Akibat Nusyuz TINJAUAN UMUM TENTANG NUSYUZ

Sesuai dengan perkembangan zaman, persamaan jender menjadi landasan bagi seorang wanita yaitu hak untuk dapat bekerja atau berkarier. Seiring dengan landasan hukum Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 pasal 31 ayat 1: “hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat”. 76 Pakar hukum Islam Mesir, Abu Zahrah, menulis: Islam tidak menentang perempuan bekerja. Hanya saja, yang harus diperhatikan adalah bahwa pekerjaan pokoknya adalah membina rumah tangga dengan kasih sayang mereka. Perempuanlah yang mendidik anak-anak mereka. Cukup jelas bahwa hak isteri untuk bekerja tidak ada larangan baik menurut Undang-Undang maupun hukum Islam. Hanya saja tetap pada kewajibannya yaitu mengurus rumah tangga. Dan ini kerap diabaikan oleh isteri dengan mengutamakan pekerjaannya ketimbang mengurus suami dan anak-anaknya.

C. Akibat Nusyuz

1. Menggugurkan Nafkah Agama Islam mewajibkan suami untuk memberi nafkah kepada isterinya, baik nafkah lahir maupun batin. Oleh karena adanya ikatan perkawinan yang sah, seorang isteri menjadi terikat semata-mata pada suaminya dan tertahan sebagai 76 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 34 ayat 1 miliknya, karena itu ia berhak menikmatinya terus menerus. Isteri wajib taat kepada suami, tinggal dirumah dan mengatur rumah tangganya, memelihara dan mendidik anak-anaknya. Sebaliknya bagi suami berkewajiban memenuhi kebutuhan isteri dan keluarganya dan memberi belanja selama ikatan perkawinan masih berjalan, dan isteri tidak durhaka atau karena ada hal-hal lain yang dapat menghalangi penerimaan belanja. 2. Menggugurkan Giliran Dasar hukum pembagian giliran tercantum dalam surat An-Nisa’ ayat 3: L Q}+t~ |v : H l~ + b š 6J • K Y+ H 4~ 4= 1 q 4 4 01 67? ˆ 1 .‡ ,- .R J H L p4= z+t~ |v : H 4 g. ,{ 4= : 1 ]•4,- 1 ; .x : 6 .F {45 b® : |v : H 4 VW Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, Maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.Q. S. An-Nisaa’ : 3 Yang dimaksud adil dalam ayat diatas adalah perlakuan adil dalam meladeni isteri-isterinya, seperti: pakaian, tempat tinggal, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah. Apabila suami khawatir terhadap dirinya untuk tidak dapat berlaku adil terhadap isteri-isterinya maka tidak dapat dibenarkan oleh agama Islam untuk berpoligami, karena akan berakibat kesengsaraan saja. Jika isteri itu durhaka nusyuz yaitu tidak melaksanakan kewajiban- kewajiban sebagai seorang isteri, maka hak pembagian giliran menjadi gugur. Akan tetapi jika ia kembali mentaati suaminya, maka hak menerima giliran berlaku sebagaimana biasa.

BAB IV PENYELESAIAN PERCERAIAN ISTERI NUSYUZ

DI PENGADILAN AGAMA SERANG A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Serang

1. Sejarah dan Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Serang

Sejarah dan dasar hukum pembentukan Pengadilan Agama Serang sedikitnya dapat dibagi menjadi empat masa penting sebagai berikut : 1. Masa Kesultanan Banten 1526-1816, 2. Masa Pemerintahan Hindia Belanda 1816-1942, 3. Masa Pendudukan Balatentara Jepang 1942-1945, dan 4. Masa Kemerdekaan 1945-sekarang. 77

A. Masa Kesultanan Banten 1526-1816

Sejalan dengan laju perkembangan umat Islam, Pengadilan Agama pun tumbuh dan berkembang menjadi lembaga yang tidak hanya mengurus perkara- perkara yang berhubungan dengan perkara pribadi saja al-Ahwalusy Syahsiyah , akan tetapi hukum perdata dalam arti luas dan juga mengurus hukum pidana jinayah. Tegasnya, Pengadilan Agama merupakan Peradilan Umum bagi Umat Islam pada waktu itu dan hukum Islam merupakan hukum yang hidup di tengah-tengah masyarakat. 78 77 Data ini diambil dari Arsip Pengadilan Agama Serang pada tanggal 10 Januari 2009 78 Ibid