ´ 93 Selain itu masa remaja merupakan masa kerentanan karena mereka bisa mengalami kekosongan lantaran mereka membutuhkan bimbingan langsung dari orang tua. Pada keluarga yang kurang mampu, orang tua mereka sibuk mencari nafkah agar keluarganya dapat makan walaupun sekedarnya, itulah yang membuat mereka tidak ada waktu untuk mengasuh anak- anaknya. Sementara, pada keluarga yang mampu orang tua mereka sibuk diluar rumah dengan urusan-urusan lainnya sebagai penunjang keberhasilan mereka. Masa remaja dikatakan masa yang berbahaya pada periode ini, karena seseorang mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju tahap kedewasaan. Pada masa ini dikatakan masa krisis, karena ada pegangan sementara kepribadiannya mulai terbentuk. Oleh karena itu, masa ini remaja memerlukan bimbingan langsung dari orang tuanya. 94 Masalah internal yang dihadapi para remaja ini adalah kurangnya perhatian, pengawasan dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Anak menganggap orang tua terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga mereka mengabaikan segala perilaku yang dilakukan oleh anak mereka. Beberapa informan menganggap dengan kesibukan orang tua, mereka bisa bebas melakukan kegiatan apapun. Seperti yang diungkapkan oleh AR: 92 Wawancara pribadi dengan E, Ciputat, 4 November 2011. 93 Wawancara pribadi dengan F, Ciputat, 4 November 2011. 94 Soerjono Soekanto, Sosiologi Pengantar Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1982, hal.35. ³2UDQJWXDVD\DVLEXNVDPDNHUMDDQQ\DEDSDNDMDVLK\DQJMDUDQJSXODQJNHUXPDKSDV saya dapat panggilan dari pihak sekolah soal masalah tawuran, ibu cuma nasehatin DMD´ 95 Juga diungkapkan oleh F: ³LUXPDK FXPD PDPD DMD SDSD VLEXN EDQJHW MDUDQJ SXODQJ NHUXPDK 3DSD NDQ kerjanya di luar kota makanya aq jarang ketemu. Paling kalau dirumah nanyain gimana sekolah aku aja, kalau lagi di luar kotDSDSDQJRQWUROOHZDWKS´ 96 Ada beberapa siswa-siswi dari SMP PGRI 1 Ciputat Tangsel yang bapaknya meninggal lalu orang tuanya menjadi single parent, dan ada pula salah satu orang tuanya yang meninggal kemudian menikah lagi. Seperti yang diungkapkan oleh MS: ³DSDN VD\D PHQLQJJDO ZDNWX XVLD VD\D WDKXQ PHQLQJJDO NDUHQD VDNLW ,EX \DQJ PHPELD\DLVHNRODKVD\DZDODXVHEDJDLVLQJOHSDUHQW´ 97 Juga diungkapkan oleh S: ³DSDNVD\DPHQLQJJDOZDNWXVD\DEXODQGLNDQGXQJDQLEXDSDNPHQLQJJDONDUHQD kecelakaan, dan ibu sampai sekarang masih single parent. Yang biayain sekolah saya itu LEXDQJNDW´ 98 Demikian juga di ungkapkan oleh E: ³3DSDDNXGDKPHQLQJJDONDUHQDVDNLWWDSLVHNDUDQJDNXWLQJJDOVDPDPDPDGDQSDSD WLUL´ 99 95 Wawancara pribadi dengan AR, Ciputat, 4 N0vember 2011. 96 Wawancara pribadi dengan F, Ciputat, 4 November 2011. 97 Wawancara pribadi dengan MS , Ciputat, 28 Oktober 2011. 98 Wawancara pribadi dengan S , Ciputat, 28 Oktober 2011. 99 Wawancara pribadi dengan E , Ciputat, 4 November 2011. Selain ada beberapa orang tua siswa-siswa yang salah satu orang tuanya meninggal, ada juga yang orang tuanya bercerai. Seperti yang di ungkapkan TA: ³3DSD VDPD PDPD GDK FHUDL DODVDQ PHUHND FHUDL VRDOQ\D ZDNWX LWX SDSD JD NHUMD VHODPDWDKXQ6HNDUDQJDTWLQJJDOVDPDPDPDGDQNDNDN´ 100 Arti penting perhatian dari orang tua merupakan sesuatu yang di harapkan oleh anak karena anak akan merasa lebih nyaman dan terbuka terhadap orang tua. Seperti di ungkapan E: ³3HUKDWLDQRUDQJWXDEDJLDNXVHEHQDUQ\DSHQWLQJWDSLLWXGXOXVHEHOXPSDSDPHQLnggal lalu mamah menikah lagi. Kalau sekarang aku biasa aja ke mamah karena antara aku dan mamah sudah mempunyai kesepakatan bahwa aku ga mau cerita masalah pribadi GDQPDPDKPHQ\HWXMXLLWXMDGLPDPDKSDOLQJQDQ\DJLPDQDNHJLDWDQGLVHNRODK´ 101 Di pertegas AR: ³3HUKDWLDQRUDQJWXDELDVDDMDNHDNXRUDQJSDSDDMDVLEXNNHUMDMDUDQJSXODQJMDGLJD da waktu kumpul sama keluarga. Ya udah aku leih merasa nyaman sama temen-temen kaya ikut tawuran, nongkrong-QRQJNURQJ´ 102 Dengan kata lain, harapan untuk mendapatkan kebahagian dari dalam lingkungan keluarga tidak berhasil mereka dapatkan. Siswa-siswi tersebut mengalami kekosongan kasih sayang dari salah satu orang tua mereka. Berbeda halnya dengan mereka yang mendapatkan kasih sayang yang utuh dari orang tua mereka yang lengkap, walaupun ada orang tua mereka yang sibuk karena dua-duanya sama-sama bekerja, tetapi mereka tetap mendapatkan perhatian yang lengkap dari orang tua mereka. Seperti yang diungkapkan oleh SR: ³0DPD VDPD 3DSD VHODOX PHQGXNXQJ DSDSXQ NHJLDWDQ aq, seperti nyanyi, syuting. Walaupun mereka sama-VDPDVLEXNWDSLPHUHNDVHODOXPHOXDQJNDQZDNWXEXDWDT´ 103 100 Wawancara pribadi dengan TA , Ciputat, 4 November 2011. 101 Wawancara pribadi dengan E, Ciputat, 4 November 2011. 102 Wawancara pribadi dengan AR, Ciputat, 28 Oktober 2011. c. Media Massa Selain faktor teman sebaya, keluarga, media massa juga dapat mempengaruhi perilaku siswa untuk melakukan tindak kekerasan. Media massa terdiri dari media cetak Surat Kabar, majalah maupun elektronik televisi, radio, film, internet. 104 Dalam penelitian ini peneliti hanya melihat bahwa internet dalam bentuk game online sajalah yang dapat mempengaruhi siswa melakukan aksi kekerasan. Berbagai bentuk kekerasan bisa terdapat dalam internet dalam game online yang mempengaruhi perilaku remaja. Game online yang bertema kekerasan sangat disukai remaja laki-laki ketika mereka main internet. Seperti yang diungkapkan oleh AR: ³LDVDQ\D NDOR ODJL maen game online saya maen pb yang ada adegan berantem- EHUDQWHPQ\D´ 105 Dipertegas oleh S: ³LDVDQ\DNDORYLGHRJDPHVD\DPDHQQ\DGXRULRU´ 106 Kebiasaan mereka memainkan video game yang beradegan kekerasan, awalnya karena remaja melihat teman sebayanya bermain. Kemudian akhirnya ikut terbawa untuk memainkan game tersebut. Seperti dijelaskan oleh MS: ³6D\D DZDO PDHQ NDUHQD QJHOLDW WHPHQ \DQJ ODJL PDHQ ODPD-lama jadi pengen ikutan maen juga. Kadang kalo lagi tawuran suka saya praktekin adegan yang ada di gaPH´ 107 103 Wawancara pribadi dengan SR, Ciputat, 4 November 2011. 104 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2004, h. 28. 105 Wawancara pribadi dengan AR , Ciputat, 28 Oktober 2011. 106 Wawancara pribadi dengan S , Ciputat, 28 Oktober 2011. 107 Wawancara pribadi dengan MS, Ciputat, 28 Oktober 2011. Namun diantara siswa ada yang tidak menyukai permainan video game yang beradegan kekerasan. Hal ini diungkapkan oleh FF: ³6D\DJDVXNDSHUPDLQDQJDPH\DQJDGDDGHJDQNHNHUDVDQQ\DSDOLQJNDORPDHQJDPH ELDVDQ\DGRWWDVLORQOLQH´ 108 Dipertegas oleh AF: ³6D\DPDLQJDPHRQOLQHSDOLQJWH[DVSRNHU´ 109 .

B. Bentuk-Bentuk Kekerasan Yang Dilakukan oleh Siswa Senior Terhadap Siswa Junior

Aksi kekerasan dapat terdiri 3 aksi, diantaranya 110 : 1. Kekerasan bersifat fisik, seperti: memukul, menampar, menjambak, memalak, mencubit. 2. Kekerasan bersifat verbal, seperti: mengejek, menyindir, memaki, menggosip. 3. Kekerasan bersifat psikologis, seperti: mengancam, mengucilkan, mengabaikan. Dari kategori diatas, penulis melihat bahwa bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh siswa senior terhadap siswa junior di Sekolah SMP PGRI 1 Ciputat, antara lain: 1. Kekerasan Fisik Kekerasan bersifat fisik dapat berupa mendorong, menjambak, mencubit, menampar, memukul, memalak. Aksi bullying dapat membawa dampak yang negatif bagi korban. Menurut pengakuan dari informan aksi senioritas dapat berupa memukul, mendorong, dan lain-lain. 108 Wawancara pribadi dengan FF , Ciputat, 28 Oktober 2011. 109 Wawancara pribadi dengan AF, Ciputat, 28 Oktober 2011. 110 Nurvita indarini,2004.´ZDVXOO\LQJL6HNRODK´. Artikel ini diakses pada tanggal 24 November 2011 dari http:www.detiknews.com read2007042902401277387910-awas-bullying-di-skl. Menurut para pelaku, mendorong dan memukul adalah hal yang wajar di lakukan oleh kakak kelas terhadap adik kelasnya agar adik kelas tidak bersikap songong, hal tersebut dilakukan untuk mendisiplinkan adik kelas. Seperti yang diungkapkan oleh MS: ³.DOR DGD DGH NHODV \DQJ QJHODQJJDU SHULQWDK VD\D \D VD\D SXNXO DMD VXSD\D PDX GLVXUXK´ 111 Dipertegas oleh AR: ³.DORDGHNHODV\DQJQ\RORWVD\DSXNXODMD´ 112 Tidak hanya aksi pemukulan dan pendorongan, tetapi aksi pemalakan juga dilakukan oleh pelaku aksi kekerasan dalam hal ini adalah siswa senior terhadap siswa junior. Korban yang menjadi aksi pemalakan mengatakan bahwa mereka di palak dalam bentuk uang saja, senior yang memalak uang mereka menerima nominal berapa saja yang diberikan oleh korban. Seperti diungkapkan oleh LA: ³6D\DVLKWLDSKDULGLSDODNLQVDPDNHODV, kalau saya adanya Rp 1000 ya saya kasih aja kak yang penting saya udah ngasih´ 113 2. Kekerasan bersifat verbal Kekerasan bersifat verbal berupa bentakan, cacian, sindiran, ejekan, menggosip. Kekerasan bersifat verbal lebih pada kekerasan melalui ucapan. Kekerasan seperti ini cara awal untuk mendisiplinkan siswa junior, dan tidak menggunakan kekerasan fisik terlebih dahulu. 111 Wawancara pribadi dengan MS, Ciputat, 28 Oktober 2011 112 Wawancara pribadi dengan AR, Ciputat, 28 Oktober 2011 113 Wawancara pribadi dengan LA, Ciputat, 4 November 2011. Beberapa pelaku mengakui bahwa bentakan, cacian, sindiran adalah cara yang mereka pakai untuk mendisiplinkan siswa junior agar mereka tidak ³VRQJRQJ´. Seperti yang diungkapkan oleh TA: ³.DORDGDDGHNHODV\DQJQ\RORWSHUWDPDDTQ\RORWin kedua aq sindir kalau aq sindir ga PHPSDQDTVDPSHULQWHUXVDTEHQWDNDWDXJDDTRPHOLQ´ 114 Dipertegas oleh SR: ³.DORDGDDGHNHODV\DQJ³VRQJRQJ´ZDMDUODKXQWXNGLVLQGLU di bentak habis kalo di GLHPLQVXNDVRQJRQJ´ 115 Diperkuat oleh AF: ³HQWDNDQ FDFLDQZDMDUODKVXSD\DPHUHNDJDQ\RORW´ 116 Untuk pelaku senior perempuan hal yang mereka tidak sukai adalah kalau ada adik kelas yang penampilannya berlebihan, seperti yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah. Dijelaskan oleh E: ³HQWDNDQFDFLDQVLndiran wajar lah dilakuin supaya mereka ga songong apalagi soal SHQDPSLODQ\DQJEHUOHELKDQ´ 117 Aksi kekerasan yang dilakukan siswa atau siswi senior bisa berbeda. Siswa senior laki- laki lebih mengandalkan memukul ketika menghadapi adik kelas yang mereka tidak sukai, sementara siswa perempuan ketika menghadapi adik junior yang mereka tidak sukai maka mereka mencaci, menyindir, misalnya masalah penampilan yang berlebihan. 114 Wawancara pribadi dengan TA, Ciputat, 4 November 2011. 115 Wawancara pribadi dengan SR , Ciputat, 4 November 2011. 116 Wawancara pribadi dengan AF, Ciputat, 28 Oktober 2011. 117 Wawancara pribadi dengan E , Ciputat, 4 November 2011.